Setelah pada postingan sebelumnya kita membahas tentang Profil Umum dari Sahabat Zubair bin Awwam, maka pada bagian kedua kita akan mulai menelusuri beberapa sifat dan sikap yang bisa kita ambil dari episode kehidupan Zubair bin Awwam.
Pertama : Bersegera dalam Kebaikan
Hal ini bisa kita lihat dalam beberapa peristiwa kehidupan beliau. Yang paling awal tentunya bagaimana semangat beliau dalam memeluk Islam, dimana termasuk barisan awal yang juga sering disebut dengan assabiqunal awwalun. Memasuki Islam pada saat masih sedikit dan lemah, dibawah bayangan kekufuran Quraisy yang melanda seluruh jazirah Arab saat itu, adalah gambaran jiwa mulianya yang senantiasa ingin cepat menyambut kebaikan.
Bukti lainnya adalah saat perang Khandaq berlangsung. Dimana kaum muslimin di Madinah merasa ketakutan dan terjepit gelisah luar biasa, karena musuh bala tentara Qurays dan sekutunya datang dari seluruh penjuru mata angin. Pada saat yang genting itulah, Rasulullah SAW sebagai pemimpin utama ingin mengetahui kekuatan lawan di luar Madinah. Beliau ingin melakukan perhitungan strategi yang cermat dan teliti, namun itu semua harus diawali dengan data kekuatan lawan yang valid dan up to date. Maka Rasulullah SAW pun memberikan komando umum dengan sebuah pertanyaan yang membuat ciut nyali sebagian sahabat, beliau bertanya : “ Siapa diantara kalian yang siap membawa informasi kekuatan musuh “. Pada saat yang genting dan menegangkan itulah, seorang Zubair bin Awwam dengan raut muka bebas dari ketakutan berseru lantang menjawab seruan sang pimpinan: “ saya wahai Rasulullah ! “. Zubair menyambut perintah Rasulullah SAW dan mengulang kesanggupannya tiga kali tanpa sedikitpun ragu terbersit dalam hati. Inilah sikap bersegera dalam kebaikan yang layak kita jadikan teladan.
Gambaran lainnya tentang kesigapannya dalam menyambut peluang amal, terjadi di awal masa keislaman. Saat itu kaum muslimin begitu bersemangat menuntut ilmu Islam di rumah Arqom bin Abil Arqom, tak terkecuali bersama mereka Zubair bin Awwam. Pada saat itu ia mendengar Rasulullah SAW dibunuh oleh orang kafir Qurays, maka ia segera menghunus pedang dan bersegara keluar rumah untuk menuntut balas kematian Rasulullah SAW. Karena peristiwa itulah Zubair dikenal sebagai orang yang pertama menghunus pedang dalam membela Rasulullah SAW.
Dari Sa'id bin Al Musayyib, dia berkata, “Orang yang pertama kali menghunuskan pedang dalam fi sabilillah adalah Zubair bin Awwam. Ketika Zubair sedang berada di Mekkah, dia mendengar suara-suara yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah terbunuh. Maka, dia langsung keluar tanpa menggunakan pakaian lengkap sambil membawa pedang yang terhunus dan nampak mengkilat. Lalu dia ditemui oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara berhadapan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada apa denganmu, wahai Zubair?”. Zubair menjawab, ' Aku telah mendengar berita bahwa Anda telah terbunuh'. Rasulullah bertanya, 'Memang apa yang akan kamu kerjakan?' Dia menjawab, 'Demi Allah, aku hendak menghadapi orang-orang Mekkah'. Maka, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan kebaikan untuknya.”
Inilah sekelumit gambaran dari sikap Zubair bin Awwam, yaitu bersegara dalam kebaikan tanpa keraguan dan ketakutan. Sebuah sikap yang layak kita teladani bersama, dan kita upayakan tercipta dalam keseharian langkah kita. Karena sesungguhnya, sikap bersegera dalam setiap amal kebaikan adalah anjuran Al-Quran yang tak terbantahkan. Allah SWT berfirman :
“ dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” (QS Muthoffifin 26)
untuk inspirasi dan motivasi berikutnya dari Zubair bin Awwam, lihat Bagian 3 insya Allah
Pertama : Bersegera dalam Kebaikan
Hal ini bisa kita lihat dalam beberapa peristiwa kehidupan beliau. Yang paling awal tentunya bagaimana semangat beliau dalam memeluk Islam, dimana termasuk barisan awal yang juga sering disebut dengan assabiqunal awwalun. Memasuki Islam pada saat masih sedikit dan lemah, dibawah bayangan kekufuran Quraisy yang melanda seluruh jazirah Arab saat itu, adalah gambaran jiwa mulianya yang senantiasa ingin cepat menyambut kebaikan.
Bukti lainnya adalah saat perang Khandaq berlangsung. Dimana kaum muslimin di Madinah merasa ketakutan dan terjepit gelisah luar biasa, karena musuh bala tentara Qurays dan sekutunya datang dari seluruh penjuru mata angin. Pada saat yang genting itulah, Rasulullah SAW sebagai pemimpin utama ingin mengetahui kekuatan lawan di luar Madinah. Beliau ingin melakukan perhitungan strategi yang cermat dan teliti, namun itu semua harus diawali dengan data kekuatan lawan yang valid dan up to date. Maka Rasulullah SAW pun memberikan komando umum dengan sebuah pertanyaan yang membuat ciut nyali sebagian sahabat, beliau bertanya : “ Siapa diantara kalian yang siap membawa informasi kekuatan musuh “. Pada saat yang genting dan menegangkan itulah, seorang Zubair bin Awwam dengan raut muka bebas dari ketakutan berseru lantang menjawab seruan sang pimpinan: “ saya wahai Rasulullah ! “. Zubair menyambut perintah Rasulullah SAW dan mengulang kesanggupannya tiga kali tanpa sedikitpun ragu terbersit dalam hati. Inilah sikap bersegera dalam kebaikan yang layak kita jadikan teladan.
Gambaran lainnya tentang kesigapannya dalam menyambut peluang amal, terjadi di awal masa keislaman. Saat itu kaum muslimin begitu bersemangat menuntut ilmu Islam di rumah Arqom bin Abil Arqom, tak terkecuali bersama mereka Zubair bin Awwam. Pada saat itu ia mendengar Rasulullah SAW dibunuh oleh orang kafir Qurays, maka ia segera menghunus pedang dan bersegara keluar rumah untuk menuntut balas kematian Rasulullah SAW. Karena peristiwa itulah Zubair dikenal sebagai orang yang pertama menghunus pedang dalam membela Rasulullah SAW.
Dari Sa'id bin Al Musayyib, dia berkata, “Orang yang pertama kali menghunuskan pedang dalam fi sabilillah adalah Zubair bin Awwam. Ketika Zubair sedang berada di Mekkah, dia mendengar suara-suara yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah terbunuh. Maka, dia langsung keluar tanpa menggunakan pakaian lengkap sambil membawa pedang yang terhunus dan nampak mengkilat. Lalu dia ditemui oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara berhadapan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada apa denganmu, wahai Zubair?”. Zubair menjawab, ' Aku telah mendengar berita bahwa Anda telah terbunuh'. Rasulullah bertanya, 'Memang apa yang akan kamu kerjakan?' Dia menjawab, 'Demi Allah, aku hendak menghadapi orang-orang Mekkah'. Maka, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan kebaikan untuknya.”
Inilah sekelumit gambaran dari sikap Zubair bin Awwam, yaitu bersegara dalam kebaikan tanpa keraguan dan ketakutan. Sebuah sikap yang layak kita teladani bersama, dan kita upayakan tercipta dalam keseharian langkah kita. Karena sesungguhnya, sikap bersegera dalam setiap amal kebaikan adalah anjuran Al-Quran yang tak terbantahkan. Allah SWT berfirman :
“ dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” (QS Muthoffifin 26)
untuk inspirasi dan motivasi berikutnya dari Zubair bin Awwam, lihat Bagian 3 insya Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar