PERTANYAAN :
Ustadz, saya tidak tenang sebenarnya dengan posisi saya yang bekerja di luar negeri ini, karena bukankah ada hadits yang menyatakan sebaik-baik bekerja adalah di negeri sendiri ? Bagaimana sebenarnya ustadz ? ( Mas Iwan)
JAWABAN :
Terima kasih atas pertanyaannya. Pertama harus kita yakini bahwa rizki Allah luas seluas bumi ini. Dimanapun kita berada disana ada rejeki Allah bagi kita, karena urusan rejeki bukan karena tempatnya, tapi karena memang menjadi jaminan Allah SWT kepada setiap makhluknya. Jadi tidak boleh juga di Taiwan ini kita berkeyakinan, kalau di Indonesia nanti bekerja apa ? takut miskin dan lain sebagainya ? kekhawatiran itu adalah godaan dari syetan yang ingin meruntuhkan keimanan kita bahwa Allah lah yang memberi rizki dimanapun kita berada. Maka memang jika ada yang mengatakan “kumpul ora kumpul mangan” insya Allah benar adanya. Jangan takut juga di Indonesia tidak ada rejeki, karena yang memberikan rejeki kita di Taiwan, juga akan memberikan rejeki kita di Indonesia. Allah SWT berfirman : “dan tidak ada suatu daabah (segenap makhluk yang bernyawa) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, “ (QS Huud ayat 6)
Lalu yang kedua, lebih utama mana bekerja di luar negeri atau di dalam negeri ? Tentang hadits yang disebutkan penanya, sampai sejauh ini saya belum pernah mendengar dan menemukannya. Namun yang jelas, di dalam Al-Quran justru dijelaskan anjuran bagi kita untuk menyebar di permukaan bumi dalam rangka mencari rejeki Allah yang luas. Artinya, menjadi sebuah anjuran juga untuk kita berjuang meluaskan wilayah kita dalam mencari rejeki itu sendiri.
Bahkan sudah menjadi kebiasaan sejak jaman dulu, bagaimana manusia saling bepergian ke suatu tempat ke tempat lainnya untuk tujuan khusus berdagang. Alangkah indahnya Al-Quran ketika menggambarkan kebiasaan orang Qurays sejak dulu kala, yang membagi dua musim untuk melakukan serangkaian perjalanan dagang yang berbeda. Musim dingin mereka berdagang ke Yaman, dan musim panas mereka ke arah Syam. ( Lihat surat Qurays).
Allah SWT juga mengisyaratkan perintah kepada kita untuk memperluas wilayah rejeki kita dengan melakukan perjalanan bertebaran di muka bumi. Allah SWT berfirman dalam dua ayatnya yang mulia :
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”(QS Jumat 10)
“ Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS Al Mulk 15)
Nah dengan demikian bukan masalah tempatnya, tapi tentu sejauh mana kita bisa menjadikan upaya mencari rejeki itu tetap dalam koridor mencari keridhoan Allah SWT. Dan jangan lupa, meskipun mencari rejeki itu kemana-mana sampai ke ujung dunia, namun untuk pembelanjaannya tetap diutamakan kepada yang dekat-dekat saja. Jangan lupa dengan kewajiban nafkah anak istri, orang tua dikampung, ataupun juga bersedekah kepada sanak saudara yang membutuhkan.
Tsauban radhiallahu ‘anhu menuturkan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dinar yang paling utama yang dibelanjakan oleh seseorang adalah dinar yang dinafkahkan untuk keluarganya, dan dinar yang dibelanjakan oleh seseorang untuk tunggangannya dalam jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dinar yang diinfakkan oleh seseorang untuk teman-temannya di jalan Allah.” (HR. Muslim no. 994)
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Satu dinar yang engkau belanjakan di jalan Allah, satu dinar yang engkau keluarkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan kepada seorang miskin dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalanya dari semua nafkah tersebut adalah satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu.” (HR. Muslim no. 995)
Sementara untuk sedekah kerabat dan saudara dekat, Rasulullah SAW bersabda : ''Sedekah kepada orang miskin mendapatkan satu pahala, sedangkan sedekah kepada kerabat mendapatkan dua pahala; pahala bersedekah dan pahala bersilaturahim.'' (HR At-Tirmidzi)
Nah, jadi silahkan saja Anda bertebaran di muka bumi mencari rejeki Allah, namun hasilnya jangan lupa juga sebagian harus kembali ke anak istri dan keluarga yang menanti di Indonesia. Wallahu a'lam bisshowab.
semoga bermanfaat dan salam optimis.
Ustadz, saya tidak tenang sebenarnya dengan posisi saya yang bekerja di luar negeri ini, karena bukankah ada hadits yang menyatakan sebaik-baik bekerja adalah di negeri sendiri ? Bagaimana sebenarnya ustadz ? ( Mas Iwan)
JAWABAN :
Terima kasih atas pertanyaannya. Pertama harus kita yakini bahwa rizki Allah luas seluas bumi ini. Dimanapun kita berada disana ada rejeki Allah bagi kita, karena urusan rejeki bukan karena tempatnya, tapi karena memang menjadi jaminan Allah SWT kepada setiap makhluknya. Jadi tidak boleh juga di Taiwan ini kita berkeyakinan, kalau di Indonesia nanti bekerja apa ? takut miskin dan lain sebagainya ? kekhawatiran itu adalah godaan dari syetan yang ingin meruntuhkan keimanan kita bahwa Allah lah yang memberi rizki dimanapun kita berada. Maka memang jika ada yang mengatakan “kumpul ora kumpul mangan” insya Allah benar adanya. Jangan takut juga di Indonesia tidak ada rejeki, karena yang memberikan rejeki kita di Taiwan, juga akan memberikan rejeki kita di Indonesia. Allah SWT berfirman : “dan tidak ada suatu daabah (segenap makhluk yang bernyawa) pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, “ (QS Huud ayat 6)
Lalu yang kedua, lebih utama mana bekerja di luar negeri atau di dalam negeri ? Tentang hadits yang disebutkan penanya, sampai sejauh ini saya belum pernah mendengar dan menemukannya. Namun yang jelas, di dalam Al-Quran justru dijelaskan anjuran bagi kita untuk menyebar di permukaan bumi dalam rangka mencari rejeki Allah yang luas. Artinya, menjadi sebuah anjuran juga untuk kita berjuang meluaskan wilayah kita dalam mencari rejeki itu sendiri.
Bahkan sudah menjadi kebiasaan sejak jaman dulu, bagaimana manusia saling bepergian ke suatu tempat ke tempat lainnya untuk tujuan khusus berdagang. Alangkah indahnya Al-Quran ketika menggambarkan kebiasaan orang Qurays sejak dulu kala, yang membagi dua musim untuk melakukan serangkaian perjalanan dagang yang berbeda. Musim dingin mereka berdagang ke Yaman, dan musim panas mereka ke arah Syam. ( Lihat surat Qurays).
Allah SWT juga mengisyaratkan perintah kepada kita untuk memperluas wilayah rejeki kita dengan melakukan perjalanan bertebaran di muka bumi. Allah SWT berfirman dalam dua ayatnya yang mulia :
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”(QS Jumat 10)
“ Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS Al Mulk 15)
Nah dengan demikian bukan masalah tempatnya, tapi tentu sejauh mana kita bisa menjadikan upaya mencari rejeki itu tetap dalam koridor mencari keridhoan Allah SWT. Dan jangan lupa, meskipun mencari rejeki itu kemana-mana sampai ke ujung dunia, namun untuk pembelanjaannya tetap diutamakan kepada yang dekat-dekat saja. Jangan lupa dengan kewajiban nafkah anak istri, orang tua dikampung, ataupun juga bersedekah kepada sanak saudara yang membutuhkan.
Tsauban radhiallahu ‘anhu menuturkan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dinar yang paling utama yang dibelanjakan oleh seseorang adalah dinar yang dinafkahkan untuk keluarganya, dan dinar yang dibelanjakan oleh seseorang untuk tunggangannya dalam jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dinar yang diinfakkan oleh seseorang untuk teman-temannya di jalan Allah.” (HR. Muslim no. 994)
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Satu dinar yang engkau belanjakan di jalan Allah, satu dinar yang engkau keluarkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan kepada seorang miskin dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka yang paling besar pahalanya dari semua nafkah tersebut adalah satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu.” (HR. Muslim no. 995)
Sementara untuk sedekah kerabat dan saudara dekat, Rasulullah SAW bersabda : ''Sedekah kepada orang miskin mendapatkan satu pahala, sedangkan sedekah kepada kerabat mendapatkan dua pahala; pahala bersedekah dan pahala bersilaturahim.'' (HR At-Tirmidzi)
Nah, jadi silahkan saja Anda bertebaran di muka bumi mencari rejeki Allah, namun hasilnya jangan lupa juga sebagian harus kembali ke anak istri dan keluarga yang menanti di Indonesia. Wallahu a'lam bisshowab.
semoga bermanfaat dan salam optimis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar