Rasulullah SAW :
Wanita yang paling baik adalah yang jika engkau melihatnya akan
membuatmu gembira, dan jika engkau memerintah dia mentaati perintahmu,
dan jika engkau sedang tidak ada di rumah, ia menjaga kehormantannya dan
hartamu (HR An-Nasa’I )
Rasulullah bersabda : Sesungguhnya seorang lelaki jika memandang istrinya dan istrinya pun memandang kepadanya, maka Allah akan memandang kedua insan itu dengan pandangan rahmat. (HR Maisarah & Imam Ar-Rafi’I )
Dua riwayat di atas memotivasi kita untuk memandang pasangan kita penuh semangat dan keberkahan. Siapapun akan suka memandang sesuatu yang menakjubkan hatinya. Dan kita percaya bahwa istri adalah salah satu dari ciptaan Allah SWT yang sering menakjubkan hati kita. Siang dan –apalagi-malam. Memandang istri akan selalu berubah kondisinya. Awalnya itu adalah sesuatu yang menyenangkan, tiba-tiba menjadi sebuah hobi dan kebiasaan, saat yang lainnya bahkan menjadi sebuah kebutuhan ! Saat dimana waktu berlalu tanpa memandang istri, tiba-tiba kita merasa ada yang kurang. Saat memandangnya pun tak ada istilah membosankan. Bahkan setiap kali memandang, selalu bertambah kekaguman, cinta, kasih sayang dan rasa syukur yang terpanjatkan. Pandangan rahmat Allah sebagai jaminan.
Apapun, memandang pasangan nampaknya bisa menjadi agenda khusus untuk menuai kemesraan yang berlebih. Dimana lagi kita bisa bebas mengumbar pandangan kita ? Bahkan pandangan penuh syahwat dan nafsu pada pasangan kita pun terukir indah di langit sana sebagai ladang rahmat dan keberkahan-Nya. Bandingkan jika kita melepaskan pandangan di luar sana, tempat banyak wanita setengah bahkan tigaperempat telanjang berkeliaran. Seolah menakjubkan memang, memuaskan keinginan dan rasa penasaran. Namun itu hanya sesaat, akibat selanjutnya bisa sangat brutal : menyempitkan hati, menyesakkan dada, membuat panas ubun-ubun, pusing di kepala, serta menyisakan gurat maksiat kelam pada wajah kita. Selebihnya, itu hanya akan menambah catatan investigasi malaikat untuk penyidikan di pengadilan akhirat sana. Maka yang selama ini kita kenal dengan istilah 'cuci mata' di mall-mall, pertokoan, dan tempat wisata, sebenarnya tak lebih dari 'mengotori mata' dengan hal-hal yang tak selayaknya. Wall iyyadzh billah.
Sekali lagi beruntunglah bagi mereka yang telah menikah. Diluar menahan pandangan, menjaga amanah mata untuk tetap steril dan setia. Di dalam rumah, saatnya memandang apa-apa saja yang menakjubkan untuk di pandang. Semua itu membahagiakan, walau yang kita dapatkan mungkin hanya seutas senyuman dari wajah yang kelelahan, percayalah dari situ bisa timbul muara keberkahan.
Dari rumah tangga kenabian, ada kisah tentang pandang memandang yang berbuah kemesraan, bahkan dihias dengan puisi mesra ungkapan kekaguman. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam buku romantisnya Raudhatul Muhibbin, (Taman Orang-orang yang Jatuh cinta dan Memendam Rindu) menuliskan : Suatu ketika Aisyah ra memandangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam lalu tersenyum sendiri. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bertanya : “ Mengapa engkau tersenyum begitu?” , Aisyah menjawab : “ Abu Bakr Al-Hudzaliy pernah mensifati dalam syairnya :
Dialah penyembuh wanita yang mengalami kelainan
Obat mujarab bagi wanita yang sedang menyusui
Andaikan kau lihat gurat-gurat di keningnya
Tentu di sana dapat di lihat sinar berkilauan
( Raudathul Muhibbin, Ibnul Qayyim al-Jauziyah )
semoga bermanfaat dan salam optimis di Ahad pagi nan ceria
Rasulullah bersabda : Sesungguhnya seorang lelaki jika memandang istrinya dan istrinya pun memandang kepadanya, maka Allah akan memandang kedua insan itu dengan pandangan rahmat. (HR Maisarah & Imam Ar-Rafi’I )
Dua riwayat di atas memotivasi kita untuk memandang pasangan kita penuh semangat dan keberkahan. Siapapun akan suka memandang sesuatu yang menakjubkan hatinya. Dan kita percaya bahwa istri adalah salah satu dari ciptaan Allah SWT yang sering menakjubkan hati kita. Siang dan –apalagi-malam. Memandang istri akan selalu berubah kondisinya. Awalnya itu adalah sesuatu yang menyenangkan, tiba-tiba menjadi sebuah hobi dan kebiasaan, saat yang lainnya bahkan menjadi sebuah kebutuhan ! Saat dimana waktu berlalu tanpa memandang istri, tiba-tiba kita merasa ada yang kurang. Saat memandangnya pun tak ada istilah membosankan. Bahkan setiap kali memandang, selalu bertambah kekaguman, cinta, kasih sayang dan rasa syukur yang terpanjatkan. Pandangan rahmat Allah sebagai jaminan.
Apapun, memandang pasangan nampaknya bisa menjadi agenda khusus untuk menuai kemesraan yang berlebih. Dimana lagi kita bisa bebas mengumbar pandangan kita ? Bahkan pandangan penuh syahwat dan nafsu pada pasangan kita pun terukir indah di langit sana sebagai ladang rahmat dan keberkahan-Nya. Bandingkan jika kita melepaskan pandangan di luar sana, tempat banyak wanita setengah bahkan tigaperempat telanjang berkeliaran. Seolah menakjubkan memang, memuaskan keinginan dan rasa penasaran. Namun itu hanya sesaat, akibat selanjutnya bisa sangat brutal : menyempitkan hati, menyesakkan dada, membuat panas ubun-ubun, pusing di kepala, serta menyisakan gurat maksiat kelam pada wajah kita. Selebihnya, itu hanya akan menambah catatan investigasi malaikat untuk penyidikan di pengadilan akhirat sana. Maka yang selama ini kita kenal dengan istilah 'cuci mata' di mall-mall, pertokoan, dan tempat wisata, sebenarnya tak lebih dari 'mengotori mata' dengan hal-hal yang tak selayaknya. Wall iyyadzh billah.
Sekali lagi beruntunglah bagi mereka yang telah menikah. Diluar menahan pandangan, menjaga amanah mata untuk tetap steril dan setia. Di dalam rumah, saatnya memandang apa-apa saja yang menakjubkan untuk di pandang. Semua itu membahagiakan, walau yang kita dapatkan mungkin hanya seutas senyuman dari wajah yang kelelahan, percayalah dari situ bisa timbul muara keberkahan.
Dari rumah tangga kenabian, ada kisah tentang pandang memandang yang berbuah kemesraan, bahkan dihias dengan puisi mesra ungkapan kekaguman. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam buku romantisnya Raudhatul Muhibbin, (Taman Orang-orang yang Jatuh cinta dan Memendam Rindu) menuliskan : Suatu ketika Aisyah ra memandangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam lalu tersenyum sendiri. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bertanya : “ Mengapa engkau tersenyum begitu?” , Aisyah menjawab : “ Abu Bakr Al-Hudzaliy pernah mensifati dalam syairnya :
Dialah penyembuh wanita yang mengalami kelainan
Obat mujarab bagi wanita yang sedang menyusui
Andaikan kau lihat gurat-gurat di keningnya
Tentu di sana dapat di lihat sinar berkilauan
( Raudathul Muhibbin, Ibnul Qayyim al-Jauziyah )
semoga bermanfaat dan salam optimis di Ahad pagi nan ceria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar