Dalam fiqh shiyam sering disebut permasalahan yaumu syak (hari yang meragukan ). Yang dimaksud meragukan adalah diragukan apakah hari tersebut 30 sya'ban atau sudah masuk 1 Ramadhan. Penyebab keraguan karena belum ada laporan kesaksian kaum muslimin yang melihat hilal secara rukyat . Dalam hal ini jumhur ulama memang berpendapat haramnya berpuasa pada hari tersebut, berdasarkan riwayat dari Ammar Ibnu Yasir Radliyallaahu ‘anhu, ia berkata: “Barangsiapa shaum pada hari yang meragukan, maka ia telah durhaka kepada Abul Qasim (Muhammad) Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam (HR Bukhori secara muallaq, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah). Pendapat ini juga ditunjang dalil lain yang sudah terkenal, dimana kita diminta untuk menggenapkan sya'ban 30 hari ketika hilal tertutup mendung.
Nah, kali ini kita tidak membahas pendapat fiqh seputar Yaumu Syak, tapi sebuah kisah unik dalam sejarah berkaitan dengan yaumu syak tersebut :
Diriwayatkan pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid, pada sebuah yaumu syak khalifah tengah berkumpul bersama Syuraik -Qodhi atau Hakim kerajaan yang terkenal cerdas- dan juga para fuqoha lainnya. Nampaknya mereka tengah menunggu laporan rukyat dari berbagai penjuru negeri, dan semuanya dalam kondisi berpuasa. Kemudian setelah dhuhur akhirnya datang laporan yang memberitakan bahwa hilal tidak berhasil dirukyat dimana-mana.
Pada saat itu di hadapan kholifah telah dihidangkan buah apel. Maka kemudian kholifah segera menawarkan kepada semua yang hadir di hadapannya apel tersebut satu persatu. Maka merekapun menikmati apel tersebut, kecuali sang Qodhi, ia terlihat tidak menyentuh apel tersebut sedikitpun. Melihat hal ini, terlintas dalam pikiran imam Abu Yusuf untuk 'mengerjai' sang Qodhi. Maka Abu Yusuf pun berkata kepada khalifah : " wahai amirul mukminin, lihatlah kepada Qodhimu yang bermaksud menentangmu, dia tidak mau memakan apel dan ingin menyempurnakan puasanya hari ini "
Mendengar perkataan Abu Yusuf, Syuraik sang Qodhi awalnya merasa posisinya terjepit, tapi secepat kilat kecerdasannya muncul, ia melihat Khalifah belum makan apel tersebut. Qodhi segera berkata membela diri : " aku tidak menentangmu wahai Amirul mukminin, tapi justru di Abu Yusuf yang menentangmu. Engkau adalah pemimpin dan kami adalah rakyatmu, karenanya kami tidak mau berbuka sebelum engkau makan terlebih dahulu, kami tidak punya hak untuk mendahuluimu "
Khalifah Ar-Rosyid tersenyum sambil mengatakan " engkau benar wahai Qodhi ". Lalu khalifah pun menikmati buah apel tersebut, dan Syuraik sang Qodhi pun juga memakan setelahnya. Mereke semua terlihat terhibur dengan kejadian unik yang baru saja terjadi.
*dari kitab : Romadhoniyat .. Adab Fan Nawadir karangan Ustadz Musthofa Abdurrahman
semoga bermanfaat dan salam optimis
Nah, kali ini kita tidak membahas pendapat fiqh seputar Yaumu Syak, tapi sebuah kisah unik dalam sejarah berkaitan dengan yaumu syak tersebut :
Diriwayatkan pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid, pada sebuah yaumu syak khalifah tengah berkumpul bersama Syuraik -Qodhi atau Hakim kerajaan yang terkenal cerdas- dan juga para fuqoha lainnya. Nampaknya mereka tengah menunggu laporan rukyat dari berbagai penjuru negeri, dan semuanya dalam kondisi berpuasa. Kemudian setelah dhuhur akhirnya datang laporan yang memberitakan bahwa hilal tidak berhasil dirukyat dimana-mana.
Pada saat itu di hadapan kholifah telah dihidangkan buah apel. Maka kemudian kholifah segera menawarkan kepada semua yang hadir di hadapannya apel tersebut satu persatu. Maka merekapun menikmati apel tersebut, kecuali sang Qodhi, ia terlihat tidak menyentuh apel tersebut sedikitpun. Melihat hal ini, terlintas dalam pikiran imam Abu Yusuf untuk 'mengerjai' sang Qodhi. Maka Abu Yusuf pun berkata kepada khalifah : " wahai amirul mukminin, lihatlah kepada Qodhimu yang bermaksud menentangmu, dia tidak mau memakan apel dan ingin menyempurnakan puasanya hari ini "
Mendengar perkataan Abu Yusuf, Syuraik sang Qodhi awalnya merasa posisinya terjepit, tapi secepat kilat kecerdasannya muncul, ia melihat Khalifah belum makan apel tersebut. Qodhi segera berkata membela diri : " aku tidak menentangmu wahai Amirul mukminin, tapi justru di Abu Yusuf yang menentangmu. Engkau adalah pemimpin dan kami adalah rakyatmu, karenanya kami tidak mau berbuka sebelum engkau makan terlebih dahulu, kami tidak punya hak untuk mendahuluimu "
Khalifah Ar-Rosyid tersenyum sambil mengatakan " engkau benar wahai Qodhi ". Lalu khalifah pun menikmati buah apel tersebut, dan Syuraik sang Qodhi pun juga memakan setelahnya. Mereke semua terlihat terhibur dengan kejadian unik yang baru saja terjadi.
*dari kitab : Romadhoniyat .. Adab Fan Nawadir karangan Ustadz Musthofa Abdurrahman
semoga bermanfaat dan salam optimis
Subhanallah, kecerdasan sungguh menjadikan hidup menjadi mudah, kearifan menjadikan hidup menjadi luas, tasamuh menjadikan hidup ini indah
BalasHapus