Libur panjang kembali menjelang. Selain banyak kita saksikan bus-bus wisata sekolahan berlalu lalang, fenomena lainnya dalam liburan adalah banyak yang khitanan. Tentu liburan menjadi momentum yang tepat sejak dulu, agar yang bersangkutan bisa ‘beristirahat’ lebih tenang menanti pulih kembali tanpa ketinggalan pelajaran. Namun sebenarnya saat ini hal tersebut bisa diantisipasi, karena dengan metode khitan yang terbaru seperti smart clamp misalnya, sang anak tak perlu menunggu waktu berhari-hari untuk pulih dan beraktifitas kembali. Namun secara psikologis, memang liburan waktu yang cukup tenang dan nyaman untuk khitan.
Khitan (Sircumcision) atau yang biasa disebut dengan sunnatan atau tetak (jawa) adalah memotong kulit kulit yang menutupi ujung alat kelamin pria, yang dalam bahasa Arabnya disebut sebagai qulfah atau dalam bahasa Latin disebut praeputium glandis, dalam bahasa Indonesia sendiri mungkin sering disebut dengan ‘kulup’.
Khitan dalam syariat -tidak diragukan lagi- adalah sebuah kewajiban bagi laki-laki, khususnya menurut pendapat imam Syafi’i dan Hambali, dan minimal bersifat sunnah muakkadah menurut pendapat ulama yang lainnya. Terlepas dari itu semua, khitan adalah ajaran mulia untuk menjaga fitrah kemanusiaan kita. Rasulullah SAW bersabda : "Ada lima perkara yang termasuk fithrah (di sini diartikan keutamaan dalam agama), yaitu: Khitan, mencukur rambut kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong/merapikan kuku dan merapikan jenggot/kumis" (HR. Bukhari).
Secara kesehatan, khitan mengandung manfaat yang tidak terbantahkan lain. Hal inilah yang mendorong selain muslim di berbagai negara juga giat melaksanakan khitan. Berikut beberapa ringkasan manfaat khitan dari sisi kesehatan yang banyak tersebar di internet, sebagaimana disampaikan dr. Wahid dalam blognya :
Semoga bermanfaat dan salam optimis.
Khitan (Sircumcision) atau yang biasa disebut dengan sunnatan atau tetak (jawa) adalah memotong kulit kulit yang menutupi ujung alat kelamin pria, yang dalam bahasa Arabnya disebut sebagai qulfah atau dalam bahasa Latin disebut praeputium glandis, dalam bahasa Indonesia sendiri mungkin sering disebut dengan ‘kulup’.
Khitan dalam syariat -tidak diragukan lagi- adalah sebuah kewajiban bagi laki-laki, khususnya menurut pendapat imam Syafi’i dan Hambali, dan minimal bersifat sunnah muakkadah menurut pendapat ulama yang lainnya. Terlepas dari itu semua, khitan adalah ajaran mulia untuk menjaga fitrah kemanusiaan kita. Rasulullah SAW bersabda : "Ada lima perkara yang termasuk fithrah (di sini diartikan keutamaan dalam agama), yaitu: Khitan, mencukur rambut kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong/merapikan kuku dan merapikan jenggot/kumis" (HR. Bukhari).
Secara kesehatan, khitan mengandung manfaat yang tidak terbantahkan lain. Hal inilah yang mendorong selain muslim di berbagai negara juga giat melaksanakan khitan. Berikut beberapa ringkasan manfaat khitan dari sisi kesehatan yang banyak tersebar di internet, sebagaimana disampaikan dr. Wahid dalam blognya :
- Mencegah infeksi. Adanya kulup membuat suhu di bawah kulup hangat dan menjadi lahar subur bagi kuman ataupun virus. Maka, hilangnya kulup akan memudahkan pembersihan kotoran yang melekat, baik berupa air seni, smegma maupun kotoran dari luar. Dengan demikian resiko infeksi pada orang yang dikhitan akan sangat berkurang
- Mengatasi keadaan femosis, yaitu perlengketan total atau subtotal antara kulup dengan kepala penis.
- Mencegah kanker. Kotoran berwarna putih yang diproduksi kelenjar di penis dengan bau khas yang disebut smegma, bersifat karsinogen artinya bisa memicu timbulnya kanker baik pada penis maupun leher rahim pasangan. Smegma ini sulit dibersihkan apabila tanpa dikhitan.
- Menjamin kepuasan dalam hubungan seksual. Adanya pembatas antara kepala penis dengan mukosa vagina berupa kulup sangat mempengaruhi kepuasan, terutama pada laki-laki
Semoga bermanfaat dan salam optimis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar