KH. Muhammad Amir, SH |
Pertama : Keteladanan Membina Keluarga
Pada masa orde baru beliau pernah diperiksa secara khusus, karena teramat jarang waktu itu ada PNS dengan 14 anak ! Kecurigaan yang cukup menggelitik, karena pihak pemerikasa tidak percaya dari mana ustadz Amir memiliki kekayaan untuk menghidupi anak-anaknya. Lebih uniknya, setelah kecurigaan tak terbukti, justru berbuah sebaliknya. Pada masa itu pula beliau mendapatkan award "SAMARA" sebagai pengakuan dari pemerintah/instansinya atas keuletan dan keteladanan beliau dalam membina rumah tangga. Jadi saat membawakan nasihat pernikahan, beliau tulus berbagi pengalaman kepada kita generasi setelahnya. Saya kira tidak perlu banyak data dan catatan yang perlu dipaparkan tentang keteladanan ini, karena dengan memiliki 14 anak ( 3 diantaranya doktor dan 6 magister ) serta 38 cucu, cukuplah sudah kita bisa mengambil inspirasi dari kesabaran dan keteladanan beliau dalam membina keluarga samara.
Kedua : Perspektif Rejeki
Ustadz Muhammad Amir termasuk mereka yang diberi kemudahan Allah SWT untuk bolak-balik bepergian ke tanah suci menunaikan ibadah haji. Yang unik justru dari 12x keberangkatan, 11 diantaranya beliau tidak mengeluarkan biaya sedikitpun alias gratis. Beliau mengaku membayar haji sekali pada tahun 1980, itupun dengan cara menabung selama tidak kurang 15 tahun. Jleeb, pada sisi ini saya terhenyak. Sesuatu yang dilakukan dengan perhitungan manusiawi - menabung - memang kemudian bisa menghantarkan beliau haji sekali. Tapi rejeki haji beliau berkali-kali justru bukan karena perhitungan dan usaha manusiawi, namun benar-benar dari arah yang tidak diduga-duga. Al-Quran menyebutnya dengan gamblang sebagai bonus bagi mereka yang bertakwa. (Lihat QS At-Tholaaq ayat 3).
Ketiga : Kekuatan Doa
Beliau mengaku dengan lugu bahwa saat haji pertama kali beliau menunaikan doa, meminta untuk dimudahkan langkah mengunjungi baitullah, dan doa itupun terkabul dengan 12x naik haji yang sebagian besar justru malah tanpa biaya sama sekali. Belum cukup hal itu, dalam suatu kesempatan beliau juga mendapat kesempatan menang undian umroh dari koperasi yang beliau menjadi anggota. Diantara 360 anggota koperasi tersebut, ternyata justru beliau yang berkali-kali ke tanah suci yang kembali mendapat panggilan ke sana. Beliau pun mengaku, berdoa khusus sebelum undian tersebut diadakan.
Keempat : Hati-hati dalam Berbicara
Ustadz Muhammad Amir menuturkan kisahnya saat menjalani kursus Lemhanas belasan tahun yang lampau, saat pada masa itu sedang ramai digalakkan program KB dari pemerintah. Seorang peserta lain -pejabat tinggi negara- yang tengah beramah tamah dengannya menanyakan jumlah anak beliau. Saat mengetahui bahwa jumlah anak beliau mencapai 14 anak, orang tadi berkomentar sinis : " Apa anda mau memproduksi kemiskinan " ? Maksudnya menyindir, darimana nanti dana dan bagaimana cara mendidik anak sebanyak itu. Suatu sikap yang memang cukup berkembang pesat di masa jayanya program KB ala orde baru. Ustadz Amir masih mengingat perkataan dan sindiran teman tersebut. Namun ternyata waktulah yang membuktikan, Ustadz Amir terbukti mampu mendidik anak-anaknya dengan baik, mencapai gelar pendidikan tinggi dan kesuksesan dalam kehidupannya. Sementara sang teman tadi yang hanya memiliki 2 anak, ternyata terdengar kabar dikemudian hari anak yang laki-laki tertangkap sebagai pengguna narkoba, dan perempuan dikeluarkan dari perkuliahan karena hamil sebelum nikah. Sebuah pelajaran tentang menjaga lisan.
Semoga kita mampu mengambil pelajaran, inspirasi dan motivasi dalam kehidupan kita. Semoga bermanfaat dan salam optimis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar