Kedua : Hari raya harus Semarak dan Meriah
Setelah kegembiraan, unsur penting kedua yang harus kita wujudkan dalam sebuah hari raya adalah kemeriahan dan semarak. Mengapa semarak ? Karena hari raya termasuk kategori syiar dan simbol dalam agama kita, yg harus diagungkan. Firman Allah SWT : Barang siapa yg mengagungkan syiar2 Allah, maka itulah bukti ketakwaan dalam hati (QS Al-Haj 32) . Maka hari raya adalah Syiar yang memeriahkan dan menyemarakkannya menjadi standar ketakwaan tersendiri.
Hari raya sebagai syiar harus terlihat semarak dan meriah, dan semestinya nyaris tak perlu ada beda antara idul fitri maupun idul adha. Semarak dan kemeriahan hari raya tersirat begitu jelas dalam banyak riwayat. Salah satunya tentang bertakbir (mengagungkan asma Allah SWT) yang biasa disebut dengan istilah takbiran.
Takbiran dilakukan dengan semarak dan meriah, karena para ulama bersepakat untuk mengeraskannya, khususnya saat berangkat menuju lapangan untuk menunaikan sholat Ied berjamaah. Disebutkan dalam riwayat : "Nabi keluar di dua hari raya bersama Al-Fadhl bin Abbas, Abdullah, Al-Abbas, Ali, Ja’far, Al-Hasan,Al- Husain , Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Aiman bin Ummi Aiman sambil mengangkat suaranya bertahlil dan bertakbir". (HR.Al-Baihaqy ).
Jika kita sepakat salah satu yg membuat kita terkesan & tergetar saat Hari raya adalah takbiran, maka idul adha mestinya lebih semarak. Bandingkan takbiran idul fitri yg hanya semalam saja,sementara peluang untuk bertakbir di Hari raya Idul Adha bisa mencapai lima hari berturut-turut, dari shubuh arofah hingga akhir hari tasyriq atau 13 Dzulhijjah.
Semarak Hari raya bisa kita lihat dlm syariat sholat di tanah lapang, tak lain tak bukan adalah untuk 'show of force' ukhuwah muslimin. Semarak Hari raya kita dapati juga dalam ajakan ramai-ramai mengajak semua untuk berangkat menuju tanah lapang, bahkan wanita haid pun tak ketinggalan.
Dari Ummu Atthiyah : "Rasulullah SAW memerintahkan kami mengeluarkan para wanita gadis, haidh, dan pingitan. Adapun yang haidh , maka mereka menjauhi sholat, dan menyaksikan kebaikan dan dakwah/doanya kaum muslimin.Aku berkata: " Ya Rasulullah, seorang di antara kami ada yang tak punya jilbab". Beliau menjawab: "Hendaknya saudaranya memakaikan (meminjamkan) jilbabnya kepada saudaranya". (HR Bukhori Muslim)
Maka setiap hari raya hrs diupayakan semarak bersama, Rasulullah SAW pun telah mengisyaratkan dalam sabdanya : “Idul Fitri adalah hari dimana orang-orang bersama berbuka, dan Idul Adha adalah hari dimana orang-orang menyembelih hewan qurban” . Semarak hari raya semakin terasa saat kita dianjurkan untuk menempuh rute pulang yang berbeda selepas sholat Ied. Hal ini tidak lain dan tidak bukan agar kemeriahan itu semakin meluas dampaknya.
Bersambung : Semarak dan Gembira di Hari Raya (Bagian 3- Habis)
Setelah kegembiraan, unsur penting kedua yang harus kita wujudkan dalam sebuah hari raya adalah kemeriahan dan semarak. Mengapa semarak ? Karena hari raya termasuk kategori syiar dan simbol dalam agama kita, yg harus diagungkan. Firman Allah SWT : Barang siapa yg mengagungkan syiar2 Allah, maka itulah bukti ketakwaan dalam hati (QS Al-Haj 32) . Maka hari raya adalah Syiar yang memeriahkan dan menyemarakkannya menjadi standar ketakwaan tersendiri.
Hari raya sebagai syiar harus terlihat semarak dan meriah, dan semestinya nyaris tak perlu ada beda antara idul fitri maupun idul adha. Semarak dan kemeriahan hari raya tersirat begitu jelas dalam banyak riwayat. Salah satunya tentang bertakbir (mengagungkan asma Allah SWT) yang biasa disebut dengan istilah takbiran.
Takbiran dilakukan dengan semarak dan meriah, karena para ulama bersepakat untuk mengeraskannya, khususnya saat berangkat menuju lapangan untuk menunaikan sholat Ied berjamaah. Disebutkan dalam riwayat : "Nabi keluar di dua hari raya bersama Al-Fadhl bin Abbas, Abdullah, Al-Abbas, Ali, Ja’far, Al-Hasan,Al- Husain , Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Aiman bin Ummi Aiman sambil mengangkat suaranya bertahlil dan bertakbir". (HR.Al-Baihaqy ).
Jika kita sepakat salah satu yg membuat kita terkesan & tergetar saat Hari raya adalah takbiran, maka idul adha mestinya lebih semarak. Bandingkan takbiran idul fitri yg hanya semalam saja,sementara peluang untuk bertakbir di Hari raya Idul Adha bisa mencapai lima hari berturut-turut, dari shubuh arofah hingga akhir hari tasyriq atau 13 Dzulhijjah.
Semarak Hari raya bisa kita lihat dlm syariat sholat di tanah lapang, tak lain tak bukan adalah untuk 'show of force' ukhuwah muslimin. Semarak Hari raya kita dapati juga dalam ajakan ramai-ramai mengajak semua untuk berangkat menuju tanah lapang, bahkan wanita haid pun tak ketinggalan.
Dari Ummu Atthiyah : "Rasulullah SAW memerintahkan kami mengeluarkan para wanita gadis, haidh, dan pingitan. Adapun yang haidh , maka mereka menjauhi sholat, dan menyaksikan kebaikan dan dakwah/doanya kaum muslimin.Aku berkata: " Ya Rasulullah, seorang di antara kami ada yang tak punya jilbab". Beliau menjawab: "Hendaknya saudaranya memakaikan (meminjamkan) jilbabnya kepada saudaranya". (HR Bukhori Muslim)
Maka setiap hari raya hrs diupayakan semarak bersama, Rasulullah SAW pun telah mengisyaratkan dalam sabdanya : “Idul Fitri adalah hari dimana orang-orang bersama berbuka, dan Idul Adha adalah hari dimana orang-orang menyembelih hewan qurban” . Semarak hari raya semakin terasa saat kita dianjurkan untuk menempuh rute pulang yang berbeda selepas sholat Ied. Hal ini tidak lain dan tidak bukan agar kemeriahan itu semakin meluas dampaknya.
Bersambung : Semarak dan Gembira di Hari Raya (Bagian 3- Habis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar