Menarik untuk dicermati, sebuah riwayat dari Abdullah bin Salam, yang menceritakan pidato pertama Rasulullah SAW saat pertama kali tiba di Madinah, dimana orang-orang mengerumuninya, beliau bersabda : “" Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam (keselamatan dan kedamaian), berikan makanan, pelihara silaturrahim dan lakukan shalat (malam) pada saat manusia sedang tidur. niscaya kamu sekalian masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Majah) . Pidato yang ringkas dan padat ini, jika kita lihat dari momentumnya diucapkan pertama kali saat sampai Madinah, seolah menunjukkan semacam panduan umum dalam membangun masyarakat Madani yang dicita-citakan. Ada empat nilai tersirat yang bisa kita praktikkan dalam keseharian, yaitu :
Pertama : Masyarakat Cinta Damai .
Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk afsyus salaam, menyebarkan salam dan kedamaian. Islam adalah agama yang secara bahasa berarti kedamaian dan keselamatan. Definisi seorang muslim dengan gamblang dijelaskan dalam sebuah sabda Rasulullah SAW, yaitu : Rasulullah SAW bersabda : “ Seorang muslim adalah mereka yang orang-orang selamat dari gangguan lisan dan tangannya “ (HR Ahmad). Maka salah besar jika ada yang mengkaitkan kekerasan dengan ajaran Islam, karena jangankan dengan manusia, terhadap binatang pun kita diajarkan untuk berlaku baik penuh kasih sayang.
Kedua : Masyarakat Peduli dan Berbagi.
Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk ath’imu tho’aam, berbagi makanan. Maka ciri masyarakat madani selanjutnya adalah berbagi dan peduli. Hal ini dianjurkan dalam skala terkecil yaitu lingkungan bertetangga, dimana Rasulullah SAW mengancam : “ Bukanlah seorang beriman, yang dia tidur dalam kondisi kenyang sementara (dia mengetahui) tetangganya kelaparan.” (HR Bukhori). Semangat berbagi ini tidak harus menunggu kita cukup harta, namun dalam kondisi sempit pun tetap dianjurkan berbagi, bahkan menjadi ciri ketakwaan seseorang. Allah SWT berfirman tentang orang bertakwa : sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT : Artinya : “ orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dalam kondisi lapang dan sempit “ (QS Ali Imron 134)
Ketiga : Masyarakat Bersinergi.
Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menyambung silaturahim agar tercipat sinergi bahkan dijanjikan berlimpah rejeki. Karenanya, masyarakat yang dicita-citakan adalah mereka yang gemar bersinergi, saling bekerja sama atau gotong royong dalam budaya kita. Masyarakat bersinergi menjadi ciri masyarakat madani, karena setiap elemen memiliki kelemahan dan kekuatan, untuk membangun bangsa dibutuhkan sinergi dan kebersamaan antar elemen yang rapi dan istiqomah, bahu membahu dalam kebaikan, sebagaimana diperintahkan Al-Quran : Dan tolong-menolonglah kalian dalam melaksanakan kebajikan dan takwa, dan jgn tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. (QS Al Maidah).
Keempat : Masyarakat Spiritual .
Rasulullah SAW memotivasi kita untuk melakukan sholat malam, agar terjaga kekuatan ruhiyah kita dan kedekatan kita terhadap Allah SWT. Masyarakat yang dicita-citakan harus memiliki tingkatan spiritualitas yang tinggi, sehingga perkembangan dan kemajuan zaman tidak melalaikan dan menjerumuskan dalam kubangan dosa dan kemaksiatan. Agar juga menyadari bahwa dalam kesuksesan dan kegagalan ada hikmah dari takdir Allah SWT. Kita bisa mengambil pelajaran dari Jepang, sebuah bangsa yang maju, namun sungguh disayangkan jika angka bunuh diri di sana tercatat sebagai yang tertinggi di dunia, mencapai 76 orang perhari pada data tahun 2012 yang lalu.
Akhirnya, marilah berupaya untuk mengubah diri dan mewarnai masyarakat kita, dengan nilai-nilai yang dipesankan oleh Rasulullah SAW, sejak awal pertama membangun masyarakat Madinah yang mulia. Semoga Allah SWT memudahkan. Wallahu a’lam bisshowab
*Artikel dimuat di Rubrik Tausiyah Suara Merdeka Jumat 6 September 2013
Pertama : Masyarakat Cinta Damai .
Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk afsyus salaam, menyebarkan salam dan kedamaian. Islam adalah agama yang secara bahasa berarti kedamaian dan keselamatan. Definisi seorang muslim dengan gamblang dijelaskan dalam sebuah sabda Rasulullah SAW, yaitu : Rasulullah SAW bersabda : “ Seorang muslim adalah mereka yang orang-orang selamat dari gangguan lisan dan tangannya “ (HR Ahmad). Maka salah besar jika ada yang mengkaitkan kekerasan dengan ajaran Islam, karena jangankan dengan manusia, terhadap binatang pun kita diajarkan untuk berlaku baik penuh kasih sayang.
Kedua : Masyarakat Peduli dan Berbagi.
Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk ath’imu tho’aam, berbagi makanan. Maka ciri masyarakat madani selanjutnya adalah berbagi dan peduli. Hal ini dianjurkan dalam skala terkecil yaitu lingkungan bertetangga, dimana Rasulullah SAW mengancam : “ Bukanlah seorang beriman, yang dia tidur dalam kondisi kenyang sementara (dia mengetahui) tetangganya kelaparan.” (HR Bukhori). Semangat berbagi ini tidak harus menunggu kita cukup harta, namun dalam kondisi sempit pun tetap dianjurkan berbagi, bahkan menjadi ciri ketakwaan seseorang. Allah SWT berfirman tentang orang bertakwa : sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT : Artinya : “ orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dalam kondisi lapang dan sempit “ (QS Ali Imron 134)
Ketiga : Masyarakat Bersinergi.
Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menyambung silaturahim agar tercipat sinergi bahkan dijanjikan berlimpah rejeki. Karenanya, masyarakat yang dicita-citakan adalah mereka yang gemar bersinergi, saling bekerja sama atau gotong royong dalam budaya kita. Masyarakat bersinergi menjadi ciri masyarakat madani, karena setiap elemen memiliki kelemahan dan kekuatan, untuk membangun bangsa dibutuhkan sinergi dan kebersamaan antar elemen yang rapi dan istiqomah, bahu membahu dalam kebaikan, sebagaimana diperintahkan Al-Quran : Dan tolong-menolonglah kalian dalam melaksanakan kebajikan dan takwa, dan jgn tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. (QS Al Maidah).
Keempat : Masyarakat Spiritual .
Rasulullah SAW memotivasi kita untuk melakukan sholat malam, agar terjaga kekuatan ruhiyah kita dan kedekatan kita terhadap Allah SWT. Masyarakat yang dicita-citakan harus memiliki tingkatan spiritualitas yang tinggi, sehingga perkembangan dan kemajuan zaman tidak melalaikan dan menjerumuskan dalam kubangan dosa dan kemaksiatan. Agar juga menyadari bahwa dalam kesuksesan dan kegagalan ada hikmah dari takdir Allah SWT. Kita bisa mengambil pelajaran dari Jepang, sebuah bangsa yang maju, namun sungguh disayangkan jika angka bunuh diri di sana tercatat sebagai yang tertinggi di dunia, mencapai 76 orang perhari pada data tahun 2012 yang lalu.
Akhirnya, marilah berupaya untuk mengubah diri dan mewarnai masyarakat kita, dengan nilai-nilai yang dipesankan oleh Rasulullah SAW, sejak awal pertama membangun masyarakat Madinah yang mulia. Semoga Allah SWT memudahkan. Wallahu a’lam bisshowab
*Artikel dimuat di Rubrik Tausiyah Suara Merdeka Jumat 6 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar