Tentang asal usul sebuah cinta yang tulus, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “ Sesungguhnya cinta mulia berasal dari iman. “ (HR Al-Hakim dalam Mustadrok (I/15-16) ). Begitu pula seharusnya saat mencintai pasangan kita, kita kembalikan pada asal cinta yang seharusnya yaitu keimanan. Pekerjaan berat nan indah yang harus senantiasa kita usahakan dalam hidup kita adalah ; menjadikan aktifitas-aktifitas cinta kita sebagai sarana menambah keimanan. Bukan sebaliknya, melalaikan kita akan keimanan pada Allah, Rasul, hari Akhir dan seterusnya.
Ini fenomena yang sering terjadi. Banyak cerita tentang seorang yang dimabuk cinta, maka amal ibadahnya berantakan. Jangankan untuk membaca Al-Quran dengan tadabbur, sementara saat berdiri shalat saja hanya pujaan hatinya yang terbayang. Wall iyyadzh billah. Pada kondisi seperti itu, Al-Quran menyebutkan seorang pasangan sebagai musuh. Allah SWT berfrman : " Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka " ( QS At-Taghabun 14).
Lantas bagaimana mengelola cinta suci kita kepada pasangan agar tetap pada jalurnya ? Kehadiran seorang istri atau suami harus bisa digunakan untuk saling meneguhkan keimanan. Ada nasehat keimanan, teguran, dan ajakan untuk giat beribadah yang bisa saling Anda lakukan. Dalam hal ini, anda dan pasangan menjadi patner yang sama-sama gigih untuk meningkatkan kualitas keimanan satu sama lainnya. Saat suami turun kualitas dan kuantitas keimanannya, shalat tak lagi di masjid atau mulai terlihat jarang menyentuh al-Quran (bukan karena sudah hafal 30 juz), maka saatnya sang istri tampil membenahi, menegur dan menyemangati. Begitupula sebaliknya dan itulah karakteristik utuh sebuah cinta ; to give and receive. Saling memberi dan menerima.
Ada dua pertanyaan yang mendasar yang harus kita tujukan pada diri kita sebagai pasangan dari yang lainnya ; Apakah kita ingin bersama dengan pasangan kita di dunia saja, ataukah juga surga akhirat sana ? Apakah Anda tega mendengar dan melihat bahwa isteri atau suami Anda tersiksa di neraka saat Anda sedang bersenang-senang di istana surga ?. Nah, apa jawaban Anda ? Jika cinta Anda berdua tulus, maka Anda pasti akan memilih meneruskan sejarah cinta Anda hingga ke langit sana. Benar bahwa di surga ada bidadari-bidadari cantik yang disiapkan khusus bagi kita. Jumlahnya pun banyak dengan kecantikan yang tiada tara.
Namun tentu kita lebih memilih untuk disandingkan bersama isteri kita di dunia. Karena ada kenangan, nostalgia, dan sejarah cinta yang tak ternilai harganya. Karena ada lelah dan letih perjuangan untuk bersama-sama memasuki surga. Bukan seperti bidadari surga yang memang diciptakan untuk menghias surga.
Inilah nilai sejarah cinta Anda berdua, bukan sekedar di dunia tapi juga di pekarangan surga sana. Rasulullah SAW sendiri juga telah memilih isteri-isterinya di dunia ini –para ummahatul mukminin- sebagai isteri beliau di surga. Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW juga pernah menjelaskan pada para sahabatnya, bahwa wanita dunia yang masuk surga lebih utama dari bidadari-bidadari surga. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda tentang ahli surga :" Seorang laki-laki diantara kamu akan mendapat tujuh pula istri dari jenis bidadari yang diciptakan Allah SWT, dan dua istri dari anak adam , mereka (wanita dunia) lebih utama dari (bidadari) karena ibadah yang mereka lakukan di dunia " (HR Abu Ya'la, Lihat Hadil Arwah Ila Biladil Afroh- Ibnul Qayyim Al-Jauzi)
Ada sejarah cinta yang harus kita abadikan hingga ke langit sana. Buktikan dengan mengajak pasangan kita bersama menuju surga. Bisa kita mulai dengan senantiasa mengingatkan tentang urusan akhirat, bisa pula dengan melakukan amal ibadah dan aktifitas peningkat keimanan lainnya secara bersama-sama.
Dari Tsauban ra, Rasulullah saw bersabda : " Hendaklah seorang dari kamu memiliki hati yang bersyukur, lisan yang suka berzikir, dan istri yang beriman yang membantunya terhadap urusan akhirat “ (HR Ahmad di Jamiush Shagir nomor )
Ini fenomena yang sering terjadi. Banyak cerita tentang seorang yang dimabuk cinta, maka amal ibadahnya berantakan. Jangankan untuk membaca Al-Quran dengan tadabbur, sementara saat berdiri shalat saja hanya pujaan hatinya yang terbayang. Wall iyyadzh billah. Pada kondisi seperti itu, Al-Quran menyebutkan seorang pasangan sebagai musuh. Allah SWT berfrman : " Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka " ( QS At-Taghabun 14).
Lantas bagaimana mengelola cinta suci kita kepada pasangan agar tetap pada jalurnya ? Kehadiran seorang istri atau suami harus bisa digunakan untuk saling meneguhkan keimanan. Ada nasehat keimanan, teguran, dan ajakan untuk giat beribadah yang bisa saling Anda lakukan. Dalam hal ini, anda dan pasangan menjadi patner yang sama-sama gigih untuk meningkatkan kualitas keimanan satu sama lainnya. Saat suami turun kualitas dan kuantitas keimanannya, shalat tak lagi di masjid atau mulai terlihat jarang menyentuh al-Quran (bukan karena sudah hafal 30 juz), maka saatnya sang istri tampil membenahi, menegur dan menyemangati. Begitupula sebaliknya dan itulah karakteristik utuh sebuah cinta ; to give and receive. Saling memberi dan menerima.
Ada dua pertanyaan yang mendasar yang harus kita tujukan pada diri kita sebagai pasangan dari yang lainnya ; Apakah kita ingin bersama dengan pasangan kita di dunia saja, ataukah juga surga akhirat sana ? Apakah Anda tega mendengar dan melihat bahwa isteri atau suami Anda tersiksa di neraka saat Anda sedang bersenang-senang di istana surga ?. Nah, apa jawaban Anda ? Jika cinta Anda berdua tulus, maka Anda pasti akan memilih meneruskan sejarah cinta Anda hingga ke langit sana. Benar bahwa di surga ada bidadari-bidadari cantik yang disiapkan khusus bagi kita. Jumlahnya pun banyak dengan kecantikan yang tiada tara.
Namun tentu kita lebih memilih untuk disandingkan bersama isteri kita di dunia. Karena ada kenangan, nostalgia, dan sejarah cinta yang tak ternilai harganya. Karena ada lelah dan letih perjuangan untuk bersama-sama memasuki surga. Bukan seperti bidadari surga yang memang diciptakan untuk menghias surga.
Inilah nilai sejarah cinta Anda berdua, bukan sekedar di dunia tapi juga di pekarangan surga sana. Rasulullah SAW sendiri juga telah memilih isteri-isterinya di dunia ini –para ummahatul mukminin- sebagai isteri beliau di surga. Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW juga pernah menjelaskan pada para sahabatnya, bahwa wanita dunia yang masuk surga lebih utama dari bidadari-bidadari surga. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda tentang ahli surga :" Seorang laki-laki diantara kamu akan mendapat tujuh pula istri dari jenis bidadari yang diciptakan Allah SWT, dan dua istri dari anak adam , mereka (wanita dunia) lebih utama dari (bidadari) karena ibadah yang mereka lakukan di dunia " (HR Abu Ya'la, Lihat Hadil Arwah Ila Biladil Afroh- Ibnul Qayyim Al-Jauzi)
Ada sejarah cinta yang harus kita abadikan hingga ke langit sana. Buktikan dengan mengajak pasangan kita bersama menuju surga. Bisa kita mulai dengan senantiasa mengingatkan tentang urusan akhirat, bisa pula dengan melakukan amal ibadah dan aktifitas peningkat keimanan lainnya secara bersama-sama.
Dari Tsauban ra, Rasulullah saw bersabda : " Hendaklah seorang dari kamu memiliki hati yang bersyukur, lisan yang suka berzikir, dan istri yang beriman yang membantunya terhadap urusan akhirat “ (HR Ahmad di Jamiush Shagir nomor )
yang betul nama beliau
BalasHapusibnul qoyyim aljauzi apa aljauziyah?