Kaum muslimin kembali sibuk mempersiapkan hari raya. Idul Adha sudah benar-benar ada di hadapan. Salah satu hal yang paling banyak menjadi perhatian adalah persiapan qurban. Ibadah ritual yang bernilai sosial ini memang menjadi amal andalan –selain haji- di hari raya Idul Adha ini. Namun banyak yang menjalani ibadah qurban sebatas mengeluarkan uang semata untuk membeli hewan qurban, tanpa memperhatikan sisi ihsan yang akan menambah keberkahan dan pahala. Mari kita cermati beberapa diantaranya.
Pertama : Menjaga Keikhlasan Niat
Ibadah qurban secara makna berasal dari kata taqorruban yaitu upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karenanya sebagaimana amal lainnya, dalam berqurban juga kita dituntut untuk menjaga keikhlasan hati, hanya mengharap pahala dan keridhoan Allah SWT. Ibadah qurban termasuk dalam kategori ibadah yang dzhohir (nampak), maka godaan keikhlasan bisa muncul begitu saja. Ada yang berqurban untuk menarik simpati masyarakat, atau tujuan tertentu lainnya. Karena keikhlasan adalah masalah hati, maka hendaknya seorang yang berqurban senantiasa meluruskan niat, berdoa, juga tidak lupa merenungkan firman Allah SWT : “ Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”. ( QS Al Hajj 37). Ayat di atas menegaskan diterimanya ibadah qurban adalah karena kesungguhan ketaqwaan mereka yang berqurban.
Kedua : Menghayati Hikmah berqurban
Tidaklah setiap ibadah disyariatkan kecuali mempunyai banyak hikmah untuk kita ambil sebagai bekal menjalani kehidupan. Dalam berqurban kita hendaknya mampu mengenang kembali kesabaran keluarga Nabi Ibrahim as dalam menjalani perintah Allah SWT yaitu menyembelih putranya, Nabi Ismail as. Ujian berat inilah yang mengantarkan sosok nabi Ibrahim pada derajat mulia diantara nabi yang lainnya. Beliau adalah abul anbiya (bapak para nabi), kholilullah (kekasih Allah), sekaligus juga termasuk golongan ulul azmi. Di dalam ibadah qurban kita pun merasakan hikmah berbagi kebahagiaan dengan kaum muslimin lainnya, yang sebagian di antaranya benar-benar teramat jarang menikmati daging dalam menu kesehariannya. Hari raya harus identik dengan bahagia, karenanya ketika Idul Fitri ada syariat zakat fitrah, maka saat idul Adha pun disyariatkan menyembelih hewan qurban dan membagikan sebagian dagingnya.
Ketiga : Ihsan Menjalani Qurban
Setiap yang berqurban dituntut menjaga keikhasanan dalam seluruh rangkaian ritual ibadah qurban, baik dari mulai pemilihan hewan, penyembelihan bahkan hingga pembagian daging. Ihsan dalam pemilihan hewan qurban berarti memilih yang terbaik sesuai kemampuan, sekaligus menghindari hewan yang cacat dan tidak memenuhi syarat. Ihsan dalam penyembelihan berarti melakukan prosesi dengan cepat dan tepat, sehingga tidak ada unsur menyiksa hewan qurban. Disunnahkan bagi mereka yang berqurban untuk menyembelih dengan tangannya sendiri, atau jika tidak memungkinkan, cukup menyaksikan prosesi sepenuh penghayatan seraya berdoa sebagaimana termaktub dalam Surat al-An’am 162 : "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam “. Sementara itu, ihsan dalam pembagian berarti berlaku bijak, agar pembagian benar-benar membawa keberkahan dan kebahagiaan, bukan malah merusak ukhuwah yang ada.
Akhirnya, dengan memenuhi sisi ihsan dalam ibadah qurban, insya Allah kita akan mendapatkan pahala, keberkahan, sekaligus peluang untuk menambah keimanan kita setingkat lebih baik dari sebelumnya. Selamat berqurban dan selamat Hari Raya Idul Adha. Taqobbalallahu minna wa minkum.
*Artikel dimuat dalam Rubrik Tausiyah Harian Suara Merdeka Jumat, 4 November 2011
Pertama : Menjaga Keikhlasan Niat
Ibadah qurban secara makna berasal dari kata taqorruban yaitu upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karenanya sebagaimana amal lainnya, dalam berqurban juga kita dituntut untuk menjaga keikhlasan hati, hanya mengharap pahala dan keridhoan Allah SWT. Ibadah qurban termasuk dalam kategori ibadah yang dzhohir (nampak), maka godaan keikhlasan bisa muncul begitu saja. Ada yang berqurban untuk menarik simpati masyarakat, atau tujuan tertentu lainnya. Karena keikhlasan adalah masalah hati, maka hendaknya seorang yang berqurban senantiasa meluruskan niat, berdoa, juga tidak lupa merenungkan firman Allah SWT : “ Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”. ( QS Al Hajj 37). Ayat di atas menegaskan diterimanya ibadah qurban adalah karena kesungguhan ketaqwaan mereka yang berqurban.
Kedua : Menghayati Hikmah berqurban
Tidaklah setiap ibadah disyariatkan kecuali mempunyai banyak hikmah untuk kita ambil sebagai bekal menjalani kehidupan. Dalam berqurban kita hendaknya mampu mengenang kembali kesabaran keluarga Nabi Ibrahim as dalam menjalani perintah Allah SWT yaitu menyembelih putranya, Nabi Ismail as. Ujian berat inilah yang mengantarkan sosok nabi Ibrahim pada derajat mulia diantara nabi yang lainnya. Beliau adalah abul anbiya (bapak para nabi), kholilullah (kekasih Allah), sekaligus juga termasuk golongan ulul azmi. Di dalam ibadah qurban kita pun merasakan hikmah berbagi kebahagiaan dengan kaum muslimin lainnya, yang sebagian di antaranya benar-benar teramat jarang menikmati daging dalam menu kesehariannya. Hari raya harus identik dengan bahagia, karenanya ketika Idul Fitri ada syariat zakat fitrah, maka saat idul Adha pun disyariatkan menyembelih hewan qurban dan membagikan sebagian dagingnya.
Ketiga : Ihsan Menjalani Qurban
Setiap yang berqurban dituntut menjaga keikhasanan dalam seluruh rangkaian ritual ibadah qurban, baik dari mulai pemilihan hewan, penyembelihan bahkan hingga pembagian daging. Ihsan dalam pemilihan hewan qurban berarti memilih yang terbaik sesuai kemampuan, sekaligus menghindari hewan yang cacat dan tidak memenuhi syarat. Ihsan dalam penyembelihan berarti melakukan prosesi dengan cepat dan tepat, sehingga tidak ada unsur menyiksa hewan qurban. Disunnahkan bagi mereka yang berqurban untuk menyembelih dengan tangannya sendiri, atau jika tidak memungkinkan, cukup menyaksikan prosesi sepenuh penghayatan seraya berdoa sebagaimana termaktub dalam Surat al-An’am 162 : "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam “. Sementara itu, ihsan dalam pembagian berarti berlaku bijak, agar pembagian benar-benar membawa keberkahan dan kebahagiaan, bukan malah merusak ukhuwah yang ada.
Akhirnya, dengan memenuhi sisi ihsan dalam ibadah qurban, insya Allah kita akan mendapatkan pahala, keberkahan, sekaligus peluang untuk menambah keimanan kita setingkat lebih baik dari sebelumnya. Selamat berqurban dan selamat Hari Raya Idul Adha. Taqobbalallahu minna wa minkum.
*Artikel dimuat dalam Rubrik Tausiyah Harian Suara Merdeka Jumat, 4 November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar