Jika kita sedikit menghayati ungkapan Ronggowarsito, bahwa jaman sekarang sudah jaman edan, maka yang tidak ikut ngedan tidak akan kebagian apa-apa, atau ditambah lagi dengan keluh kesah sebagian orang pada saat ini, dimana nyari yang haram saja susah, apalagi nyari yang halal. Gimana tidak, mau maling ayam saja takut digebuki massa, salah-salah bisa dibakar begitu saja oleh massa yang beringas. Nah, dengan pemahaman dan penghayatan terhadap ungkapan-ungkapan di atas, kita bisa menilai bahwa sejatinya Nazaruddin dan Gayus adalah sosok pemuda yang mempunyai prestasi jauh melebihi teman sebayanya.
Sengaja Nazaruddin dan Gayus Tambunan saya sandingkan, mengingat mereka berdua memiliki kemiripan yang sangat banyak. Dimulai dari usia muda yang tak terduga, bahwa mereka baru saja melewati kepala tiga. Gayus Tambunan dengan usia 30 tahun, dan Nazaruddin dengan usia 33 tahun bahkan telah menjajal posisi Bendahara Umum sebuah Partai pendulang suara terbesar di pemilu 2009 lalu. Kemiripan berikutnya tentu terletak pada aset mereka yang melaju dikisaran puluhan milyar rupiah. Angka milyaran rupiah dalam genggaman hampir-hampir tidak pernah diimpikan oleh pemuda lain yang seusia dengan mereka. Diimpikan saja tidak, bagaimana dipegang dengan sepenuh kendali ?. Kalau mau menyebut kemiripan mereka berdua tentu saja jelas, sama-sama tersandung perkara korupsi, bahkan juga sama-sama menikmati berwisata di luar negeri ke tempat favorit tersangka korupsi : Singapura !
Melihat judul di atas, mungkin banyak yang akan protes keras bahwa yang mereka berdua lakukan adalah hal yang tidak terpuji, yaitu perilaku korupsi dan sebagainya. Saya sepakat 100% dengan pandangan tersebut, tentang perbuatan korupsi dan kemaksiatan lainnya adalah sesuatu yang akal sehat kita pasti tidak akan pernah menyetujuinya, dan sekali-kali saya juga tidak menganggapnya sesuatu yang baik.
Namun, lihatlah lebih jauh bahwa sebenarnya Nazaruddin dan Gayus memberikan secarik inspirasi pemuda bagi Indonesia. Mereka berdua telah memainkan potensi yang semestinya ada pada setiap pemuda, lalu mengembangkannya dengan keberanian luar biasa, maka kemudian mencapai hasil yang luar biasa pula. Namun sayang seribu sayang, pengembangan potensi dan akselarasi yang luar biasa itu tidak pada jalur yang terpuji.
Sikap mental, keberanian dan kecerdikan lah yang mengantarkan keduanya ada pada tingkat 'kesuksesan' dan 'prestasi' yang melebihi teman sebayanya. Kekuatan fisik , mobilitas tinggi , kemampuan komunikasi, dikembangkan sepenuhnya untuk lobby-lobby dan bersinergi hingga keduanya diterima dalam jajaran orang-orang yang jauh lebih tinggi dari usia mereka yang masih senior. Anda bisa bayangkan bagaimana seorang Gayus Tambunan yang dengan pangkat golongan III bisa dengan gagah duduk berjajar dengan orang-orang terkenal di negeri ini seperti Adnan Buyung Nasution, bahkan kepulangannya di Indonesia pun harus dijemput petugas sekelas Kabareskim Ito Sumardi ? Pemuda itu terlihat lugu memang, tapi siapa sangka dia pun bisa keluar masuk penjara dengan santainya, bahkan berwisata keluar negeri dan membuat paspor seharga ratusan juta ?. Nazarudin juga tidak kalah hebatnya, pada tahun 2007 ia hanyalah seorang 'kutu loncat' dari PPP ke Partai Demokrat, namun kegesitannya yang luar biasa mampu mengantarkannya menjadi posisi Bendahara Umum partai penguasa. Hasil capaian keuangannya pun jauh melesat dibanding lima tahun lalu yang masih 'biasa-biasa' saja.
Saya tidak mengajak Anda pada kekaguman atas sebuah kemaksiatan. Tidak dan sekali-kali tidak. Tapi mari kita mengakui bahwa Nazaruddin dan Gayus adalah pemuda yang sukses melejitkan potensi kepemudaannya, pada jalur yang salah. Saya hanya membayangkan seandainya keberanian, kecerdikan, mobilitas, kemampuan komunikasi dari pemuda Indonesia bisa dikembangkan dan dilejitkan sebagaimana Gayus dan Nazaruddin, namun -tentu saja- pada jalur dan arah yang benar lagi terpuji, maka bisa dipastikan bangsa ini akan menuai sosok-sosok pemuda hebat dan berprestasi yang luar biasa, bahkan jika perlu menggoncangkan dunia sebagaimana digadang-gadang oleh Presiden RI yang pertama.
Semoga bermanfaat dan salam optimis
Sengaja Nazaruddin dan Gayus Tambunan saya sandingkan, mengingat mereka berdua memiliki kemiripan yang sangat banyak. Dimulai dari usia muda yang tak terduga, bahwa mereka baru saja melewati kepala tiga. Gayus Tambunan dengan usia 30 tahun, dan Nazaruddin dengan usia 33 tahun bahkan telah menjajal posisi Bendahara Umum sebuah Partai pendulang suara terbesar di pemilu 2009 lalu. Kemiripan berikutnya tentu terletak pada aset mereka yang melaju dikisaran puluhan milyar rupiah. Angka milyaran rupiah dalam genggaman hampir-hampir tidak pernah diimpikan oleh pemuda lain yang seusia dengan mereka. Diimpikan saja tidak, bagaimana dipegang dengan sepenuh kendali ?. Kalau mau menyebut kemiripan mereka berdua tentu saja jelas, sama-sama tersandung perkara korupsi, bahkan juga sama-sama menikmati berwisata di luar negeri ke tempat favorit tersangka korupsi : Singapura !
Melihat judul di atas, mungkin banyak yang akan protes keras bahwa yang mereka berdua lakukan adalah hal yang tidak terpuji, yaitu perilaku korupsi dan sebagainya. Saya sepakat 100% dengan pandangan tersebut, tentang perbuatan korupsi dan kemaksiatan lainnya adalah sesuatu yang akal sehat kita pasti tidak akan pernah menyetujuinya, dan sekali-kali saya juga tidak menganggapnya sesuatu yang baik.
Namun, lihatlah lebih jauh bahwa sebenarnya Nazaruddin dan Gayus memberikan secarik inspirasi pemuda bagi Indonesia. Mereka berdua telah memainkan potensi yang semestinya ada pada setiap pemuda, lalu mengembangkannya dengan keberanian luar biasa, maka kemudian mencapai hasil yang luar biasa pula. Namun sayang seribu sayang, pengembangan potensi dan akselarasi yang luar biasa itu tidak pada jalur yang terpuji.
Sikap mental, keberanian dan kecerdikan lah yang mengantarkan keduanya ada pada tingkat 'kesuksesan' dan 'prestasi' yang melebihi teman sebayanya. Kekuatan fisik , mobilitas tinggi , kemampuan komunikasi, dikembangkan sepenuhnya untuk lobby-lobby dan bersinergi hingga keduanya diterima dalam jajaran orang-orang yang jauh lebih tinggi dari usia mereka yang masih senior. Anda bisa bayangkan bagaimana seorang Gayus Tambunan yang dengan pangkat golongan III bisa dengan gagah duduk berjajar dengan orang-orang terkenal di negeri ini seperti Adnan Buyung Nasution, bahkan kepulangannya di Indonesia pun harus dijemput petugas sekelas Kabareskim Ito Sumardi ? Pemuda itu terlihat lugu memang, tapi siapa sangka dia pun bisa keluar masuk penjara dengan santainya, bahkan berwisata keluar negeri dan membuat paspor seharga ratusan juta ?. Nazarudin juga tidak kalah hebatnya, pada tahun 2007 ia hanyalah seorang 'kutu loncat' dari PPP ke Partai Demokrat, namun kegesitannya yang luar biasa mampu mengantarkannya menjadi posisi Bendahara Umum partai penguasa. Hasil capaian keuangannya pun jauh melesat dibanding lima tahun lalu yang masih 'biasa-biasa' saja.
Saya tidak mengajak Anda pada kekaguman atas sebuah kemaksiatan. Tidak dan sekali-kali tidak. Tapi mari kita mengakui bahwa Nazaruddin dan Gayus adalah pemuda yang sukses melejitkan potensi kepemudaannya, pada jalur yang salah. Saya hanya membayangkan seandainya keberanian, kecerdikan, mobilitas, kemampuan komunikasi dari pemuda Indonesia bisa dikembangkan dan dilejitkan sebagaimana Gayus dan Nazaruddin, namun -tentu saja- pada jalur dan arah yang benar lagi terpuji, maka bisa dipastikan bangsa ini akan menuai sosok-sosok pemuda hebat dan berprestasi yang luar biasa, bahkan jika perlu menggoncangkan dunia sebagaimana digadang-gadang oleh Presiden RI yang pertama.
Semoga bermanfaat dan salam optimis
Tulisan yg menarik..saya suka judulnya yg satire itu, hehe
BalasHapusSelamat sore oak, happy week end :)
kosong.
BalasHapus