Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh umat manusia, sejak awal telah mengajarkan budaya persatuan. Bukan saja dalam koridor sesama kaum muslimin atau yang biasa disebut dengan ukhuwah islamiyah, tetapi juga dalam konteks masyarakat berbangsa dan bernegara. Bahkan dalam sejarah dan realitas terkini pun akan mudah kita temukan, bahwa sejatinya persatuan umat memberikan kontribusi besar dalam menambah kualitas persatuan bangsa. Ajaran Islam melalui Al-Quran dan Sunnah banyak memberikan inspirasi bagi kaum muslimin untuk mengaplikasikan budaya persatuan dalam menjalani kehidupannya.
Setidaknya ada tiga aplikasi ajaran Islam yang berkaitan erat dengan upaya menuju persatuan yang lebih kuat, baik sesama kaum muslimin secara khusus, maupun sebagai bagian utuh dari masyarakat Indonesia. Tiga aplikasi dari ajaran persatuan dalam Islam tersebut adalah :
Pertama : Saling mengenal dan berinteraksi
Allah SWT berfirman : “ Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal”. (QS Al-Hujurot 13). Ajaran persatuan yang paling mendasar dalam Islam adalah dengan saling mengenal dan berinteraksi. Ini artinya pendapat Islam sebagai agama yang eksklusif sangat tidak relevan. Seorang muslim diharapkan mau membuka diri untuk bergaul dengan masyarakatnya. Ia harus menjadi yang pertama menyadari bahwa keragamaan suku, budaya dan bahasa adalah kepastian bahkan menjadi sunnatullah tersendiri. Ia harus memperbanyak relasi, kenalan, dan jaringan, karena bisa jadi dari situlah ia mendapatkan peluang berbagi kebaikan lebih banyak lagi.
Kedua : Saling memahami & bertoleransi
Ajaran kedua yang berkaitan dengan budaya persatuan adalah sikap saling memahami dan bertoleransi. Setiap individu mempunyai kelebihan dan kelemahan, begitu pula kumpulan individu, organisasi, lembaga bahkan juga suku dan ras sekalipun. Dalam Islam, kelemahan itu untuk dipahami, bukan malah dieksplorasi dan dijadikan bahan kritikan, celaan yang tak pernah kunjung usai. Jika hanya sekedar mengenal tanpa berusaha memahami dan bertoleransi, maka persatuan dalam skala apapun hanya menjadi impian yang semakin menjauh. Islam mengingatkan kita untuk saling memahami dan bertoleransi, diantaranya melalui larangan saling mencela dan menghina. Allah SWT berfirman : janganlah sebuah kaum merendahkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang direndahkan) itu lebih baik dari mereka. (QS Hujurot 11)
Tiga : Saling bekerja sama dan bersinergi
Setelah saling mengenal dan memahami, maka ajaran Islam menyempurnakan budaya persatuan dengan memerintahkan untuk saling bekerja sama dan bersinergi. Allah SWT berfirman : “ … dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” ( Maidah 2). Wilayah kerja sama yang ditawarkan dalam ayat di atas sangat luas cakupannya. Imam Qurtubi dalam tafsirnya menukil ungkapan Imam Mawardhi : bahwa al-bir (kebajikan) adalah keridhoan manusia secara umum, sedangkan ‘at-taqwa’ adalah keridhoan Allah SWT. Dalam bahasa sederhananya, seorang muslim diperintahkan untuk saling bekerjasama, baik dalam lapangan kebaikan yang universal (kemanusiaan) maupun kebaikan dalam kacamata syariah. Disinilah kita perlu menyadari sepenuhnya, bahwa pada saat seorang muslim bekerja sama dalam mengerjakan sebuah kebaikan yang bersifat umum ( kemasyarakatan dan kebangsaan) maka sejatinya ia sedang menjalankan amanat ajaran Islam.
Akhirnya, jika ketiga langkah di atas mampu dijalankan dengan baik oleh seorang muslim, insya Allah akan mendatangkan persatuan yang lebih kuat dan indah dalam setiap tataran kehidupan. Semoga kita semua mampu menjalankannya. Wallahu a’lam bisshowab.
*dimuat di Rubrik Tausiyah Suara Merdeka - Suara Solo 30 Okt 2009
Setidaknya ada tiga aplikasi ajaran Islam yang berkaitan erat dengan upaya menuju persatuan yang lebih kuat, baik sesama kaum muslimin secara khusus, maupun sebagai bagian utuh dari masyarakat Indonesia. Tiga aplikasi dari ajaran persatuan dalam Islam tersebut adalah :
Pertama : Saling mengenal dan berinteraksi
Allah SWT berfirman : “ Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal”. (QS Al-Hujurot 13). Ajaran persatuan yang paling mendasar dalam Islam adalah dengan saling mengenal dan berinteraksi. Ini artinya pendapat Islam sebagai agama yang eksklusif sangat tidak relevan. Seorang muslim diharapkan mau membuka diri untuk bergaul dengan masyarakatnya. Ia harus menjadi yang pertama menyadari bahwa keragamaan suku, budaya dan bahasa adalah kepastian bahkan menjadi sunnatullah tersendiri. Ia harus memperbanyak relasi, kenalan, dan jaringan, karena bisa jadi dari situlah ia mendapatkan peluang berbagi kebaikan lebih banyak lagi.
Kedua : Saling memahami & bertoleransi
Ajaran kedua yang berkaitan dengan budaya persatuan adalah sikap saling memahami dan bertoleransi. Setiap individu mempunyai kelebihan dan kelemahan, begitu pula kumpulan individu, organisasi, lembaga bahkan juga suku dan ras sekalipun. Dalam Islam, kelemahan itu untuk dipahami, bukan malah dieksplorasi dan dijadikan bahan kritikan, celaan yang tak pernah kunjung usai. Jika hanya sekedar mengenal tanpa berusaha memahami dan bertoleransi, maka persatuan dalam skala apapun hanya menjadi impian yang semakin menjauh. Islam mengingatkan kita untuk saling memahami dan bertoleransi, diantaranya melalui larangan saling mencela dan menghina. Allah SWT berfirman : janganlah sebuah kaum merendahkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang direndahkan) itu lebih baik dari mereka. (QS Hujurot 11)
Tiga : Saling bekerja sama dan bersinergi
Setelah saling mengenal dan memahami, maka ajaran Islam menyempurnakan budaya persatuan dengan memerintahkan untuk saling bekerja sama dan bersinergi. Allah SWT berfirman : “ … dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” ( Maidah 2). Wilayah kerja sama yang ditawarkan dalam ayat di atas sangat luas cakupannya. Imam Qurtubi dalam tafsirnya menukil ungkapan Imam Mawardhi : bahwa al-bir (kebajikan) adalah keridhoan manusia secara umum, sedangkan ‘at-taqwa’ adalah keridhoan Allah SWT. Dalam bahasa sederhananya, seorang muslim diperintahkan untuk saling bekerjasama, baik dalam lapangan kebaikan yang universal (kemanusiaan) maupun kebaikan dalam kacamata syariah. Disinilah kita perlu menyadari sepenuhnya, bahwa pada saat seorang muslim bekerja sama dalam mengerjakan sebuah kebaikan yang bersifat umum ( kemasyarakatan dan kebangsaan) maka sejatinya ia sedang menjalankan amanat ajaran Islam.
Akhirnya, jika ketiga langkah di atas mampu dijalankan dengan baik oleh seorang muslim, insya Allah akan mendatangkan persatuan yang lebih kuat dan indah dalam setiap tataran kehidupan. Semoga kita semua mampu menjalankannya. Wallahu a’lam bisshowab.
*dimuat di Rubrik Tausiyah Suara Merdeka - Suara Solo 30 Okt 2009
Andai seluruh umat Islam dapat bersatu dan menerapkan ketiga point diatas saya yakin umat muslim dunia tidak akan terpecah belah lagi seperti saat ini dan dapat melawan kezaliman secara bersama-sama di muka bumi ini....
BalasHapus@rudy azhar : insya Allah, persatuan berawal dari lingkup terkecil .. saat seorang muslim ikut berperan dalam 'persatuan' warga lingkungannya, itu sudah prestasi luar biasa
BalasHapusInnamal mu'minuuna ikhwah
BalasHapus@muchlisin : iya, sebelum memberikan efek persatuan ke orang lain ... mestinya memang ukhuwah harus lebih mantap duluan
BalasHapusSimple emang,,
BalasHapustapi penerapannya susah BGT,,
kapan ya Indonesia bs menerapkan semuanya....