Soal motivasi untuk para pemuda buat menikah, sungguh ajaran Islam tak kurang-kurang mengingatkan. Salah satu yang kerap jadi alasan para jomblo menunda dan mengulur waktu adalah soal finansial atau pertimbangan keuangan. Apalagi dalam kondisi perekenomian dan pekerjaan serba sulit seperti saat ini, alasan semacam ini tentu semakin terasa logis dan layak untuk dipertahankan. Namun, walau bagaimanapun pembagian rejeki setiap insan tetaplah hak preogratif Allah SWT, yang jelas dalam firman-Nya menjanjikan akan meningkatkan kemampuan finansial mereka yang mau menikah. Firman Allah SWT : ”Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengayakan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui.” (An Nuur: 32).
Tak kurang, bukan hanya janji untuk meningkatkan kemampuan finansial mereka yang menikah, bahkan mereka yang akan menikah pun akan dimudahkan dan ditolong Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam hadits, dimana Rasulullah SAW bersabda : “Tiga orang yang pasti Allah akan menolong mereka : orang yang berjihad di jalan Allah, Mukatab yang ingin menebus dirinya dan orang yang menikah dengan tujuan menjaga dirinya (dari yang haram)” (HR Tirmidzi)
Nah, rasanya sudah banyak kita mengulang-ulang motivasi pernikahan untuk para jomblo yang membandel. Kali ini kita coba mengetuk hati mereka dengan lintasan peristiwa sejarah, berupa pidato bung Karno Presiden RI pertama sekaligus founding fathers negeri yang kita cinta ini. Mari kita simak sejenak ceritanya ...
Pada sidang hari pertama PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 10 Juli 1945 bung Karno berpidato dengan memukau. Salah satunya ia ingin menghapus keraguan dan kebimbangan sebagian tokoh lain yang berpikir bahwa Kemerdekaan sebuah bangsa membutuhkan banyak persiapan dan modal kekayaan. Bung Karno menganalogikan kemerdekaan dengan perkawinan. Ia mengatakan ..
" Kemerdekaan bagaikan sebuah perkawinan. Siapa yang bersedia menunggu sampai gajinya sudah cukup, katakanlah 500 gulden ? serta menunggu sampai rumah yang dibangunnya selesai ?
Pertama-tama, pokoknya kawin dulu. Urusan rumah dan biaya perkawinan merupakan urusan belakangan ".*
Nah, demikian pidato bung Karno yang cocok untuk para Jomblo. Memotivasi dan menginspirasi. Gimana Mblo .... siap merdeka atau belum ? Semoga bermanfaat dan salam optimis
* dikutip dari Buku Djakarta 1945 : Catatan Julius Pour
Tak kurang, bukan hanya janji untuk meningkatkan kemampuan finansial mereka yang menikah, bahkan mereka yang akan menikah pun akan dimudahkan dan ditolong Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam hadits, dimana Rasulullah SAW bersabda : “Tiga orang yang pasti Allah akan menolong mereka : orang yang berjihad di jalan Allah, Mukatab yang ingin menebus dirinya dan orang yang menikah dengan tujuan menjaga dirinya (dari yang haram)” (HR Tirmidzi)
Nah, rasanya sudah banyak kita mengulang-ulang motivasi pernikahan untuk para jomblo yang membandel. Kali ini kita coba mengetuk hati mereka dengan lintasan peristiwa sejarah, berupa pidato bung Karno Presiden RI pertama sekaligus founding fathers negeri yang kita cinta ini. Mari kita simak sejenak ceritanya ...
Pada sidang hari pertama PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 10 Juli 1945 bung Karno berpidato dengan memukau. Salah satunya ia ingin menghapus keraguan dan kebimbangan sebagian tokoh lain yang berpikir bahwa Kemerdekaan sebuah bangsa membutuhkan banyak persiapan dan modal kekayaan. Bung Karno menganalogikan kemerdekaan dengan perkawinan. Ia mengatakan ..
" Kemerdekaan bagaikan sebuah perkawinan. Siapa yang bersedia menunggu sampai gajinya sudah cukup, katakanlah 500 gulden ? serta menunggu sampai rumah yang dibangunnya selesai ?
Pertama-tama, pokoknya kawin dulu. Urusan rumah dan biaya perkawinan merupakan urusan belakangan ".*
Nah, demikian pidato bung Karno yang cocok untuk para Jomblo. Memotivasi dan menginspirasi. Gimana Mblo .... siap merdeka atau belum ? Semoga bermanfaat dan salam optimis
* dikutip dari Buku Djakarta 1945 : Catatan Julius Pour
Tidak ada komentar:
Posting Komentar