Sebuah kisah unik nan menggugah diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, layak sejenak kita simak di pagi ini. Adalah Amru bin Auf mengisahkan peristiwa yang terjadi di suatu shubuh di kota Madinah. Semuanya berawal dari kepulangan Abu Ubaidah bin Jarroh dari negeri Bahrain. Daerah Bahrain dulu berbeda dengan yang disebut dengan negara Bahrain saat ini. Bahrain versi dahulu jauh lebih luas dari negara Bahrain hari ini. Perjalanan Abu Ubaidah ke negeri Bahrain tidak lain dan tidak bukan sebagai utusan resmi Rasulullah SAW untuk menarik pajak jizyah atas penduduk di sana. Hal ini disebabkan mereka sebelumnya telah bersepakat kepada Nabi SAW untuk tunduk pada pemerintahan Islam di Madinah, dan taat membayar pajak jizyah sebagai konsekuensi logisnya. Bahrain pada saat itu memang dikenal juga dengan kekayaan daerah yang luar biasa.
Keunikan justru terjadi pada saat berita kedatangan Abu Ubaidah bin Jarroh dari Bahrain tersebar di Madinah. Tak disangkan dan dinyana ternyata orang-orang Anshor menyambut berita ini dengan begitu bersemangat. Maka mereka pun bersegera menunaikan sholat shubuh berjamaah bersama Rasulullah SAW, dalam jumlah yang begitu banyak, lain dari hari biasanya. Ada apakah gerangan ? Apa hal yang memotivasi mereka untuk bersemangat berbondong-bondong sholat fajar di pagi yang dingin saat itu ?
Nampaknya Rasulullah SAW pun menyadari keganjilan ini, yaitu dimana jamaah sholat shubuh jauh lebih banyak dari biasanya. Mungkin beliau sempat berpikir, apakah niatan sebagian mereka yang tiba-tiba muncul di masjid, ada hubungannya dengan kedatangan Abu Ubaidah yang membawa harta sangat banyak dari negeri Bahrain ? . Rasulullah SAW tahu akan hal tersebut, namun beliau adalah pemimpin bijak yang hafal luar dalam perangai rakyatnya saat itu. Maka selepas sholat beliau segera berbalik ke arah mereka, dan tersenyum ramah dengan begitu tulus. Beliau bertanya memastikan : " Saya kira kalian semua sudah mendengar kedatangan Abu Ubaidah dengan membawa sesuatu ya ?. Mereka pun menjawab penuh dengan keluguan : " Tentu saja ya Rasulullah SAW !". Maka Rasulullah SAW pun kembali menjawab dengan bijak : " jika demikian, aku berikan kabar gembira ...dan berharaplah apa-apa yang membuat kalian senang ".
Sebagian jamaah sholat fajar sepertinya tersenyum lega, apa yang menjadi keinginan mereka disambut oleh Rasulullah SAW dengan baik dan lapang dada, bukan dengan celaan dan cercaan. Rasulullah SAW melanjutkan ucapannya, tapi kali ini adalah sebuah nasehat yang tajam dan begitu mendalam, sebagai sebuah kekhawatiran Rasulullah SAW akan nasib umatnya pada masa yang akan datang. Beliau mengatakan :
Sahabat, tentu banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dari kisah unik di atas. Namun perkenankan saya hanya meringkasnya menjadi dua. Pertama, keteladanan dan kebijakan Rasulullah SAW pada rakyatnya. Pemimpin yang bisa terus memotivasi dan menginspirasi. Kedatangan mereka yang berbondong-bondong menuju Sholat Shubuh disambut dengan baik nan tulus oleh Rasulullah SAW, meskipun beliau tahu niatan sebagian dari mereka adalah mengharap pembagian dana yang dibawa Abu Ubaidah bin Jarroh. Rasulullah SAW cukup melihat semangat mereka sholat shubuh, dan tidak mencela niatan apa di baliknya. Inilah pelajaran dakwah yang begitu lugas untuk dicerna. Saat ada orang yang menunjukkan kebaikan secara dhohir, bukan tugas kita untuk mencari dan mencela niatan, tapi memberikan apresiasi yang baik agar tetap terus berlanjut dalam keistiqomahan.
Adapun pelajaran Kedua, tentang kekayaan dan kemiskinan. Tentu banyak riwayat dan kisah lain yang lebih luas membahas tentang pandangan islam dalam dua hal ini. Namun yang layak dicermati dalam sabda Rasulullah SAW di atas adalah, beliau cukup meyakini umatnya mampu bertahan dalam keimanan dan keistiqomahan saat dalam kondisi miskin, namun beliau tidak yakin dan bahkan khawatir saat umatnya dalam kondisi kaya, bahkan saling berlomba mengejar kekayaan tanpa batasan dan etika, maka yang terjadi adalah kehancuran sebagaiman pengalaman umat-umat terdahulu.
Ini adalah warning yang tajam bagi kita umatnya, taat dan istiqomah saat kondisi miskin, belum tentu berlanjut saat mendapat kekayaan. Gambaran realita di masyarakat kita pun begitu banyak terserak. Maka bagi kita bersegera untuk mengantisipasi sejak dini, agar saat kelapangan dan kekayaan tiba, keimanan kita tetap kokoh bahkan makin kuat dari sebelumnya. Semoga Allah SWT mudahkan
Semoga bermanfaat dan salam optimis di senin pagi.
Keunikan justru terjadi pada saat berita kedatangan Abu Ubaidah bin Jarroh dari Bahrain tersebar di Madinah. Tak disangkan dan dinyana ternyata orang-orang Anshor menyambut berita ini dengan begitu bersemangat. Maka mereka pun bersegera menunaikan sholat shubuh berjamaah bersama Rasulullah SAW, dalam jumlah yang begitu banyak, lain dari hari biasanya. Ada apakah gerangan ? Apa hal yang memotivasi mereka untuk bersemangat berbondong-bondong sholat fajar di pagi yang dingin saat itu ?
Nampaknya Rasulullah SAW pun menyadari keganjilan ini, yaitu dimana jamaah sholat shubuh jauh lebih banyak dari biasanya. Mungkin beliau sempat berpikir, apakah niatan sebagian mereka yang tiba-tiba muncul di masjid, ada hubungannya dengan kedatangan Abu Ubaidah yang membawa harta sangat banyak dari negeri Bahrain ? . Rasulullah SAW tahu akan hal tersebut, namun beliau adalah pemimpin bijak yang hafal luar dalam perangai rakyatnya saat itu. Maka selepas sholat beliau segera berbalik ke arah mereka, dan tersenyum ramah dengan begitu tulus. Beliau bertanya memastikan : " Saya kira kalian semua sudah mendengar kedatangan Abu Ubaidah dengan membawa sesuatu ya ?. Mereka pun menjawab penuh dengan keluguan : " Tentu saja ya Rasulullah SAW !". Maka Rasulullah SAW pun kembali menjawab dengan bijak : " jika demikian, aku berikan kabar gembira ...dan berharaplah apa-apa yang membuat kalian senang ".
Sebagian jamaah sholat fajar sepertinya tersenyum lega, apa yang menjadi keinginan mereka disambut oleh Rasulullah SAW dengan baik dan lapang dada, bukan dengan celaan dan cercaan. Rasulullah SAW melanjutkan ucapannya, tapi kali ini adalah sebuah nasehat yang tajam dan begitu mendalam, sebagai sebuah kekhawatiran Rasulullah SAW akan nasib umatnya pada masa yang akan datang. Beliau mengatakan :
فَوَاللَّهِ لاَ الْفَقْرَ
أَخْشَى عَلَيْكُمْ ، وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ
عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ،
فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
“Demi Allah, sebenarnya bukanlah kemiskinan yang aku takutkan
akan membahayakan kalian. Akan tetapi, yang kutakutkan adalah apabila
dunia telah dibentangkan pada kalian, sebagaimana telah dibentangkan
pula bagi orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun akhirnya
berlomba-lomba untuk meraih dunia sebagaimana orang-orang terdahulu
berlomba untuk mendapatkannya. Akhirnya kalian pun akan binasa,
sebagaimana mereka binasa. ” (HR. Bukhari dan Muslim).Sahabat, tentu banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dari kisah unik di atas. Namun perkenankan saya hanya meringkasnya menjadi dua. Pertama, keteladanan dan kebijakan Rasulullah SAW pada rakyatnya. Pemimpin yang bisa terus memotivasi dan menginspirasi. Kedatangan mereka yang berbondong-bondong menuju Sholat Shubuh disambut dengan baik nan tulus oleh Rasulullah SAW, meskipun beliau tahu niatan sebagian dari mereka adalah mengharap pembagian dana yang dibawa Abu Ubaidah bin Jarroh. Rasulullah SAW cukup melihat semangat mereka sholat shubuh, dan tidak mencela niatan apa di baliknya. Inilah pelajaran dakwah yang begitu lugas untuk dicerna. Saat ada orang yang menunjukkan kebaikan secara dhohir, bukan tugas kita untuk mencari dan mencela niatan, tapi memberikan apresiasi yang baik agar tetap terus berlanjut dalam keistiqomahan.
Adapun pelajaran Kedua, tentang kekayaan dan kemiskinan. Tentu banyak riwayat dan kisah lain yang lebih luas membahas tentang pandangan islam dalam dua hal ini. Namun yang layak dicermati dalam sabda Rasulullah SAW di atas adalah, beliau cukup meyakini umatnya mampu bertahan dalam keimanan dan keistiqomahan saat dalam kondisi miskin, namun beliau tidak yakin dan bahkan khawatir saat umatnya dalam kondisi kaya, bahkan saling berlomba mengejar kekayaan tanpa batasan dan etika, maka yang terjadi adalah kehancuran sebagaiman pengalaman umat-umat terdahulu.
Ini adalah warning yang tajam bagi kita umatnya, taat dan istiqomah saat kondisi miskin, belum tentu berlanjut saat mendapat kekayaan. Gambaran realita di masyarakat kita pun begitu banyak terserak. Maka bagi kita bersegera untuk mengantisipasi sejak dini, agar saat kelapangan dan kekayaan tiba, keimanan kita tetap kokoh bahkan makin kuat dari sebelumnya. Semoga Allah SWT mudahkan
Semoga bermanfaat dan salam optimis di senin pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar