Allah SWT berfirman : Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (para malaikat) yang dimuliakan ? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan ‘Salaaman’, Ibrahim menjawab ‘ Salaamun’ (kalian adalah) orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi diam-diam menemui istrinya, kemudian dibawakannya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkan kepada mereka. Ibrahim berkata : Silahkan kalian makan “ (QS Adz-Dzariyat 24-27)
Ibnul Qayyim dalam tafsir ayat pilihannya memuji sosok Ibrahim ketika menerima tamu yang sebenarnya asing bagi dirinya. Apa saja yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah di atas.
Pertama, Tamu yang datang tersebut sama sekali asing bagi Ibrahim. Ia belum mengenal mereka sebelumnya. Namun lihat bagaimana ia menyambut tamu yang tak diundang tersebut : Ibrahim as menjawab salam dengan kata “salamun’ menunjukkan arti dan keakraban yang lebih tinggi dari ucapan para tamunya (malaikat) yaitu ‘salaaman’. Salaamun berarti semoga kesejahteraan dilimpahkan atas kalian, sedangkan ‘Salaaman’ menunjukkan arti “Kami menyampaikan salam sejahtera’.
Kedua, beliau sangat berhati-hati, -tidak ingin membuat tamunya tersinggung dan jengah- dengan pergi diam-diam pada istrinya untuk mengambil makanan. Raughan, dalam bahasa arab berati pergi secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi.
Ketiga, kesiapannya dalam menyambut tamu, yang ditunjukkan dengan siapnya hidangan seketika saat dibutuhkan. Tidak perlu kelabakan mencari kesana kemari apalagi berbelanja dahulu ke samping kanan dan kiri
Keempat, makanan yang dihidangkan adalah bukan sembarang makanan., melainkan anak sapi yang gemuk dan utuh, bukan sebagiannya saja. Bagi kebanyakan orang pada jaman itu, anak sapi adalah harta yang paling membanggakan dan dinanti-nanti untuk menjadi segera besar. Bukan untuk disembelih dan dihidangkan. Pada jaman modern pun, daging anak sapi tak diragukan lagi mempunyai kelezatan tersendiri.
Kelima, Ibrahim As sendiri yang menghidangkan jamuan tersebut tanpa sungkan-sungkan. Beliau juga yang mempersilahkan para tamunya untuk menikmatinya. Sebagai catatan, Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyatakan bahwa istri Ibrahim ikut menghidangkan makanan.
Nah, demikian Ibrahim as memberikan kita sebuah gambaran utuh bagaimana manajemen menyambut tamu. Bahkan sekalipun tamu itu adalah seorang asing yang datang tak diundang. Kira-kira, bagaimana dengan kita ?
Semoga bermanfaat dan salam optimis
Ibnul Qayyim dalam tafsir ayat pilihannya memuji sosok Ibrahim ketika menerima tamu yang sebenarnya asing bagi dirinya. Apa saja yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah di atas.
Pertama, Tamu yang datang tersebut sama sekali asing bagi Ibrahim. Ia belum mengenal mereka sebelumnya. Namun lihat bagaimana ia menyambut tamu yang tak diundang tersebut : Ibrahim as menjawab salam dengan kata “salamun’ menunjukkan arti dan keakraban yang lebih tinggi dari ucapan para tamunya (malaikat) yaitu ‘salaaman’. Salaamun berarti semoga kesejahteraan dilimpahkan atas kalian, sedangkan ‘Salaaman’ menunjukkan arti “Kami menyampaikan salam sejahtera’.
Kedua, beliau sangat berhati-hati, -tidak ingin membuat tamunya tersinggung dan jengah- dengan pergi diam-diam pada istrinya untuk mengambil makanan. Raughan, dalam bahasa arab berati pergi secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi.
Ketiga, kesiapannya dalam menyambut tamu, yang ditunjukkan dengan siapnya hidangan seketika saat dibutuhkan. Tidak perlu kelabakan mencari kesana kemari apalagi berbelanja dahulu ke samping kanan dan kiri
Keempat, makanan yang dihidangkan adalah bukan sembarang makanan., melainkan anak sapi yang gemuk dan utuh, bukan sebagiannya saja. Bagi kebanyakan orang pada jaman itu, anak sapi adalah harta yang paling membanggakan dan dinanti-nanti untuk menjadi segera besar. Bukan untuk disembelih dan dihidangkan. Pada jaman modern pun, daging anak sapi tak diragukan lagi mempunyai kelezatan tersendiri.
Kelima, Ibrahim As sendiri yang menghidangkan jamuan tersebut tanpa sungkan-sungkan. Beliau juga yang mempersilahkan para tamunya untuk menikmatinya. Sebagai catatan, Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyatakan bahwa istri Ibrahim ikut menghidangkan makanan.
Nah, demikian Ibrahim as memberikan kita sebuah gambaran utuh bagaimana manajemen menyambut tamu. Bahkan sekalipun tamu itu adalah seorang asing yang datang tak diundang. Kira-kira, bagaimana dengan kita ?
Semoga bermanfaat dan salam optimis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar