jadwal sholat di utara Swedia |
Pemberitaan yang diangkat seputar ini, pada satu sisi memang akan menumbuhkan kesyukuran pada diri kita, khususnya yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia, karena panjang puasa kita tak banyak berubah dari tahun ketahun, itu-itu saja dikisaran 13-14 jam. Sejak saya mulai berpuasa di usia SD, kami di waktu indonesia bagian barat menjalani shubuh dikisaran jam empat pagi sampai dengan setengah lima, begitu pula waktu berbuka tak jauh dari sekitar setengah enam sampai jam enam.
Begitu pula sisi positif yang lain, kita menjadi termotivasi dan malu jika bermalas-malasan dan merasa lelah terus-terusan, saat mengingat ada saudara kita yang menjalani puasa sangat jauh melebihi waktu di Indonesia. Sangat kita ingin mengeluh lapar nan dahaga, ingat saja mereka yang berpuasa hampir seharian lamanya.
Namun ada hal yang kadang kita sayangkan, efek pemberitaan seperti itu terkadang menjadi amunisi bagi hati-hati yang kotor dan membenci Islam dengan menyalahkan syariat Islam yang mulia. Pemberitaan tersebut bisa disalahpahami sebagai bentuk syariat Islam yang menyiksa dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Bahkan lebih parah lagi, ada yang mengambil kesimpulan dari kondisi tersebut bahwa Islam adalah agama untuk mereka yang tinggal di daerah tropis saja. Naudzubillah ...
Karenanya, saya melihat ada beberapa hal yang perlu dibahas dan diungkap, agar kita lebih menyadari sepenuhnya, bahwa dalam puasa musim panas justru ada nilai keunggulan syariat yang mulia ini.
Pertama : Frekuensi Ramadhan musim Panas
Tahukah kita, bahwa ramainya pemberitaan tentang panjangnya puasa musim panas hanya akan terjadi pada bulan Juni dan Desember saja, karena pada bulan itulah puncak musim panas, bulan Juni untuk mereka yang dibelahan bumi Utara, dan bulan Desember untuk mereka yang di belahan bumi Selatan. Artinya apa, pembahasan Ramadhan musim panas ini sekitar dua tahun ke depan akan tenggelam, untuk kembali muncul saat musim panas di belahan bumi bagian selatan, yaitu saat Ramadhan terjadi bulan Desember, dan itu diperkirakan sekitar 16 tahun lagi !!.
Bahkan untuk daerah yang mengalami musim panas saat ini, maka mereka akan kembali mengulangi Ramadhan di musim panas lagi setelah 30 tahun ke depan. Jadi hampir bisa diperkirakan bahwa periode Ramadhan musim panas yang ekstrim, hanya akan dialami selama dua periode dalam kehidupan seseroang yang tinggal di belahan bumi utara atau selatan, yaitu saat anak-anak dan dewasa, atau saat dewasa dan saat tua. Karena ini semua, ada seorang ustadz yang biasa berceramah antara negara, menanggapi kontroversi ini dengan berkomentar ringan : ini lagu lama yang diputar ulang.
Kedua : Sisi Keadilan dan Proporsional
Syariat Islam yang mulia juga menunjukkan hikmah dari kondisi puasa musim panas, yaitu keadilan dalam pembebanan kepada setiap muslim. Jika kita yang di kawasan tropis, setiap tahun rata-rata berpuasa 13-14 jam. Maka mereka yang mengalami musim panas dan dingin, akan merasakan waktu puasa yang lama di musim panas, sekitar 17-19 jam. Dan juga pada beberapa tahun berikutnya, akan juga mengalami periode puasa musim dingin yang sangat singkat di kisaran 10-11 jam. Maka tanpa disadari, kontroversi puasa musim panas yang sebagian orang sampaikan dan keluhkan, pada dasarnya akan berhenti sendiri saat musim panas telah lewat, apalagi saat musim dingin menjelang. Hampir-hampir tak ada yang pernah protes kenapa waktu puasa teramat singkat di musim dingin.
Ketiga : Sisi Rukhsoh dan Fatwa
Sisi yang kadang luput dari pembahasan adalah, bahwa betapapun panjang puasa di sebuah daerah, syariat kita yang indah jauh-jauh hari telah membuka peluang bagi mereka yang merasa berat dan tak mampu untuk berbuka, dan menggantinya di hari yang lain. Bahkan mengganti di hari yang lain tentu akan semakin terbuka kesempatannya saat musim dingin datang menghampiri. Juga bahwa seputar ini sudah ada fatwa dan pendapat ulama yang mengkaji khusus puasa di musim panas.
Tak kurang masalah ini majma’ fiqh al-Islami ( organisasi ulama dari negara-negara OKI ) sejak 30 tahun lalu (1406 H), dalam sidangnya di Mekkah, memutuskan beberapa hal manyangkut permasalahan ini, yang beberapa tahun kemudian juga didukung oleh Majelis Ulama Eropa untuk Penelitian dan fatwa yang diketuai Syekh Yusuf al-Qaradhawi. Begitu masalah ini juga pernah difatwakan oleh hai’ah kibar ulama Arab Saudi. Yang pada intinya adalah selama masih bisa dibedakan antara siang dan malam maka kaum muslim tetap berkewajiban berpuasa meski teramat singkat waktu malamnya. Adapun bagi daerah yang tidak bisa dibedakan mengacu pada daerah terdekat yang masih bisa dibedakan siang dan malamnya.
tetap jalan-jalan di musim panas |
Akhirnya, saya meyakini sepenuhnya bahwa yang menjalani puasa musim panas justru tidak terlalu mempermasalahkan hal ini, sebagaimana saya tangkap dalam banyak liputan media. Mereka cukup enjoy dan mempunyai banyak tips dan taktik untuk tetap menikmati puasa di musim panas. Apalagi jika kita melihat kaidah yang universal bahwa banyaknya pahala juga bergantung tingkat kesulitan yang dirasa. Maka sangat mungkin, mereka yang berpuasa lebih lama juga mendapatkan ekstra pahala yang lebih dari yang lainnya. Namun bukan berarti tak ada ancaman pengurang pahala, karena di musim panas lah justru godaan aurat bertebaran di mana-mana, yang pasti malaikat tak akan pernah lena. Setiap lirikan bisa berpotensi menjadi diskon pahala. Mohon doa secara khusus agar pahala puasa saya tidak didiskon dengan hal-hal yang demikian ....
Selamat ramadhan, salam hangat dari Athena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar