Rasulullah SAW teramat besar cinta dan perhatiannya pada Aisyah ra. Beliau tahu persis arti kebersamaan dengan wanita yang dicintainya itu. Lihat saja dalam hadits berikut tentang kegigihan beliau yang tidak mau diundang tanpa Aisyah di sisinya. Untuk konteks jaman sekarang mungkin aneh. Namun pelajaran sekaligus inspirasi yang bisa kita ambil adalah : Bahwa untuk menghadiri undangan jamuan makan pun, Rasulullah menginginkan kebersamaan dan kemesraan bersama istri beliau.
Dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah punya tetangga seorang Parsi yang pandai membuat lauk pauk. Ia membuat masakan untuk Rasulullah kemudian mengundang (Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam ) makan. Beliau SAW bertanya : Apakah Aisyah diundang juga ? Ia menjawab : Tidak. Rasulullah berkata : Saya tidak akan datang. Ia pun kembali mengundang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bertanya : Apakah Aisyah diundang juga ? Ia menjawab : Tidak. Rasulullah berkata : saya tidak akan datang. Orang ini datang kembali mengundang.Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bertanya : Apakah Aisyah diundang juga ? Pada undangannya yang ketiga, ia menjawab : Ya. Keduanya (Nabi dan Aisyah) lalu berdiri dan berjalan seiring sehingga sampai ke rumah si pengundang tadi} (HR. Muslim (VI/116)
Alhamdulillah. Untungnya di jaman ini, banyak undangan yang resmi biasanya mencantumkan password " bapak/ibu sekalian", sehingga kita tidak perlu bersusah-susah untuk melobi pihak terkait atau menolak undangannya sebagaimana Rasulullah lakukan ketika itu. Jadi bersiaplah, karena setiap kartu undangan yang muncul di depan pintu rumah kita, itu berarti kesempatan besar untuk merangkai mesra bersama istri tercinta. Apalagi jika itu adalah undangan resepsi pernikahan, maka tak ada salahnya menjadi ajang nostalgia Anda berdua untuk memutar ulang klip-klip indah seputar awal cinta dan pernikahan Anda berdua. Subhanallah. Namun sebelum lebih jauh beranjak, ada sebuah pertanyaan yang patut di cermati
Mengapa kita harus menghadiri sebuah undangan ?
Sungguh perlu mencermati beberapa hadits di bawah ini, sehingga kehadiran kita dalam sebuah undangan bukan sekedar atas nama 'persaudaraan' atau menghindari perasaan tidak enak, namun juga sebagai sebuah ketundukan atas syariah Allah dan Rasul-Nya.
Pertama, dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang melalaikan undangan (tidak menghadirinya), maka sungguh ia telah bermaksiat pada Allah dan rasul-Nya (HR Bukhori (5177) dan Muslim (1432))
Kedua, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : Seandainya aku diundang untuk (jamuan) kaki kambing, niscaya aku akan menghadirinya, dan seandainya dihadiahkan kepadaku kaki kambing, sungguh aku akan menerimanya (HR Bukhori (5178) Bab Nikah, Muslim (1429) Tirmidzi (1338) dan Ahmad (9201))
Ketiga, dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda : " Jika seorang diantara kamu diundang pada sebuah walimah (jamuan) , maka hendaklah ia menghadirinya " ( Lihat Fiqh Sunnah II/339)
Alhasil, menghadiri sebuah undangan pada hakekatnya adalah perintah agama. Kemudian dalam wilayah yang lebih luas lagi, sesungguhnya ia merupakan konsekwensi dari hubungan antar sesama manusia : untuk mempererat ukhuwah, menunjukkan perhatian dan kepedulian, serta tentu saja membahagiakan mereka yang telah peduli dan bersemangat untuk mengundang kita. Wallahu a'lam.
Pelajaran Istighfar dari sebuah walimah
Sejak awal pertama kali kita menerima undangan, hilangkan semua niat-niat yang terlampau murah jika dibandingkan pahala keikhasan kita dalam menghadirinya. Sebut saja niat yang tampaknya sederhana : mencoba menu makan yang lebih enak, atau hingga yang tampak prestisius : pamer penampilan atau kemesraan di depan pasangan yang lainnya. Astaghfirullah. Semoga kita dijauhkan dari lintasan niat-niat semacam itu. Murah teramat murah.
Bukan sekedar dugaan, dua niat di atas memang terbukti sering berkelebatan dalam benak sebagain besar kita – atau mungkin saya sendiri? Astaghfirullah. Ada teman yang menyiapkan kapasitas lambungnya sedemikian rupa sebelum menghadiri walimahan. Tujuannya tidak lebih agar mampu menjelajahi semua jenis hidangan yang disuguhkan. Lebih parah lagi jika niat ini ditambah keinginan untuk 'membalancekan' antara yang telah ia makan dan 'hadiah kado' yang ia berikan. Hitungan matematika sederhana yang berkelabat terus di otaknya adalah : Jangan sampai rugi, minimal harus Break Event Point (BEP) ! Astagfirullah.
Juga tidak kalah rendahnya, niat untuk pamer penampilan dan kemesraan. Maka muncullah pasangan-pasangan yang tampak berkilauan sejak awal datang dari kejauhan. Semua harta karun simpanan perhiasan –semoga sudah dikeluarkan zakatnya- ditampilkan begitu saja bak pameran perhiasan tingkat internasional. Apalagi penampilan ibu-ibu dan nyonya-nyonya mudanya yang berdandan bak selebritis. Nyaris bisa dipastikan semua hasil rekayasa salon langganan. Entah untuk siapa mereka berdandan begitu rupa. Apakah untuk selain suaminya ? Astaghfirullah.
Tidak jauh jauh, terkadang kita juga merasa ingin pamer kemesraan dengan istri tercinta. Atau ada juga yang ingin 'memamerkan' istrinya. Astaghfirullah. Saya dengar dari telinga saya sendiri, dan Andapun pasti pernah mendengarnya tentang ukuran kecantikan seorang wanita, yaitu yang pantas untuk di ajak kondangan ! Belum lama seorang sahabat bertutur lugu tentang calon istrinya : Yah, kalo buat di ajak kondangan masih pantas lah ". Astaghfirullah. Betapa kasihan para istri jika diajak suaminya menghadiri undangan ternyata hanya untuk dilihat dan dipamerkan ? Jika demikian, bagaimana dengan mereka para istri shalihah yang belum tentu penampilan fisiknya seideal yang diharapkan laki-laki kebanyakan, apakah mereka tidak pantas untuk menghadiri walimah ? Astagfirullah. Ternyata, setiap kali ada undangan walimah setiap kali pula kita harus menyiapkan hati untuk lebih sering dan lebih tulus dalam beristigfar.
Lalu, bagaimana dengan agenda mesra kita ?
Mesra kita adalah bagaimana saat bersama-sama saling mengingatkan untuk meluruskan niat sebelum menghadiri undangan ....
Mesra kita adalah saat bersama memilih hadiah yang terbaik dan berkesan untuk sahabat kita yang sedang berbahagia
Mesra kita adalah saat menuangkan pesan singkat kepada mempelai berdua yang baru saja akan mengayuh biduk pertamanya untuk berlayar menjelajahi bahtera cinta...
Mesra kita adalah saat bersama-sama memilih pakaian yang terbaik dan pantas untuk dikenakan saat walimah, lalu saling membantu untuk mengenakannya satu sama lainnya.....
Mesra kita adalah saat perjalanan menuju tempat acara, memutar ulang layar cinta pertama pernikahan kita, meski mungkin sekedar berjalan, naik becak, atau numpang mobil teman terdekat.....
Mesra kita adalah saat menyalami mempelai berdua, mendoakan dengan sepenuh ketulusan, dengan harapan bahwa doa itu juga akan kembali pada kita lewat perantara doa para malaikat yang mendengarkan.....
Mesra kita adalah saat pulang dan membuka pintu rumah, raga penuh lelah namun jiwa terasa bahagia. Jiwa terpuaskan membahagiakan seorang sahabat. Perasaan kita pun melambung mengingat saat pernikahan yang telah lampau. Adakah malam ini kita akan mengulang malam pertama seperti dulu ? .....
Subhanallah
Dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah punya tetangga seorang Parsi yang pandai membuat lauk pauk. Ia membuat masakan untuk Rasulullah kemudian mengundang (Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam ) makan. Beliau SAW bertanya : Apakah Aisyah diundang juga ? Ia menjawab : Tidak. Rasulullah berkata : Saya tidak akan datang. Ia pun kembali mengundang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bertanya : Apakah Aisyah diundang juga ? Ia menjawab : Tidak. Rasulullah berkata : saya tidak akan datang. Orang ini datang kembali mengundang.Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bertanya : Apakah Aisyah diundang juga ? Pada undangannya yang ketiga, ia menjawab : Ya. Keduanya (Nabi dan Aisyah) lalu berdiri dan berjalan seiring sehingga sampai ke rumah si pengundang tadi} (HR. Muslim (VI/116)
Alhamdulillah. Untungnya di jaman ini, banyak undangan yang resmi biasanya mencantumkan password " bapak/ibu sekalian", sehingga kita tidak perlu bersusah-susah untuk melobi pihak terkait atau menolak undangannya sebagaimana Rasulullah lakukan ketika itu. Jadi bersiaplah, karena setiap kartu undangan yang muncul di depan pintu rumah kita, itu berarti kesempatan besar untuk merangkai mesra bersama istri tercinta. Apalagi jika itu adalah undangan resepsi pernikahan, maka tak ada salahnya menjadi ajang nostalgia Anda berdua untuk memutar ulang klip-klip indah seputar awal cinta dan pernikahan Anda berdua. Subhanallah. Namun sebelum lebih jauh beranjak, ada sebuah pertanyaan yang patut di cermati
Mengapa kita harus menghadiri sebuah undangan ?
Sungguh perlu mencermati beberapa hadits di bawah ini, sehingga kehadiran kita dalam sebuah undangan bukan sekedar atas nama 'persaudaraan' atau menghindari perasaan tidak enak, namun juga sebagai sebuah ketundukan atas syariah Allah dan Rasul-Nya.
Pertama, dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang melalaikan undangan (tidak menghadirinya), maka sungguh ia telah bermaksiat pada Allah dan rasul-Nya (HR Bukhori (5177) dan Muslim (1432))
Kedua, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : Seandainya aku diundang untuk (jamuan) kaki kambing, niscaya aku akan menghadirinya, dan seandainya dihadiahkan kepadaku kaki kambing, sungguh aku akan menerimanya (HR Bukhori (5178) Bab Nikah, Muslim (1429) Tirmidzi (1338) dan Ahmad (9201))
Ketiga, dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda : " Jika seorang diantara kamu diundang pada sebuah walimah (jamuan) , maka hendaklah ia menghadirinya " ( Lihat Fiqh Sunnah II/339)
Alhasil, menghadiri sebuah undangan pada hakekatnya adalah perintah agama. Kemudian dalam wilayah yang lebih luas lagi, sesungguhnya ia merupakan konsekwensi dari hubungan antar sesama manusia : untuk mempererat ukhuwah, menunjukkan perhatian dan kepedulian, serta tentu saja membahagiakan mereka yang telah peduli dan bersemangat untuk mengundang kita. Wallahu a'lam.
Pelajaran Istighfar dari sebuah walimah
Sejak awal pertama kali kita menerima undangan, hilangkan semua niat-niat yang terlampau murah jika dibandingkan pahala keikhasan kita dalam menghadirinya. Sebut saja niat yang tampaknya sederhana : mencoba menu makan yang lebih enak, atau hingga yang tampak prestisius : pamer penampilan atau kemesraan di depan pasangan yang lainnya. Astaghfirullah. Semoga kita dijauhkan dari lintasan niat-niat semacam itu. Murah teramat murah.
Bukan sekedar dugaan, dua niat di atas memang terbukti sering berkelebatan dalam benak sebagain besar kita – atau mungkin saya sendiri? Astaghfirullah. Ada teman yang menyiapkan kapasitas lambungnya sedemikian rupa sebelum menghadiri walimahan. Tujuannya tidak lebih agar mampu menjelajahi semua jenis hidangan yang disuguhkan. Lebih parah lagi jika niat ini ditambah keinginan untuk 'membalancekan' antara yang telah ia makan dan 'hadiah kado' yang ia berikan. Hitungan matematika sederhana yang berkelabat terus di otaknya adalah : Jangan sampai rugi, minimal harus Break Event Point (BEP) ! Astagfirullah.
Juga tidak kalah rendahnya, niat untuk pamer penampilan dan kemesraan. Maka muncullah pasangan-pasangan yang tampak berkilauan sejak awal datang dari kejauhan. Semua harta karun simpanan perhiasan –semoga sudah dikeluarkan zakatnya- ditampilkan begitu saja bak pameran perhiasan tingkat internasional. Apalagi penampilan ibu-ibu dan nyonya-nyonya mudanya yang berdandan bak selebritis. Nyaris bisa dipastikan semua hasil rekayasa salon langganan. Entah untuk siapa mereka berdandan begitu rupa. Apakah untuk selain suaminya ? Astaghfirullah.
Tidak jauh jauh, terkadang kita juga merasa ingin pamer kemesraan dengan istri tercinta. Atau ada juga yang ingin 'memamerkan' istrinya. Astaghfirullah. Saya dengar dari telinga saya sendiri, dan Andapun pasti pernah mendengarnya tentang ukuran kecantikan seorang wanita, yaitu yang pantas untuk di ajak kondangan ! Belum lama seorang sahabat bertutur lugu tentang calon istrinya : Yah, kalo buat di ajak kondangan masih pantas lah ". Astaghfirullah. Betapa kasihan para istri jika diajak suaminya menghadiri undangan ternyata hanya untuk dilihat dan dipamerkan ? Jika demikian, bagaimana dengan mereka para istri shalihah yang belum tentu penampilan fisiknya seideal yang diharapkan laki-laki kebanyakan, apakah mereka tidak pantas untuk menghadiri walimah ? Astagfirullah. Ternyata, setiap kali ada undangan walimah setiap kali pula kita harus menyiapkan hati untuk lebih sering dan lebih tulus dalam beristigfar.
Lalu, bagaimana dengan agenda mesra kita ?
Mesra kita adalah bagaimana saat bersama-sama saling mengingatkan untuk meluruskan niat sebelum menghadiri undangan ....
Mesra kita adalah saat bersama memilih hadiah yang terbaik dan berkesan untuk sahabat kita yang sedang berbahagia
Mesra kita adalah saat menuangkan pesan singkat kepada mempelai berdua yang baru saja akan mengayuh biduk pertamanya untuk berlayar menjelajahi bahtera cinta...
Mesra kita adalah saat bersama-sama memilih pakaian yang terbaik dan pantas untuk dikenakan saat walimah, lalu saling membantu untuk mengenakannya satu sama lainnya.....
Mesra kita adalah saat perjalanan menuju tempat acara, memutar ulang layar cinta pertama pernikahan kita, meski mungkin sekedar berjalan, naik becak, atau numpang mobil teman terdekat.....
Mesra kita adalah saat menyalami mempelai berdua, mendoakan dengan sepenuh ketulusan, dengan harapan bahwa doa itu juga akan kembali pada kita lewat perantara doa para malaikat yang mendengarkan.....
Mesra kita adalah saat pulang dan membuka pintu rumah, raga penuh lelah namun jiwa terasa bahagia. Jiwa terpuaskan membahagiakan seorang sahabat. Perasaan kita pun melambung mengingat saat pernikahan yang telah lampau. Adakah malam ini kita akan mengulang malam pertama seperti dulu ? .....
Subhanallah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar