|
Menyimak ceramah Syeikh Nikmatullah |
Masjid Otsuka terletak di bilangan utara Tokyo. Dari Main Station bisa ditempuh dengan menggunakan kereta Yakamoto Line yang mengitari toko, berhenti di Stasiun Otsuka untuk kemudian berjalan kaki sekitar 500 meter kurang lebih. Masjid Otsuka ini menjadi masjid yang awal-awal saya singgahi di Jepang dalam kurun waktu 3-4 hari, sebelum kemudian saya fokus untuk safari dakwah PKPU di belahan barat dan selatan Jepang setelahnya. Hampir sama dengan sebagian masjid di Jepang, masjid Otsuka ini pun didirikan oleh warga pakistan, dan kemudian menjadi semacam islamic center dimana warga muslim jepang berbondong-bondong memakmurkannya. Tak terkecuali pada bulan Ramadhan ini, seorang imam khusus di datangkan dari Pakistan, untuk menjadi imam tarawih 20 rekaat setiap harinya, dengan suara merdu nan menambah khusyuk jamaah yang hadir.
Selain sholat Tarawih, kegiatan Ramadhan lainnya adalah sahur dan buka bersama. Selain menu buka puasa berupa buah-buahan dan kurma, menu makan besar biasanya adalah khas pakistan seperti nasi kare atau yang semacamnya. Di sela-sela bakda sholat seperti maghrib dan shubuh pun diisi oleh kajian singkat menggunakan aneka ragam bahasa tergantung pembicaranya, yang jelas akan ada yang menerjemahkan jika dipandang perlu. Begitu pula pada Jumat 12 Juli yang lalu, saya dipaksa oleh Bro Harun dari Pakistan yang bersuamikan wanita Jepang, sekaligus Sekjen Dewan Wakaf Jepang, untuk mengisi acara kajian setelah maghrib. Dengan berat hati akhirnya saya menyanggupi, namun dengan bahasa Arab dan berharap ada yang menerjemahkan. Tak disangka akhirnya bro Harun menyanggupi, dan jadilah pada magrib itu saya mengisi kajian singkat dengan bahasa Arab di Jepang. Bahkan di Indonesia sendiri saja saya belum pernah berceramah menggunakan full bahasa Arab. Alhamdulillah lancar, para jamaah mengangguk-angguk entah pertanda memahami dengan baik atau memang berharap agar khutbah dipercepat, wallahu a'lam he2..
|
tim safari dakwah PKPU Jepang di depan masjid |
Sebuah pelajaran juga saya dapatkan di Masjid Otsuka, saat itu saya bersilaturahim dan berbincang ringan dengan Syeikh Nikmatullah, seorang dai yang sudah berusia tua dan malang-melintang berdakwah di penjuru dunia, di Jepang sendiri beliau sudah menghabiskan sepuluh tahun terakhir. Beliau berpesan kepada saya tentang hak tetangga. Apa yang dimaksud dengan hak tetangga oleh beliau adalah, Jepang sebagai tetangga Indonesia, mestinya bisa ikut aktif untuk mendakwahi bangsa Jepang yang memang bisa dibilang sangat terlambat dalam berislam, dibanding negara-negara di Asia. Beliau juga menyentil dengan mengatakan, bahwa Indonesia dulu tidak jauh berbeda dengan Jepang, yaitu mayoritas Hindu Budha, lalu dengan dakwah bisa kemudian berubah 180 derajat dan kaum muslimin menjadi mayoritas. Syeikh Nikmatullah meyakini bahwa Jepang pun semestinya bisa seperti di Indonesia. Karena syeikh berasal dari Turki, saya jadi mengait-ngaitkan sejarah walisongo yang menurut salah satu pendapat adalah utusan resmi dari kekhalifahan Turki untuk berdakwah di nusantara. Wallahu a'lam bisshowab.
Di Masjid Otsuka, terkenang sebuah pelajaran tentang hak tetangga, yaitu Jepang merindukan dakwah Islam. Siapa siap jadi walisongo abad 21 ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar