Melanjutkan dari postingan sebelumnya, Air Mata Rasulullah SAW : Saya percaya bahwa semua tangisan Rasulullah SAW adalah menakjubkan, menambah kekaguman dan kesan mendalam pada orang-orang terdekatnya. Karenanya, tidak heran jika kemudian para sahabat –rodhiyallahu anhum- juga mempunyai kecenderungan yang sama. Sekalipun mereka terlihat gagah berani di medan perang, tetapi sesungguhnya hati mereka teramat lembut. Air mata mereka pun begitu mudah berjatuhan, khususnya saat mengingat pribadi Rasulullah SAW ataupun negeri akhirat.
Sosok Abu Bakar as-shiddiq misalnya, beliau memang telah dikenal sebagai sahabat yang lembut hatinya. Aisyah, putrinya sendiri kurang mendukung saat Rasulullah SAW akan menunjuk ayahnya menjadi imam sholat. Alasannya, Abu Bakar kalau menjadi imam, maka para makmum tidak akan mendengarkan bacaannya karena tertutupi tangisannya.
Abu Bakar adalah lelaki yang lembut hatinya. Suatu ketika pada masa kekhalifahannya, beliau berkumpul dengan beberapa sahabat. Kemudian tak lama kemudian dihidangkan kepada beliau minuman berupa air yang dicampur dengan madu. Tiba-tiba beliau menangis tersedu-sedu hingga mengagetkan para sahabat di sekitarnya. Mereka pun ikut menangis bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq. Setelah mereka berhenti menangis, ternyata khalifah yang mulia itu masih terus menangis. Hingga akhirnya mereka memberanikan diri untuk bertanya : " Wahai khalifah, apa yang membuatmu menangis ? ". Maka sang khalifah pun menyeka air matanya dan berujar lirih, " Aku mengingat kejadian saat bersama Rasulullah SAW, aku melihat beliau seperti mendorong, menolak-nolak sesuatu padahal kala itu beliau sendirian. Maka aku bertanya : Apa yang engkau tolak wahai Rasulullah ?. Beliau menjawab : Ini adalah dunia yang mewujudkan dirinya untuk menggodaku, maka aku katakan kepadanya : Menjauhlah dariku ! Maka dunia itu pergi menjauh lalu ia kembali dan mengatakan padaku," Sesungguhnya meski engkau lolos dariku, tetapi orang-orang setelahmu belum tentu akan selamat dariku! ".
Astagfirullahal adzim, semoga kita senantiasa mampu mengingat akhirat agar senantiasa lembut hati kita, agar lebih khusyuk ibadah dan munajat kita.
Sosok Abu Bakar as-shiddiq misalnya, beliau memang telah dikenal sebagai sahabat yang lembut hatinya. Aisyah, putrinya sendiri kurang mendukung saat Rasulullah SAW akan menunjuk ayahnya menjadi imam sholat. Alasannya, Abu Bakar kalau menjadi imam, maka para makmum tidak akan mendengarkan bacaannya karena tertutupi tangisannya.
Abu Bakar adalah lelaki yang lembut hatinya. Suatu ketika pada masa kekhalifahannya, beliau berkumpul dengan beberapa sahabat. Kemudian tak lama kemudian dihidangkan kepada beliau minuman berupa air yang dicampur dengan madu. Tiba-tiba beliau menangis tersedu-sedu hingga mengagetkan para sahabat di sekitarnya. Mereka pun ikut menangis bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq. Setelah mereka berhenti menangis, ternyata khalifah yang mulia itu masih terus menangis. Hingga akhirnya mereka memberanikan diri untuk bertanya : " Wahai khalifah, apa yang membuatmu menangis ? ". Maka sang khalifah pun menyeka air matanya dan berujar lirih, " Aku mengingat kejadian saat bersama Rasulullah SAW, aku melihat beliau seperti mendorong, menolak-nolak sesuatu padahal kala itu beliau sendirian. Maka aku bertanya : Apa yang engkau tolak wahai Rasulullah ?. Beliau menjawab : Ini adalah dunia yang mewujudkan dirinya untuk menggodaku, maka aku katakan kepadanya : Menjauhlah dariku ! Maka dunia itu pergi menjauh lalu ia kembali dan mengatakan padaku," Sesungguhnya meski engkau lolos dariku, tetapi orang-orang setelahmu belum tentu akan selamat dariku! ".
Astagfirullahal adzim, semoga kita senantiasa mampu mengingat akhirat agar senantiasa lembut hati kita, agar lebih khusyuk ibadah dan munajat kita.
Subhanallah
BalasHapus