Pemerintah Indonesia saat ini bisa dianggap berdiam diri
atau tidak proaktif dengan apa yang terjadi di dunia Islam. Kita lihat saja dari kasus di Rohingya,
Suriah, atau bahkan yang terjadi di Palestina,yang telah diupayakan pemerintah
Indonesia, sepertinya tidak selaras dengan potensi kekuatan politik bangsa
Indonesoa – sebagai bangsa dengan kaum muslimin terbesar di dunia – yang semestinya
bisa lebih gagah menyuarakan keadilan dan membela kebenaran. Kita bisa
membandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh Mesir dan Turki dalam hal
ini.
Namun sejatinya, kita juga bisa membandingkan dengan apa
yang terjadi dalam sejarah bangsa Ini, khususnya pada masa orde Baru di bawah
kepemimpinan pak Harto. Sekali lagi kita tidak sedang membahas profil pak harto
secara keseluruhan, yang barangkali masih sangat kontroversial bagi sebagian
orang. Kita hanya membahas tentang aksi riil yang telah dilakukan pak Harto pada
waktu itu untuk mendukung perjuangan dunia Islam, dengan harapan pemimpin saat
ini mampu meneladaninya, dan setidaknya kita generasi muda mempunyai semangat
yang kuat untuk melanjutkannya dan peran-peran positif lainnya.
Tentu jika kita bicara tataran pidato dan sikap seorang
Presiden untuk mendukung dunia Islam atau anti pejajahan, akan banyak terungkap
dalam dokumen maupun arsip sejarah. Saya tidak berputar di seputar statemen,
tapi bagaimana aksi riil pemerintahan Soeharto mengirimkan bantuan senjata
secara langsung, untuk mendukung perjuangan kaum muslimin disana. Kapan sajakah
?
Pertama : Pengiriman Persenjataan kepada Mujahidin
Afghanistan (Tahun 1981)
Kisah ini dipaparkan oleh Marsekal Muda (Purn) Teddy Rusdy
yang merupakan tangan kanan Benny Moerdani di bidang intelijen. Beliau membersamai
Moerdani selama kurun waktu 20 tahunan lebih. Saya paparkan kisah ini sebagaimana dimuat
dalam situs garudamiliter.com
“ Pada 1981, Teddy Rusdy mendampingi Pak Benny di Islamabad
pertemuan rahasia dengan petinggi intelijen Pakistan yang membahas membantu
logistik dan persenjataan Mujahidin Afghanistan.
Kata Teddy, saat itu, para mujahidin Afghanistan membutuhkan
senjata yang sama dengan hasil rampasan yaitu buatan Uni Soviet. “Kebetulan
senjata buatan Uni Soviet banyak di miliki ABRI saat Trikora dan Dwikora,”
ungkap Teddy. Dengan persetujuan Presiden Soeharto terkumpul senjata-senjata
buatan Uni Soviet. Senjata ini dikumpulkan di gudang khusus milik staf Hankam
dan Gudang Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma. “Kita hapus nomor seri yang
tertera dalam setiap senjata untuk mengaburkan asal sumber senjata tersebut,”
sergah Teddy. Semua senjata dimasukkan di dalam peti dan diberi tanda palang
merah, dicampur dengan peti obat-obatan dan selimut.
Kata Teddy, operasi ini tidak melibatkan Atase Pertahanan RI
di Pakistan yang waktu itu dijabat Kolonel Harjanto. “Ia tidak dilibatkan untuk
menghindari kasus diplomatik apabila operasinya bocor.” Akhirnya operasi ini
berjalan dengan mulus.
Kedua : Pengiriman Persenjataan pada Mujahidin Bosnia
(Tahun 1992)
Dukungan berikutnya tidak secara langsung dari pak Soeharto,
melainkan melalui adiknya yaitu Probosutejo, yang secara khusus menugaskan
Soeripto – yang dikenal dengan Agen Intelijen Tiga Zaman- untuk membantu
persenjataan Mujahidin Bosnia. Dengan
berbekal dana sekitar 3 Milyar, pada waktu itu tentu jumlah yang sangat besar,
Soeripto menghabiskan waktu 2 bulan di kawasan konflik itu untuk membeli
senjata di pasar gelap, dengan segenap marabahaya dan konsekuensi untuk ditipu
dan ditembak setiap saat. Juga kendala pengiriman senjata apakah lewat darat
atau udara yang keduanya sama-sama berpotensi untuk diperiksa secara ketat. Akhirnya
Soeripto berhasil membeli dan mengirimkan sejumlah peluru, senjata laras
panjang, dan utamanya AK47 bagi kepentingan mujahidin Bosnia. Semua senjatanya baru dan diperiksa satu
persatu oleh Soeripto.
Kisah petualangannya selama 2 bulan memasok senjata itu
dilukiskan oleh Soeripto dengan nada bercanda : jika difilmkan akan lebih
menegangkan dari James Bond. Soeripto juga mengaku tidak tahu apakah langkahnya
tersebut dikoordinasikan oleh Probosutedjo kepada Soeharto atau tidak. Dalam
pandangan saya, operasi semacam ini bukan kelasnya Probosutedjo secara pribadi,
tentulah ada campur tangan rahasia Presiden sebagaimana disebutkan oleh Teddy
Rusdy saat pengiriman senjata sebelumnya ke Afganhistan.
Akhirnya, bercermin dengan sepak terjang pemerintahan Indonesia pada
saat yang lalu, khususnya dukungan riil pada perjuangan dunia Islam. Bagaimana
dengan pemerintahan yang sekarang ? Apakah cukup dengan kata-kata himbauan dan
prihatin saja ? Atau ada upaya diam-diam tapi riil langsung dirasakan
kemanfaatannya bagi rakyat Palestina, Suriah dan Rohigya ? Saya berharap yang
terakhir telah dijalankan oleh pemerintah kita saat ini, meski baru akan
terbuka beberapa puluh tahun lagi.
Semoga bermanfaat dan salam optimis.
Sumber Bacaan :
Artikel yang menarik, Gan! Kalau aksi Soeharto untuk khitan apa nih? :-)
BalasHapus