Ramadhan yang dirindukan menjelang. Lantas bagaimana dengan agenda mesra para suami istri ? Apakah romantis harus kita tangguhkan terlebih dahulu hingga lebaran tiba ? Sanggupkah kita ? Jika tidak, adakah alternatif lainnya ?.
Sebelum berbicara lebih jauh tentang kemesraan selama bulan Ramadhan, ada sebuah hadits yang perlu kita renungkan terlebih dahulu. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda ketika Ramadhan datang menjelang : " Sungguh telah datang padamu sebuah bulan yang penuh berkah dimana diwajibkan atasmu puasa di dalamnya, (bulan) dibukanya pintu-pintu surga, dan ditutupnya pintu-pintu neraka jahannam, dan dibelenggunya syaitan-syaitan, Di dalamnya ada sebuah malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Barang siapa diharamkan dari kebaikannya, maka telah diharamkan (seluruhnya) "(HR Ahmad, Nasa'i dan Baihaqi)
Ramadhan sering datang dengan tiba-tiba, dan berlalu begitu cepat tanpa terasa. Ia adalah momentum termahal yang pernah kita punya untuk mendulang pahala. Ini mirip bulan promosi dan besar-besaran yang ditawarkan di pusat-pusat perbelanjaan. Kebaikan nilai pahalanya menjadi berlipat-lipat, semua orang berburu memborongnya. Saya sering mengibaratkan Romadhon itu : Bagaikan kita mendapat 'hadiah' di sebuah pusat perbelanjaan. Kita diberi kesempatan untuk mengambil semua barang belanja di dalamnya, namun hanya dalam waktu sepuluh menit ! Allah SWT menggambarkannya dalam Al-Qur'an : " (yaitui) dalam beberapa hari yang tertentu" ( QS Al-Baqarah 184)
Semua kita, jika diberi kesempatan 'gratisan' semacam itu, pasti segera meloncat lalu berlari menuju rak-rak belanjaan untuk segera mengambil barang-barang, dari yang termahal hingga termurah. Nyaris tanpa henti hingga waktunya selesai. Lelah berkeringat bukan masalah. Apa yang dalam pikiran kita adalah ini kesempatan berharga.. Sekali lengah atau berhenti bisa berarti kerugian yang tak terbayangkan.
Apa makna dari gambaran tersebut ? Arti yang harus kita pahami bahwa Ramadhan memang benar-benar berbeda. Perlu interaksi, konsentrasi dan energi yang berbeda pula dalam menyikapinya. Jangan sekali-sekali menyamakan Ramadhan dengan sebelas bulan yang lainnya. Berbeda dan sungguh berbeda.
Ini berarti, dalam bulan Ramadhan juga diperlukan sebuah kemesraan yang berbeda. Apa sajakah ?
Sebelum berbicara lebih jauh tentang kemesraan selama bulan Ramadhan, ada sebuah hadits yang perlu kita renungkan terlebih dahulu. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda ketika Ramadhan datang menjelang : " Sungguh telah datang padamu sebuah bulan yang penuh berkah dimana diwajibkan atasmu puasa di dalamnya, (bulan) dibukanya pintu-pintu surga, dan ditutupnya pintu-pintu neraka jahannam, dan dibelenggunya syaitan-syaitan, Di dalamnya ada sebuah malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Barang siapa diharamkan dari kebaikannya, maka telah diharamkan (seluruhnya) "(HR Ahmad, Nasa'i dan Baihaqi)
Ramadhan sering datang dengan tiba-tiba, dan berlalu begitu cepat tanpa terasa. Ia adalah momentum termahal yang pernah kita punya untuk mendulang pahala. Ini mirip bulan promosi dan besar-besaran yang ditawarkan di pusat-pusat perbelanjaan. Kebaikan nilai pahalanya menjadi berlipat-lipat, semua orang berburu memborongnya. Saya sering mengibaratkan Romadhon itu : Bagaikan kita mendapat 'hadiah' di sebuah pusat perbelanjaan. Kita diberi kesempatan untuk mengambil semua barang belanja di dalamnya, namun hanya dalam waktu sepuluh menit ! Allah SWT menggambarkannya dalam Al-Qur'an : " (yaitui) dalam beberapa hari yang tertentu" ( QS Al-Baqarah 184)
Semua kita, jika diberi kesempatan 'gratisan' semacam itu, pasti segera meloncat lalu berlari menuju rak-rak belanjaan untuk segera mengambil barang-barang, dari yang termahal hingga termurah. Nyaris tanpa henti hingga waktunya selesai. Lelah berkeringat bukan masalah. Apa yang dalam pikiran kita adalah ini kesempatan berharga.. Sekali lengah atau berhenti bisa berarti kerugian yang tak terbayangkan.
Apa makna dari gambaran tersebut ? Arti yang harus kita pahami bahwa Ramadhan memang benar-benar berbeda. Perlu interaksi, konsentrasi dan energi yang berbeda pula dalam menyikapinya. Jangan sekali-sekali menyamakan Ramadhan dengan sebelas bulan yang lainnya. Berbeda dan sungguh berbeda.
Ini berarti, dalam bulan Ramadhan juga diperlukan sebuah kemesraan yang berbeda. Apa sajakah ?
Mesra dalam Mendulang Pahala
Sebagaimana program-program sebelumnya, kita selalu berusaha menyisipkan 'misi romantis' dalam setiap hal yang kita lakukan. Begitu juga saat Ramadhan, dimana banyak rangkaian program ibadah yang cukup ketat disyariatkan. Disitulah kita dituntut untuk lebih kreatif. Mencari celah-celah yang memungkinkan untuk investasi romantis. Tanpa mengurangi kekhusyukan dalam beribadah. Tanpa mengotori ketulusan niat kita dalam beribadah. Namun justru dalam kerangka saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. Allah SWT berfirman : " Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran " (QS Al Maidah 2)
Mari kita lihat sejenak peluang-peluang romantis yang ada dalam bulan agung ini. Untuk mendulang pahala sekaligus menguatkan ikatan mesra antara suami istri.
1. Makan Sahur, ada Keberkahan ada Kemesraan
Keheningan sebelum fajar pasti menggoda setiap insan untuk lebih mesra. Bahkan munajat di sepertigamalam yang terakhir selalu saja menghadirkan ketenangan yang luar biasa. Di saat-saat yang romantis itulah saat untuk bersahur tiba. Perjuangan membangunkan pasangan sudah menjanjikan banyak celah untuk mesra. Belum lagi jika ditambah dengan menyiapkan hidangan sahur bersama-sama. Menyantapnya berdua atau bersama keluarga pun akan menghadirkan keakraban yang berbeda dari biasanya. Waktu sahur hati kita terasa begitu lapang.Beban pikiran belum terlalu banyak berdesakan di kepala kita. Inilah saat yang tepat untuk mendulang mesra. Lebih jauh lagi, ada keberkahan yang sudah seharusnya kita mendapatkannya dengan sahur bersama. Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda : Bersahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu ada keberkahan ( HR Bukhori dan Muslim)
2. Kegembiraan Saat Berbuka
Rasulullah SAW bersabda : " Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka ( buka puasa dan juga saat Idul Fitri) dan kegembiraan saat bertemu Tuhan mereka " ( Hadits Bukhori & Muslim )
Setiap hari sepanjang bulan Ramadhan, ada kegembiraan yang layak untuk dirayakan. Hidangan buka puasa –apapun bentuknya- selalu ditunggu-ditunggu. Saat maghrib benar-benar menjelang, tidak ada alasan untuk segera menikmatinya. Mengejar keberkahan yang dijanjikan. Dari Sahl bin Sa'd, Rasulullah SAW bersabda : " Manusia senantiasa berada dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka " ( HR Bukhori dan Muslim)
Diantara kegembiraan dan keberkahan itulah, tercipta sebuah nuansa kemesraan yang baru. Tidak sekedar makan dan minum bersama untuk mengembalikan kekuatan raga. Cobalah juga beberapa hal yang menguatkan jiwa mesra Anda berdua. Berbukalah dengan satu suapan kurma dari tangan pasangan Anda. Atau berbukalah dengan ciuman tanpa kata-kata. Bahkan sesederhana air putih pun bisa menjadi lambang kemesraan, jika diminum segelas berdua. Jangan lupa untuk mengawali semua mesra itu dengan doa. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash, Rasulullah SAW bersabda : " Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak akan tertolak " (HR Ibnu Majah)
3. Panen Kemesraan dalam Doa
Rasulullah SAW : Ada tiga orang yang tidak tertolak doa mereka : " Orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang terdzalimi " ( HR Tirmidzi)
Dalam bulan Ramadhan ada istilah 'Manajemen Doa'. Artinya bagaimana mengoptimalkan kesempatan yang ada untuk berdoa. Doa bagi semua orang. Dari yang terdekat, hingga yang terjauh dibelahan bumi yang lain. Dari yang paling dicintai, hingga yang paling dibenci. Semuanya layak untuk di doakan. Suami istri juga berhak punya doa-doa khusus yang lebih mesra jika diungkapkan bersama. Tentang harapan datangnya buah hati, harapan tumbuh shaleh dan sehatnya sang buah hati, harapan tercurahnya rizki, harapan cinta sekaligus pertemuan abadi di akhirat nanti. Berdoalah dengan semangat. Hindari keraguan dan jauhi kemalasan. Berdoalah dengan penuh harapan dan ketamakan juga kemewahan ! Sesungguhnya dalam doa ada motivasi untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya. Lihatnya betapa percaya dirinya Istri Fir;aun dengan meminta sebuah bangunan khusus di sisi Rabb-nya : " Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga " (QS At-Tahriim : 11)
Berdoalah, karena Allah SWT begitu dekat dan mengetahui setiap yang terlintas dalam hati dan benak kita. Allah SWT berfirman : " Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadaku tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku. Agar mereka selalu berada dalam kebenaran." ( QS Al-Baqoroh 186)
4. Mesra Saat Tarawih
Salah satu keunikan saat Ramadhan adalah banyak orang yang bisa bisa sholat malam berturut-turut sebulan penuh. Sementara pada malam sebelas bulan yang lainnya, hal ini sama sekali tidak terbayangkan. Sholat malam ramadhan yang akrab disebut dengan shalat tarawih, adalah salah satu peluang penghapus dosa-dosa kita sebelumnya. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : " Barang siapa yang mendirikan (sholat) Romadhon dengan keimanan dan penuh pengharapan, akan Allah akan mengampuni dosa-dosanya terdahulu " ( HR Ahmad dan Ashabu Sunan)
Kemesraan saat tarawih jangan diartikan sepasang suami istri bersenang-senang dengan 'tarawih keliling' dari satu masjid ke masjid yang lain. Bukan pula kemesraan 'sekedar' berjalan kali bersama saat berangkat dan pulang tarawih. Meski hal itu juga cukup mahal dan berharga bagi pasangan suami istri yang sebagian besar memilih berangkat sendiri-sendiri. Mesra saat tarawih adalah ketika sesekali Anda mengajaknya untuk sholat tarawih berjamaah di rumah. Istri selalu bangga jika berjalan berduaan dengan suaminya. Begitu pula sholat, ada kemesraan yang tercipta saat suami tercinta menjadi imam sholatnya. Kebanggaan untuk menjadi makmum bagi sang kepala rumah tangganya. Kemesraan dan kebanggaan ini akan berpadu menjadi sebuah kenangan. Dan inilah karakter khas Ramadhan, selalu menciptakan kenangan-kenangan. Ini pula yang membuat Ramadhan selalu dirindukan.
5. Mesra dalam Tadarus Al-Quran.
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an. Bulan yang seharusnya menuntut kita semua untuk lebih dekat pada Al-Quran. Memenuhi kewajiban-kewajiban kita terhadap Al-Qur'an. Mulai dari membaca, menghafal, mentadabburi dan lebih-lebih mengamalkan dan mengajarkan (mendakwahkan) isi kandungan Al-Quran. Kerja-kerja semacam ini membutuhkan kesungguhan dan semangat yang berlebih. Apalagi saat terik mentari membakar dan raga dipenuhi letih. Nyaris Al-Quran menjadi jarang tersentuh. Maka disinilah peluang baru tercipta. Kesempatan emas untuk mendulang pahala sekaligus meraih mesra. Setiap pasangan tampil untuk menyemangati yang lainnya. Saling mengingatkan tentang sebuah keutamaan. Bahwa Ramadhan begitu mahal untuk terlewatkan begitu saja. Mulailah dengan tadarus. Tilawah bersama secara bergantian sebulan penuh. Target khatam sekali sebulan akan menjadi lebih ringan Insya Allah.
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : Ia (Jibril) mendatangi beliau (Rasulullah SAW) setiap malam di bulan Ramadhon, dan mengajarkannya pada beliau Al-Quran (tadarus ) (HR Bukhori),
6. Sepuluh Hari yang Menentukan
Dari Aisyah ra, ia berkata : adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya (HR Bukhori dan Muslim)
Melepas Ramadhan biasanya diliputi kesedihan. Namun jangan sampai kesedihan ini berbuah kemalasan. Karena sedih dalam arti menyesal dan menangis tidak banyak menghasilkan pahala. Melepas Ramadhan justru dengan semangat yang berlipat ganda untuk mengejar pahala. Ada lalilatul qadar award yang senantiasa membayang dalam impian kita. Perburuan malam seribu bulan itu akan lebih semangat jika dilakukan bersama-sama. Saling berlomba dan saling mengingatkan. Baik di rumah ataupun saat itikaf di masjid. Rasulullah telah mencontohkan. Beliau membangunkan istrinya untuk bersama-sama mengejar kemuliaan. Ini memang bukan saatnya egois untuk memesan rumah di surga sendirian. Sementara lahan kosong di surga begitu luas terbentang. Wallahu a'lam.
Artikel yang menarik sehingga puasa saya tambah semangat, terimakasih.
BalasHapustambah semangat apa nih maksudnya ? hati-hati yang lampu kuning di siang hari
BalasHapus