Melanjutkan postingan sebelumnya seputar Bisnis Sahabat bagian pertama , dimana disebutkan yang pertama kali ada sifat mental yang mandiri dan kokoh, maka pada bagian kedua ini kita akan membahas berbagai tips lainnya yang bermanfaat dari para sahabat yang mulia. Selamat membaca dan salam optimis !!
Kedua : Senantiasa mengingat Allah dan Taat Beribadah
Meskipun kesibukan dan aktifitas dagang yang luar biasa, para sahabat tidak lalai dengan kewajiban ibadah dan dzikrullah. Mereka semua dalam kondisi ruhiyah yang tangguh, tidak mudah tergoda dengan peluang-peluang dan tawaran duniawi yang berkelebat di depan mata. Begitu indah Al-Quran memuji generasi pedagang yang mulia ini :
“Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan mendirikan sembahyang, dan dari membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hati dan penglihatan menjadi guncang “ (QS An-Nuur 37)
Buktinyata, suatu ketika bahkan Abdurrahman bin Auf pernah mengimami sholat sahabat lainnya, dan Rasulullah SAW ikut turut serta menjadi makmum-nya ! Ketika Abdurrahman bin Auf jengah dan ingin mundur, Rasulullah SAW memberi isyarat agar tetap pada tempatnya. Demikian dikisahkan dalam kitab usudul ghoba, yang ini semua memberikan gambaran bagaimana sesungguhnya kapasitas ruhiyah seorang Abdurrahman bin Auf.
Mereka para pedagang di Madinah,meyakini sepenuhnya bahwa kunci kesuksesan berdagang, sebagian besar karena memperbanyak dzikrullah dalam setiap aktifitas dagangnya. Mereka mengingat dan memahami betul panduan bisnis qurani, Allah SWT berfirman : “dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung “ (QS Jumat 10)
Ketiga : Pekerja Keras : Mengawali Aktifitas Dagang sepagimungkin
Para bisnisman Madinah meyakini bahwa keberkahan ada di waktu pagi hari. Karenanya mereka senantiasa memulai aktifitasnya di awal pagi, saat tubuh giat dan bersemangat. Rasulullah SAW berdoa dalam sabdanya : “ Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi harinya “. Beliau juga senantiasa mengirim pasukan di awal pagi sebagai langkah awal kesuksesan. Seorang pedangan Madinah lainnya yang bernama Sohkr al-Ghomidi, bahkan tidak pernah mengirim agen distributor dan marketingnya untuk mulai berkeliling kecuali dimulai pada sepagi mungkin. Hal inilah yang menjadikan Sokhr sukses dalam berdagang, dan hartanya menjadi sangat banyak. Bahkan disebutkan dalam riwayat Ahmad : karena telampau banyak harta hasil perdagangannya, sampai-sampai Sokhr pun kebingungan dimana lagi ia harus menyimpan hartanya. Subhanallah ..
Keempat : Jujur dalam Berdagang
Kejujuran adalah kunci utama kesuksesan para sahabat dalam berdagang. Rasulullah SAW dalam hal ini senantiasa memandu dan mengawasi mereka dalam menjalankan aktifitas perdagangan. Tak jarang beliau langsung turun melakukan inspeksi pasar untuk mengecek ketersediaan dan kualitas barang. Beliau pun segera menegur saat ada sahabat yang mencoba berlaku curang menyembunyikan cacat barang dagangan yang dimilikinya. Bukan hanya Rasulullah SAW, bahkan Al-Quran pun turun memberikan panduan dalam perdagangan secara umum. Lihat saja bagaimana surat Al-Muthoffifin turun menghenyakkan hati pedagang Madinah, mengkritik sebagian mereka yang masih berlaku curang tidak memenuhi timbangan dengan baik. Dengan panduan dan pengawasan seperti inilah, para bisnisman dari golongan sahabat tumbuh mengembangkan bisnisnya tanpa melanggar prinsip kepatuhan syar’i.
Kelima : Tidak mengambil banyak Untung
Salah satu yang membuat tertarik pembeli adalah barang yang murah. Para sahabat mengetahui persis hal ini dan menjadikan sebagai strategi inti dalam perdagangannya. Adalah Abdurrahman bin Auf yang secara gamblang membocorkan rahasia kesuksesannya dalam masalah ini. Disebutkan dalam Kitab Ihya Ulumuddin imam Al-Ghozali, suatu ketika Abdurrahman bin Auf ditanya : “ Apa sebab kemudahanmu dalam berdagang ? “. Maka ia menjawab : “ ada tiga hal saja. Pertama: Aku tidak pernah menolak tawaran untung meskipun sedikit, Kedua : Aku tidak pernah menunda-nunda pesanan satu hewan pun. Ketiga : Aku tidak menjual dengan cara riba “. Dikisahkan pula bahwa suatu hari Abdurrahman bin Auf pernah menjual seribu ekor unta dan hanya mengambil untung harga seutas tali onta dari setiap unta yang terjual. Meskipun harga tali onta itu hanya satu dirham, tapi karena ia menjual 1000 ekor unta, maka seharian itu ia mendapatkan untung seribu dirham ! Subhanallah …
Keenam : Memperluas Wilayah Pemasaran
Sejak dulu para sahabat tidak berkutat di Madinah dalam menjalankan aktifitas dagangnya. Bahkan kebiasaan Qurays di Mekkah pun sejak jaman jahiliyah adalah melakukan perjalanan dagang ekspor impor dua kali dalam setiap tahunnya, yaitu ke Yaman dan Syam. Begitu pula para sahabat usahawan di Madinah, mereka meyakini sepenuhnya bahwa rejeki Allah tersebar di bumi yang luas ini. Karenanya, bidang ekspor dan impor sejak awal telah mereka garap dengan serius dan mengantarkan kesuksesan mereka dalam berdagang. Inspirasi qurani yang senantiasa mereka ambil adalah : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya” (QS Al Mulk 15)
Ketujuh : Saling bersinergi dan bekerja sama antar usahawan
Kunci sukses sahabat dalam bisnis berikutnya adalah memelihara lingkungan yang kondusif dalam berbisnis. Mereka tidak mengenal istilah kongkalingkong, sikut kanan dan sikut kiri dalam berbisnis, tapi justru sebaliknya tercipta kerja sama dalam saling sinergi yang sangat positif untuk mengembangkan bisnis. Rasulullah SAW sejak awal telah berperan besar dalam menciptakan kelangsungan pasar yang sehat di Madinah. Beliau memberlakukan sekian aturan kompetisi yang sehat dan dinamis, antara lain larangan bagi penjual untuk menawarkan dagangan kepada buyer yang telah menawar dagangan penjual lain. Begitu pula larangan monopoli perdagangan dengan melakukan upaya penimbunan barang langka agar bisa segera naik harganya saat hilang di pasaran. Semua aturan ini tanpa disadari menjadikan iklim usaha di Madinah begitu kondusif dan dinamis.
Kedelapan: Menjalankan Corporate Sosial Responsibility dengan tangguh
Inilah kunci kesuksesan akhir yang begitu tergambar di hadapan kita. Para usahawan dari golongan sahabat tidak hanya berdagang untuk diri sendiri, tapi juga menjalankan kewajiban berbagi dan mensukseskan program-program positif pemerintah. Utsman bin Affan memberikan contoh nyata, dalam mensponsori mobilisasi kaum muslimin dalam perang Tabuk yang membutuhkan pendanaan luar biasa. Disebutkan pada hari itu, Utsman bin Affan menginfakkan setidaknya 900 ekor unta lengkap dengan peralatan perangnya, 100 kuda perang, 200 kantong emas plus uang cash sebesar 1000 dinar. Sungguh jumlah yang amat besar dan mengagumkan Rasulullah SAW hingga beliau pun berujar : “ Sungguh tidak ada lagi yang akan membahayakan Utsman setelah hari ini “.
Kiprah Abdurrahman bin Auf juga tidak kalah hebatnya. Beliau senantiasa membantu keperluan sahabat sampai akhir hidupnya. Tercatat dalam kitab Usudul Ghoba, bagaimana total sedekah beliau saat beliau masih hidup sebanyak 80.000 dinar, sedekah berupa onta perang sebanyak 1000 ekor, menyediakan tanah bagi istri-istri Rasulullah senilai 40.000 dinar . Bukan itu saja, ketika beliau wafat pun mewasiatkan banyak harta untuk sedekah antara lain : untuk keperluan fi sabilillah sebesar 50.000 dinar, untuk tunjangan veteran perang badar sebesar 40.000 dinar, berwasiat kendaraan dan perlengkapan logistik perang berupa unta 1000 ekor, kuda 100 ekor dan kambing 1300 ekor. Sungguh luar biasa. Dana ratusan milyar dianggarkan secara khusus untuk berbagi dengan yang lainnya.
Akhirnya, sekali lagi decak kagum tidak akan pernah cukup untuk mengapresiasi kehebatan strategi bisnis para sahabat yang mulia. Mari bersama berusaha menjalankannya sekuat tenaga, agar lebih berkah kehidupan dunia dan akhirat kita. Semoga Allah SWT memudahkan.
*artikel dimuat dalam rubrik spiritualzone majalah gizone edisi terbaru
Kedua : Senantiasa mengingat Allah dan Taat Beribadah
Meskipun kesibukan dan aktifitas dagang yang luar biasa, para sahabat tidak lalai dengan kewajiban ibadah dan dzikrullah. Mereka semua dalam kondisi ruhiyah yang tangguh, tidak mudah tergoda dengan peluang-peluang dan tawaran duniawi yang berkelebat di depan mata. Begitu indah Al-Quran memuji generasi pedagang yang mulia ini :
“Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan mendirikan sembahyang, dan dari membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hati dan penglihatan menjadi guncang “ (QS An-Nuur 37)
Buktinyata, suatu ketika bahkan Abdurrahman bin Auf pernah mengimami sholat sahabat lainnya, dan Rasulullah SAW ikut turut serta menjadi makmum-nya ! Ketika Abdurrahman bin Auf jengah dan ingin mundur, Rasulullah SAW memberi isyarat agar tetap pada tempatnya. Demikian dikisahkan dalam kitab usudul ghoba, yang ini semua memberikan gambaran bagaimana sesungguhnya kapasitas ruhiyah seorang Abdurrahman bin Auf.
Mereka para pedagang di Madinah,meyakini sepenuhnya bahwa kunci kesuksesan berdagang, sebagian besar karena memperbanyak dzikrullah dalam setiap aktifitas dagangnya. Mereka mengingat dan memahami betul panduan bisnis qurani, Allah SWT berfirman : “dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung “ (QS Jumat 10)
Ketiga : Pekerja Keras : Mengawali Aktifitas Dagang sepagimungkin
Para bisnisman Madinah meyakini bahwa keberkahan ada di waktu pagi hari. Karenanya mereka senantiasa memulai aktifitasnya di awal pagi, saat tubuh giat dan bersemangat. Rasulullah SAW berdoa dalam sabdanya : “ Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi harinya “. Beliau juga senantiasa mengirim pasukan di awal pagi sebagai langkah awal kesuksesan. Seorang pedangan Madinah lainnya yang bernama Sohkr al-Ghomidi, bahkan tidak pernah mengirim agen distributor dan marketingnya untuk mulai berkeliling kecuali dimulai pada sepagi mungkin. Hal inilah yang menjadikan Sokhr sukses dalam berdagang, dan hartanya menjadi sangat banyak. Bahkan disebutkan dalam riwayat Ahmad : karena telampau banyak harta hasil perdagangannya, sampai-sampai Sokhr pun kebingungan dimana lagi ia harus menyimpan hartanya. Subhanallah ..
Keempat : Jujur dalam Berdagang
Kejujuran adalah kunci utama kesuksesan para sahabat dalam berdagang. Rasulullah SAW dalam hal ini senantiasa memandu dan mengawasi mereka dalam menjalankan aktifitas perdagangan. Tak jarang beliau langsung turun melakukan inspeksi pasar untuk mengecek ketersediaan dan kualitas barang. Beliau pun segera menegur saat ada sahabat yang mencoba berlaku curang menyembunyikan cacat barang dagangan yang dimilikinya. Bukan hanya Rasulullah SAW, bahkan Al-Quran pun turun memberikan panduan dalam perdagangan secara umum. Lihat saja bagaimana surat Al-Muthoffifin turun menghenyakkan hati pedagang Madinah, mengkritik sebagian mereka yang masih berlaku curang tidak memenuhi timbangan dengan baik. Dengan panduan dan pengawasan seperti inilah, para bisnisman dari golongan sahabat tumbuh mengembangkan bisnisnya tanpa melanggar prinsip kepatuhan syar’i.
Kelima : Tidak mengambil banyak Untung
Salah satu yang membuat tertarik pembeli adalah barang yang murah. Para sahabat mengetahui persis hal ini dan menjadikan sebagai strategi inti dalam perdagangannya. Adalah Abdurrahman bin Auf yang secara gamblang membocorkan rahasia kesuksesannya dalam masalah ini. Disebutkan dalam Kitab Ihya Ulumuddin imam Al-Ghozali, suatu ketika Abdurrahman bin Auf ditanya : “ Apa sebab kemudahanmu dalam berdagang ? “. Maka ia menjawab : “ ada tiga hal saja. Pertama: Aku tidak pernah menolak tawaran untung meskipun sedikit, Kedua : Aku tidak pernah menunda-nunda pesanan satu hewan pun. Ketiga : Aku tidak menjual dengan cara riba “. Dikisahkan pula bahwa suatu hari Abdurrahman bin Auf pernah menjual seribu ekor unta dan hanya mengambil untung harga seutas tali onta dari setiap unta yang terjual. Meskipun harga tali onta itu hanya satu dirham, tapi karena ia menjual 1000 ekor unta, maka seharian itu ia mendapatkan untung seribu dirham ! Subhanallah …
Keenam : Memperluas Wilayah Pemasaran
Sejak dulu para sahabat tidak berkutat di Madinah dalam menjalankan aktifitas dagangnya. Bahkan kebiasaan Qurays di Mekkah pun sejak jaman jahiliyah adalah melakukan perjalanan dagang ekspor impor dua kali dalam setiap tahunnya, yaitu ke Yaman dan Syam. Begitu pula para sahabat usahawan di Madinah, mereka meyakini sepenuhnya bahwa rejeki Allah tersebar di bumi yang luas ini. Karenanya, bidang ekspor dan impor sejak awal telah mereka garap dengan serius dan mengantarkan kesuksesan mereka dalam berdagang. Inspirasi qurani yang senantiasa mereka ambil adalah : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya” (QS Al Mulk 15)
Ketujuh : Saling bersinergi dan bekerja sama antar usahawan
Kunci sukses sahabat dalam bisnis berikutnya adalah memelihara lingkungan yang kondusif dalam berbisnis. Mereka tidak mengenal istilah kongkalingkong, sikut kanan dan sikut kiri dalam berbisnis, tapi justru sebaliknya tercipta kerja sama dalam saling sinergi yang sangat positif untuk mengembangkan bisnis. Rasulullah SAW sejak awal telah berperan besar dalam menciptakan kelangsungan pasar yang sehat di Madinah. Beliau memberlakukan sekian aturan kompetisi yang sehat dan dinamis, antara lain larangan bagi penjual untuk menawarkan dagangan kepada buyer yang telah menawar dagangan penjual lain. Begitu pula larangan monopoli perdagangan dengan melakukan upaya penimbunan barang langka agar bisa segera naik harganya saat hilang di pasaran. Semua aturan ini tanpa disadari menjadikan iklim usaha di Madinah begitu kondusif dan dinamis.
Kedelapan: Menjalankan Corporate Sosial Responsibility dengan tangguh
Inilah kunci kesuksesan akhir yang begitu tergambar di hadapan kita. Para usahawan dari golongan sahabat tidak hanya berdagang untuk diri sendiri, tapi juga menjalankan kewajiban berbagi dan mensukseskan program-program positif pemerintah. Utsman bin Affan memberikan contoh nyata, dalam mensponsori mobilisasi kaum muslimin dalam perang Tabuk yang membutuhkan pendanaan luar biasa. Disebutkan pada hari itu, Utsman bin Affan menginfakkan setidaknya 900 ekor unta lengkap dengan peralatan perangnya, 100 kuda perang, 200 kantong emas plus uang cash sebesar 1000 dinar. Sungguh jumlah yang amat besar dan mengagumkan Rasulullah SAW hingga beliau pun berujar : “ Sungguh tidak ada lagi yang akan membahayakan Utsman setelah hari ini “.
Kiprah Abdurrahman bin Auf juga tidak kalah hebatnya. Beliau senantiasa membantu keperluan sahabat sampai akhir hidupnya. Tercatat dalam kitab Usudul Ghoba, bagaimana total sedekah beliau saat beliau masih hidup sebanyak 80.000 dinar, sedekah berupa onta perang sebanyak 1000 ekor, menyediakan tanah bagi istri-istri Rasulullah senilai 40.000 dinar . Bukan itu saja, ketika beliau wafat pun mewasiatkan banyak harta untuk sedekah antara lain : untuk keperluan fi sabilillah sebesar 50.000 dinar, untuk tunjangan veteran perang badar sebesar 40.000 dinar, berwasiat kendaraan dan perlengkapan logistik perang berupa unta 1000 ekor, kuda 100 ekor dan kambing 1300 ekor. Sungguh luar biasa. Dana ratusan milyar dianggarkan secara khusus untuk berbagi dengan yang lainnya.
Akhirnya, sekali lagi decak kagum tidak akan pernah cukup untuk mengapresiasi kehebatan strategi bisnis para sahabat yang mulia. Mari bersama berusaha menjalankannya sekuat tenaga, agar lebih berkah kehidupan dunia dan akhirat kita. Semoga Allah SWT memudahkan.
*artikel dimuat dalam rubrik spiritualzone majalah gizone edisi terbaru
salam sobat
BalasHapusjadi tahu, seorang bisnis yang hebat,taat beribadah, jujur dan mulai kegiatan bisnis sepagi mungkin dll.
trims panduannya mas Hatta.
Bagaimana cara promosi dari nol? karena tidak mungkin ada pembeli kalau tidak dikenali produknya.
BalasHapusmohon jawabannya
artikel yang bermanfaat..
BalasHapusTrading forex online terbaik