Pertanyaan di atas memang perlu dijawab dengan cerdas. Kalau mau jujur, pada jaman serba maju seperti saat ini, hampir-hampir setiap daerah punya universitas unggulannya masing-masing. Dari sisi fasilitas tidak diragukan ; hot spot area untuk mengarungi ilmu di dunia maya juga tersedia. Begitu pula para dosen yang jebolan universitas kelas satu dunia, juga telah banyak pulang ke tanah air. Bahkan dibeberapa kota besar jelas-jelas ada kampus luar negri yang buka cabang di Indonesia. Sistem pendidikan, fasilitas dan tenaga pengajarnya benar-benar murni luar negeri. Beberapa universitas juga tak ragu lagi untuk membuka kelas-kelas internasional, mendatangkan para dosen dari negeri orang. Nah, adakah alasan lagi untuk meninggalkan negeri zamrud katulistiwa ini ?
Isyarat Islam untuk memperluas wilayah belajar kita
Kita akan menjawab dari sisi pandangan Islam terlebih dahulu. Bahwasanya secara spesifik pasti antara satu daerah dengan daerah lain mempunyai keunggulan dalam ilmu tertentu. Bahkan di Indonesia saja, kalau mau belajar Al-Quran juga yang dituju adalah pondok-pondok tertentu. Jadi penyebaran dan pengembangan ilmu sangat mungkin berbeda di setiap daerahnya.
Ada ciri khas di masing-masing wilayah. Bukan ilmu agama saja, tetapi juga ilmu dunia. Karenanya Rasulullah SAW beberapa kali mengisyaratkan dalam hadits-haditsnya, antara lain :
Dalam riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW juga bersabda : Tuntutlah ilmu walaupun hingga ke negri Cina. (HR Ibnu Adi dan Baihaqi).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : Hikmah itu adalah miliknya orang mukmin yang hilang, jika ia menemukannya maka ia lebih berhak atasnya ( HR Tirmidzi)
Imam Ahmad juga pernah ditanya oleh muridnya dalam masalah ini : " Perlukah seseorang mengembara untuk menuntut ilmu? ". Beliau menjawab : " Tentu sangat perlu, Al-Qomah bin Qais an-Nakha'I dan Al-Aswad bin Yazid –keduanya adalah penduduk Kufak, Irak – ketika mendapatkan hadits dari Umar belum merasa puas hingga keduanya pergi menemuinya –di Madinah- untuk mendengar langsung darinya ".
Walhasil, Islam ketika menganjurkan untuk mencari ilmu, juga sekaligus menganjurkan untuk memperdalam ilmu pada tingkatan yang lebih baik, termasuk dengan memperluas wilayah pencariannya. Dua hadits di atas menunjukkan bahwa bukan karena ilmu agama saja kita dianjurkan mengembara mencari ilmu, tetapi juga ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan manfaat dunia sekalipun. Mengapa dipilih Cina ? karena pada waktu itu peradaban Cina memang lebih maju dari peradaban jahiliyah di jazirah Arab. Hasil kerajinan, pertanian dan industri mereka lebih rumit dan lebih maju dari yang dihasilkan para kabilah arab di waktu itu. Wallahu a'lam.
Sebagai tambahan betapa Islam sangat menghargai mereka yang mengembara mencari ilmu, kita lihat bagaimana hadits Rasulullah SAW dalam membahas masalah ini. Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda : " Barang siapa yang keluar menuntut ilmu, maka ia di dalam jalan Allah hingga kembali nanti " (HR Tirmidzi)
Mencari ilmu hingga ke luar negri, jika yang dicari adalah ilmu kebaikan dan dengan niat yang baik, maka Islam begitu menghargainya dan menyejajarkannya dengan mereka yang berjihad fisabilillah. Subhanallah.
Tetap Menjaga Niatan Kita
Permasalahan menjaga niat tetap saja menjadi hal yang selalu tematik dan kontemporer untuk di bahas. Hati kita begitu mudah terbolak-balik, pagi hari berniat baik dan siang hari bertekad jahat. Lalu apa yang harus kita niatkan ketika harus kuliah di luar negri ? Sederhana saja dan tidak jauh dari niat-niat baik sebelumnya ; bahwa dengan ilmu yang kita dapat akan kita bawa untuk memajukan umat, semua dalam kerangkan mencari keridhoan Allah SWT.
Barangkali perlu di catat, godaan masalah niat ketika keluar negri itu bisa beragam macamnya. Yang paling sering muncul adalah kebutuhan akan pengakuan dan popularitas. Ada anggapan, asal keluar negri di jamin populer dan akan diakui keilmuannya. Masyarakat berlebihan menaruh harapan pada mereka yang diluar negri. Begitupun perusahaan begitu ramah terhadap mereka para lulusan luar negri. Anggapan sederhana masyarakat menempatkan mereka yang kuliah di luar negri pada kasta yang lebih tinggi dari yang lainnya. Akhirnya ada orangtua yang merasa kurang prestise jika anaknya tidak hengkang ke luar negri. Segitunya ya..
Ada pula niatan yang tak kurang jahatnya. Keluar negeri untuk mendapatkan kebebasan yang tidak didapatkan di negeri ini. Keinginan untuk bermaksiat tanpa ada kontrol dari masyarakat. Sudah sama-sama kita ketahui bukan, bahwa konon di negeri barat masyarakatnya memuja kebebasan. Minuman keras adalah minuman penghangat, klub adalah tempat istirahat, makan malam berlanjut kencan adalah hal wajar yang lazim dilakukan ! Para –para ibu yang punya anak gadis tidak lagi menanyakan dengan siapa anaknya makan malam, mereka hanya sekedar akan mengingatkan : jangan lupa membawa karet pengaman ! Naudzubillah min dzalik. Begitu banyak godaan dalam masalah niat kita sebelum belajar di luar negeri. Karenanya tetap luruskan niat dan minta bantuan teman dan sahabat untuk banyak-banyak memberi nasehat.
u/ gambaran lebih jelas : baca buku Agar Ngampus tak Sekedar Status (Hatta & Vida) terbitan Indiva Media Kreasi 2008
Isyarat Islam untuk memperluas wilayah belajar kita
Kita akan menjawab dari sisi pandangan Islam terlebih dahulu. Bahwasanya secara spesifik pasti antara satu daerah dengan daerah lain mempunyai keunggulan dalam ilmu tertentu. Bahkan di Indonesia saja, kalau mau belajar Al-Quran juga yang dituju adalah pondok-pondok tertentu. Jadi penyebaran dan pengembangan ilmu sangat mungkin berbeda di setiap daerahnya.
Ada ciri khas di masing-masing wilayah. Bukan ilmu agama saja, tetapi juga ilmu dunia. Karenanya Rasulullah SAW beberapa kali mengisyaratkan dalam hadits-haditsnya, antara lain :
Dalam riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW juga bersabda : Tuntutlah ilmu walaupun hingga ke negri Cina. (HR Ibnu Adi dan Baihaqi).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : Hikmah itu adalah miliknya orang mukmin yang hilang, jika ia menemukannya maka ia lebih berhak atasnya ( HR Tirmidzi)
Imam Ahmad juga pernah ditanya oleh muridnya dalam masalah ini : " Perlukah seseorang mengembara untuk menuntut ilmu? ". Beliau menjawab : " Tentu sangat perlu, Al-Qomah bin Qais an-Nakha'I dan Al-Aswad bin Yazid –keduanya adalah penduduk Kufak, Irak – ketika mendapatkan hadits dari Umar belum merasa puas hingga keduanya pergi menemuinya –di Madinah- untuk mendengar langsung darinya ".
Walhasil, Islam ketika menganjurkan untuk mencari ilmu, juga sekaligus menganjurkan untuk memperdalam ilmu pada tingkatan yang lebih baik, termasuk dengan memperluas wilayah pencariannya. Dua hadits di atas menunjukkan bahwa bukan karena ilmu agama saja kita dianjurkan mengembara mencari ilmu, tetapi juga ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan manfaat dunia sekalipun. Mengapa dipilih Cina ? karena pada waktu itu peradaban Cina memang lebih maju dari peradaban jahiliyah di jazirah Arab. Hasil kerajinan, pertanian dan industri mereka lebih rumit dan lebih maju dari yang dihasilkan para kabilah arab di waktu itu. Wallahu a'lam.
Sebagai tambahan betapa Islam sangat menghargai mereka yang mengembara mencari ilmu, kita lihat bagaimana hadits Rasulullah SAW dalam membahas masalah ini. Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda : " Barang siapa yang keluar menuntut ilmu, maka ia di dalam jalan Allah hingga kembali nanti " (HR Tirmidzi)
Mencari ilmu hingga ke luar negri, jika yang dicari adalah ilmu kebaikan dan dengan niat yang baik, maka Islam begitu menghargainya dan menyejajarkannya dengan mereka yang berjihad fisabilillah. Subhanallah.
Tetap Menjaga Niatan Kita
Permasalahan menjaga niat tetap saja menjadi hal yang selalu tematik dan kontemporer untuk di bahas. Hati kita begitu mudah terbolak-balik, pagi hari berniat baik dan siang hari bertekad jahat. Lalu apa yang harus kita niatkan ketika harus kuliah di luar negri ? Sederhana saja dan tidak jauh dari niat-niat baik sebelumnya ; bahwa dengan ilmu yang kita dapat akan kita bawa untuk memajukan umat, semua dalam kerangkan mencari keridhoan Allah SWT.
Barangkali perlu di catat, godaan masalah niat ketika keluar negri itu bisa beragam macamnya. Yang paling sering muncul adalah kebutuhan akan pengakuan dan popularitas. Ada anggapan, asal keluar negri di jamin populer dan akan diakui keilmuannya. Masyarakat berlebihan menaruh harapan pada mereka yang diluar negri. Begitupun perusahaan begitu ramah terhadap mereka para lulusan luar negri. Anggapan sederhana masyarakat menempatkan mereka yang kuliah di luar negri pada kasta yang lebih tinggi dari yang lainnya. Akhirnya ada orangtua yang merasa kurang prestise jika anaknya tidak hengkang ke luar negri. Segitunya ya..
Ada pula niatan yang tak kurang jahatnya. Keluar negeri untuk mendapatkan kebebasan yang tidak didapatkan di negeri ini. Keinginan untuk bermaksiat tanpa ada kontrol dari masyarakat. Sudah sama-sama kita ketahui bukan, bahwa konon di negeri barat masyarakatnya memuja kebebasan. Minuman keras adalah minuman penghangat, klub adalah tempat istirahat, makan malam berlanjut kencan adalah hal wajar yang lazim dilakukan ! Para –para ibu yang punya anak gadis tidak lagi menanyakan dengan siapa anaknya makan malam, mereka hanya sekedar akan mengingatkan : jangan lupa membawa karet pengaman ! Naudzubillah min dzalik. Begitu banyak godaan dalam masalah niat kita sebelum belajar di luar negeri. Karenanya tetap luruskan niat dan minta bantuan teman dan sahabat untuk banyak-banyak memberi nasehat.
u/ gambaran lebih jelas : baca buku Agar Ngampus tak Sekedar Status (Hatta & Vida) terbitan Indiva Media Kreasi 2008
saya seorang mahasiswa s1 di perguruan tinggi negeri di Indo. baru 1 semester saya di Indo, saya mendapat beasiswa ke jepang. Yang saya ragukan adalah, saya takut terjadi KOROSI IMAN,jarang solat berjamaah, solat tak tepat waktu, dan sebagainya...saya mohon saran dan solusi apakh saya sbaiknya tetap di indo, atau mengambil beasiswa tsb. terimakasih
BalasHapusassalam, ustadz!
BalasHapusbagaimana kabar?
hemm, sepertinya itu kaos yang di pakai (di foto Profil) kaosnya Iqbal ya?hehehe...(maklum, ane juga se alumni dg Iqbal dan ibu Vida)
untuk yang mau ke jepang... bismillah, luruskan niat segera aja berangkat, disana banyak mahasiswa indo yang aktif berdakwah dan membina diri gabung aja langsung dengan mereka...
BalasHapusuntuk akh agus di batam, bener itu baju anak-anak FH , ana bawa ke sudan supaya inget dengan semangatnya anak2 fosmi. sepakat?
Terimakasih pak Hatta. Alhamdulillah, kawan2 yg ke Belanda gak usah khawatir, kita juga rutin mengadakan pengajian, hampir di tiap kota ada organisai Keluarga Muslim (Indonesia). Salam dari Delft. NL.
BalasHapuscari template yang ginian bentuknya dimana si mbak/mas/bos????
BalasHapustemplate ini asalnya dari template minima yang dua kolom, trus ana tambah2kan beberapa perubahan hasil berguru dari kolom tutorial blognya kang rohman. Btw, kalau mas/mbak/boss mau bisa saya kirimkan via emailnya. gimana ? dan dimana ?
BalasHapusHari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
BalasHapus