Islam menuntun kita bagaimana cara memilih pasangan sejati dalam hidup kita. Salah satu kriteria yang harus dinomor satukan adalah : ad-diin, yaitu sisi agamanya.Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : Seorang wanita dinikahi karena empat hal : hartanya, nasab keluarganya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah yang baik agamanya, niscaya engkau akan beruntung" (HR Bukhori dan Muslim)
Sekedar selingan,. ada sebuah anekdot yang unik dalam masalah ini. Dalam pandangan ikhwan aktifis dakwah , semua akhwat yang komitmen dengan hijab dan aktif dalam dakwah berarti telah terwakili dari sisi agamanya. Maka kemudian mereka berpikir, " sekarang tinggal mencari sisi kecantikannya …". Ya, barangkali itulah sisi kecerdasan tersembunyi seorang ikhwan dalam berapologi tentang kecenderungan fisik.
By the way, tentu saja yang dimaksud kriteria 'agama' disini adalah mencakup hal-hal mendasar dalam pemahaman dan pengamalan keagamaan, plus akhlak dan kepribadiannya. Contoh sederhananya bisa dilihat dengan indikasi sebagai berikut :
1. Pemahaman : berhubungan dengan akidah tauhid (rukun iman yang enam) dan juga keyakinan tentang kewajiban agama secara umum (rukun islam). Menjauhi segala keyakinan dan amalan yang mendekat pada syirik dan bid'ah. Mereka tidak kenal dukun, sihir, paranormal, dan tidak tergoda untuk melakukan amal yang belum jelas dalil dan ketentuannya dalam syariat.
2. Pengamalan : untuk wanita memang bisa diidentikkan dengan komitmen dalam berhijab (jilbab). Secara umum tentu berkaitan dengan ibadah harian, seperti : sholat berjamaah dan tepat waktu, tilawah al-quran yang memadai, serta menghidupkan amalan sunnah lainnya. Banyak yang mencoba membantah kriteria ini dan mengatakan, bahwa nanti setelah menikah kan bisa diperbaiki. Tentu saja sebagai sebuah keinginan positif hal ini perlu kita hargai, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan setelah pernikahan terkadang begitu susah untuk mendakwahi istri sendiri. Bukankah sejarah Nabi Nuh dan Hud juga sudah terpampang begitu jelas dalam masalah ini ?
3. Kepribadian : indikatornya bisa dilihat cari dia berinteraksi dengan lawan jenis, bagaimana cara seseorang dalam berdakwah dan berkomunikasi. Bagaimana kesabaran, optimisme, dan kesungguhan dalam menjalani aktifitasnya. Banyak hal yang bisa menjadi indikator di wilayah ini, meskipun -tentu saja- tidak semuanya harus menjadi ideal.
Secara khusus bagi pihak perempuan, syarat ketakwaan seorang laki-laki juga haruslah menjadi pertimbangan utama sebelum menerima atau menolak seseorang yang datang melamar.
Dari Abu Hatim ra, Rasulullah SAW bersabda : " Jika datang kepadamu seorang yang engkau ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia, jika engkau tidak melakukannya maka niscaya akan muncul fitnah di muka bumi ini dan kerusakan yang amat nyata "(HR Tirmidzi , ia berkata : hadits hasan gharib. Albani mengatakan : Hasan lighairihi)
Begitu pula disebutkan dalam riwayat, saat seseorang datang kepada Hasan bin Ali ra -cucu Rasulullah SAW- dan berkata : " Aku mempunyai seorang putri, menurutmu dengan siapa sebaiknya aku nikahkan dia ? ". Maka Hasan ra berkata : " Nikahkanlah putrimu dengan laki-laki yang bertakwa (takut kepada Allah), jika ia mencintai (putrimu) maka ia akan memuliakannya, dan jika sekalipun ia membenci (tidak suka) putrimu, ia tidak akan menyakitinya."
Jadi, kriteria agama bukanlah sesederhana yang kita bayangkan, yaitu sekedar berjilbab, mengaji atau keturunan kyai misalnya. Tapi ada serangkaian hal yang perlu kita pertimbangkan kembali sebelum memilih atau menerima calon suami / istri . Yang terjadi selama ini memang selalu tidak ideal. Hati sudah tertambat erat baru mempertimbangkan kriteria, maka yang terjadi biasanya hanyalah permakluman-permakluman.Selamat mempertimbangkan dan salam optimis.
Sekedar selingan,. ada sebuah anekdot yang unik dalam masalah ini. Dalam pandangan ikhwan aktifis dakwah , semua akhwat yang komitmen dengan hijab dan aktif dalam dakwah berarti telah terwakili dari sisi agamanya. Maka kemudian mereka berpikir, " sekarang tinggal mencari sisi kecantikannya …". Ya, barangkali itulah sisi kecerdasan tersembunyi seorang ikhwan dalam berapologi tentang kecenderungan fisik.
By the way, tentu saja yang dimaksud kriteria 'agama' disini adalah mencakup hal-hal mendasar dalam pemahaman dan pengamalan keagamaan, plus akhlak dan kepribadiannya. Contoh sederhananya bisa dilihat dengan indikasi sebagai berikut :
1. Pemahaman : berhubungan dengan akidah tauhid (rukun iman yang enam) dan juga keyakinan tentang kewajiban agama secara umum (rukun islam). Menjauhi segala keyakinan dan amalan yang mendekat pada syirik dan bid'ah. Mereka tidak kenal dukun, sihir, paranormal, dan tidak tergoda untuk melakukan amal yang belum jelas dalil dan ketentuannya dalam syariat.
2. Pengamalan : untuk wanita memang bisa diidentikkan dengan komitmen dalam berhijab (jilbab). Secara umum tentu berkaitan dengan ibadah harian, seperti : sholat berjamaah dan tepat waktu, tilawah al-quran yang memadai, serta menghidupkan amalan sunnah lainnya. Banyak yang mencoba membantah kriteria ini dan mengatakan, bahwa nanti setelah menikah kan bisa diperbaiki. Tentu saja sebagai sebuah keinginan positif hal ini perlu kita hargai, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan setelah pernikahan terkadang begitu susah untuk mendakwahi istri sendiri. Bukankah sejarah Nabi Nuh dan Hud juga sudah terpampang begitu jelas dalam masalah ini ?
3. Kepribadian : indikatornya bisa dilihat cari dia berinteraksi dengan lawan jenis, bagaimana cara seseorang dalam berdakwah dan berkomunikasi. Bagaimana kesabaran, optimisme, dan kesungguhan dalam menjalani aktifitasnya. Banyak hal yang bisa menjadi indikator di wilayah ini, meskipun -tentu saja- tidak semuanya harus menjadi ideal.
Secara khusus bagi pihak perempuan, syarat ketakwaan seorang laki-laki juga haruslah menjadi pertimbangan utama sebelum menerima atau menolak seseorang yang datang melamar.
Dari Abu Hatim ra, Rasulullah SAW bersabda : " Jika datang kepadamu seorang yang engkau ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia, jika engkau tidak melakukannya maka niscaya akan muncul fitnah di muka bumi ini dan kerusakan yang amat nyata "(HR Tirmidzi , ia berkata : hadits hasan gharib. Albani mengatakan : Hasan lighairihi)
Begitu pula disebutkan dalam riwayat, saat seseorang datang kepada Hasan bin Ali ra -cucu Rasulullah SAW- dan berkata : " Aku mempunyai seorang putri, menurutmu dengan siapa sebaiknya aku nikahkan dia ? ". Maka Hasan ra berkata : " Nikahkanlah putrimu dengan laki-laki yang bertakwa (takut kepada Allah), jika ia mencintai (putrimu) maka ia akan memuliakannya, dan jika sekalipun ia membenci (tidak suka) putrimu, ia tidak akan menyakitinya."
Jadi, kriteria agama bukanlah sesederhana yang kita bayangkan, yaitu sekedar berjilbab, mengaji atau keturunan kyai misalnya. Tapi ada serangkaian hal yang perlu kita pertimbangkan kembali sebelum memilih atau menerima calon suami / istri . Yang terjadi selama ini memang selalu tidak ideal. Hati sudah tertambat erat baru mempertimbangkan kriteria, maka yang terjadi biasanya hanyalah permakluman-permakluman.Selamat mempertimbangkan dan salam optimis.
Lalu bagaimana bagi seorang Ikhwan, Tadz.?
BalasHapusSungguh indah wasiat Nabi
BalasHapusفاظفر بذات الدين تربت يداك
Moga dengan kriteria ini, tercapailah rumah tangga surga
Salam ukhuwah
indonesia negara terbesar pemeluk agama Islam...
BalasHapustapi terbesar pula tingkat korupsinya...
dan semakin menjadi yang terkecil dalam pengimplementasian ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari..sungguh ironis..
Sukron Ustd,, Artikelx sgt bermanfa'at trutama buat ana pribadi.
BalasHapus