Setiap kita pernah mengalami kalah dan menang, sukses dan gagal. Ada yang lulus ujian kerja, ada yang gagal berkali-kali. Ada yang ditolak oleh wanita idamannya, ada juga yang nikah lebih dari sekali. Dalam skala yang lebih besar, ada yang menang pilkada dan berpesta pora, ada juga yang kalah terpuruk hingga sakit jiwa.
Kalah dan menang, sukses dan gagal seniantasa menguji kita semua. Lebih tepatnya, menguji cara kita menyikapinya. Apakah kemenangan membuatnya lalai atau bersyukur ? apakah kekalahan membuatnya bangkit atau tersungkur ? Orang beriman mempunyai keistimewaan penuh dalam hal ini, dan inilah justru yang membedakan dengan yang lainnya.
Firman Allah SWT : “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS Yusuf 87)
Rasulullah SAW bersabda : “sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, sungguh setiap urusannya adalah baik, dan hal itu hanya milik seorang mukmin , jika mendapatkan kebahagiaan ia bersyukur, maka itu menjadi baik baginya, jika mendapat kesusahan bersabar, maka itu adalah yg terbaik baginya".(HR Muslim)
Ada apalagi di dunia ini selain sabar dan syukur ? Dua senjata yang hanya dimiliki oleh orang beriman. Setiap mendapat kebahagiaan dia menyambutnya dengan penuh rasa syukur. Ketika ditimpa musibah dan kegagalan, maka kesabaran pun ditunjukkan. Kebaikan yang diberikan Allah SWT kepada orang beriman, hanya jika ia menjalankan sebagaimana digariskan. Artinya, jika dihadapkan padanya sebuah kebahagiaan, lalu ia tidak bersyukur maka yang terjadi bukanlah sebuah keistimewaan. Begitu pula sebaliknya, jika mendapatkan sebuah musibah, lalu ia tidak bersabar, maka keistimewaan itu tidak lagi ada pada dirinya.
All is well
Orang beriman selalu dalam kondisi All is well, baik-baik saja. Mengapa ? karena ia senantiasa berhusnudhon kepada Allah SWT, dan lebih jauh lagi ia merasa ‘aman’ karena segala sesuatu telah digariskan, dan itulah yang terbaik baginya. Allah SWT telah memberikan alasan bagi kita, mengapa setiap suratan takdir harus dijalani dengan all is well. Firman Allah SWT : “Supaya engkau tidak berputus asa atas apa yang luput darimu, dan tidak bersombong diri dengan apa yang engkau dapatkan". (QS Al Hadid 23)
Meyakini semua dalam skenario takdir Allah, akan menjadikan kita tidak sombong saat menang atau mendapatkan yang kita inginkan. Sebaliknya, meyakini bahwa semua yang luput dari kita, adalah ketentuan dan aturan Allah SWT maka otomatis akan menjauhkan kita dari kesedihan dan keputusasaan.
Inilah yang dicontohkan oleh seorang Ibnu Taimiyah, saat berhadapan dengan penguasa zalim yang memaksakan sebuah paham yang tak pernah diridhoinya, ia menyatakan bahwa hukuman apapun baginya adalah baik. Dengan tegas ia menyebutkan dalam sebuah kalimatnya yang abadi terkenang : “ Apa yang akan dibuat oleh musuh-musuhku, karena sesungguhnya surgaku ada dalam hatiku. Kemanapun aku pergi surgaku pergi bersamaku. Jika aku dipenjara, maka itu adalah kesempatan bagiku untuk merenung (berkhalwat), jika aku mati dibunuh pun, maka kematianku adalah kesyahidan, dan jika aku diasingkan, maka itu adalah perjalanan rekreasi ..” . Wallahu a’lam
Kalah dan menang, sukses dan gagal seniantasa menguji kita semua. Lebih tepatnya, menguji cara kita menyikapinya. Apakah kemenangan membuatnya lalai atau bersyukur ? apakah kekalahan membuatnya bangkit atau tersungkur ? Orang beriman mempunyai keistimewaan penuh dalam hal ini, dan inilah justru yang membedakan dengan yang lainnya.
Firman Allah SWT : “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS Yusuf 87)
Rasulullah SAW bersabda : “sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, sungguh setiap urusannya adalah baik, dan hal itu hanya milik seorang mukmin , jika mendapatkan kebahagiaan ia bersyukur, maka itu menjadi baik baginya, jika mendapat kesusahan bersabar, maka itu adalah yg terbaik baginya".(HR Muslim)
Ada apalagi di dunia ini selain sabar dan syukur ? Dua senjata yang hanya dimiliki oleh orang beriman. Setiap mendapat kebahagiaan dia menyambutnya dengan penuh rasa syukur. Ketika ditimpa musibah dan kegagalan, maka kesabaran pun ditunjukkan. Kebaikan yang diberikan Allah SWT kepada orang beriman, hanya jika ia menjalankan sebagaimana digariskan. Artinya, jika dihadapkan padanya sebuah kebahagiaan, lalu ia tidak bersyukur maka yang terjadi bukanlah sebuah keistimewaan. Begitu pula sebaliknya, jika mendapatkan sebuah musibah, lalu ia tidak bersabar, maka keistimewaan itu tidak lagi ada pada dirinya.
All is well
Orang beriman selalu dalam kondisi All is well, baik-baik saja. Mengapa ? karena ia senantiasa berhusnudhon kepada Allah SWT, dan lebih jauh lagi ia merasa ‘aman’ karena segala sesuatu telah digariskan, dan itulah yang terbaik baginya. Allah SWT telah memberikan alasan bagi kita, mengapa setiap suratan takdir harus dijalani dengan all is well. Firman Allah SWT : “Supaya engkau tidak berputus asa atas apa yang luput darimu, dan tidak bersombong diri dengan apa yang engkau dapatkan". (QS Al Hadid 23)
Meyakini semua dalam skenario takdir Allah, akan menjadikan kita tidak sombong saat menang atau mendapatkan yang kita inginkan. Sebaliknya, meyakini bahwa semua yang luput dari kita, adalah ketentuan dan aturan Allah SWT maka otomatis akan menjauhkan kita dari kesedihan dan keputusasaan.
Inilah yang dicontohkan oleh seorang Ibnu Taimiyah, saat berhadapan dengan penguasa zalim yang memaksakan sebuah paham yang tak pernah diridhoinya, ia menyatakan bahwa hukuman apapun baginya adalah baik. Dengan tegas ia menyebutkan dalam sebuah kalimatnya yang abadi terkenang : “ Apa yang akan dibuat oleh musuh-musuhku, karena sesungguhnya surgaku ada dalam hatiku. Kemanapun aku pergi surgaku pergi bersamaku. Jika aku dipenjara, maka itu adalah kesempatan bagiku untuk merenung (berkhalwat), jika aku mati dibunuh pun, maka kematianku adalah kesyahidan, dan jika aku diasingkan, maka itu adalah perjalanan rekreasi ..” . Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar