Manusia adalah makhluk sosial yang sudah fitrahnya suka bertemu dan berkumpul dengan yang lainnya. Berteman dan bersahabat adalah menjadi agenda tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Karena itulah yang namanya kumpul-kumpul, arisan, rapat, jalan-jalan banyak sekali dengan mudah kita jumpai. Begitu pula yang namanya komunitas, grup atau kelompok, banyak sekali dibentuk dengan aneka ragam alasan dan tujuan.
Terkadang juga, kebersamaan seseorang dengan sahabat-sahabatnya dalam suatu komunitas menuntut seseorang untuk meninggalkan waktu-waktu yang berharga dalam pekerjaannya, bahkan juga waktu untuk keluarganya. Ternyata, memilih sahabat dan bergaul dalam sebuah komunitas kadang menjadi suatu ujian tersendiri bagi seorang muslim, bahkan bisa menentukan bagaimana akhir dari nasib nya di akhirat kelak.
Islam sebagai agama yang sempurna, tentu memberikan panduan bagi setiap muslim dalam bersahabat dan memilih komunitas tempatnya bergaul dan berinteraksi. Rasulullah SAW sejak awal mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memilih sahabat, karena pengaruh seorang sahabat akan sangat besar mewarnai dalam karakater dan kehidupan beragama. Beliau SAW mengingatkan : “agama seseorang (diukur) sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Bahkan dalam kesempatan yang lain beliau memberikan ilustrasi yang tegas tentang urgensi sekaligus bahaya dalam memilih teman. Dalam sebuah hadits beliau mengatakan : “Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka peringatan Rasulullah SAW di atas benar-benar dengan mudah kita temukan buktinya di hari-hari ini. Betapa banyak mereka yang harus bangkrut dalam bisnisnya, karena bergaul dalam komunitas perjudian tingkat elit, atau berfoya-foya menghabiskan harta di tempat-tempat kemaksiata. Betapa banyak istri yang meninggalkan suami, atau suami yang berselingkuh, juga rumah tangga yang porak poranda di ujung prahara perceraian, karena salah dalam memilih teman untuk “curhat” menumpahkan masalah-masalah pribadinya. Bahkan sebagaimana yang kita dengar dalam berita akhir-akhir ini, bagaimana seorang bisa seolah tak peduli meninggalkan keluarga, orang-orang yang dicintai, karena berteman dengan mereka yang bergabung dalam aliran sesat. Sungguh benar apa yang telah Rasulullah SAW ingatkan pada kita tentang pengaruh luar biasa sebuah pertemanan.
Allah SWT juga telah mengingatkan hal yang sama di dalam Al-Quran, melalui firman-Nya : “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa” (Surat Az-Zukhruf 67). Ayat ini mengingatkan betapa banyak komunitas-komunitas, klub-klub, grup-grup dan kelompok-kelompok yang terlihat solid di dunia, mereka saling dekat satu sama lain dan menyayangi, namun jika kebersamaan dan persahabatan itu dalam menjalani kemaksiatan, maka persahabatan itu tak pernah abadi. Pada saatnya nanti di hari akhir, mereka semua akna bercerai berai menjadi musuh bagi yang lainnya. Saling menuduh dan saling berlepas diri dari apa yang dilakukan sahabat-sahabatnya di dunia dari kemaksiatan demi kemaksiatan.
Tetapi hal di atas tidak berlaku bagi mereka yang berkumpul dan bersahabat dalam kebaikan, yaitu orang-orang bertakwa. Persahabatan mereka akan abadi bahkan hingga di akhirat nanti, sebagaimana dalam riwayat Muslim disebutkan, ada orang-orang beriman yang telah lebih dahulu masuk surga, mereka akan mencari sahabat-sahabatnya dulu yang pernah bersama-sama melakukan amal kebaikan di dunia. Jika ternyata diantara mereka ada yang belum masuk surga, bahkan sedang disiksa di neraka, Allah SWT berikan kesempatan kepada mereka untuk memanggil dan menyelamatkan sahabat-sahabatnya tersebut, selama dalam hati mereka masih ada keimanan. Riwayat tersebut menjadikan Imam Hasan Al Bashri berpesan , “Perbanyaklah berteman dengan orang – orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat”
Inilah hakikat sebuah persahabatan abadi, yaitu antara orang-orang beriman dalam menjalankan kebaikan demi kebaikan. Sebuah persahabatan yang indah untuk dijalani, dan dikenang pada saatnya nanti. Wallahu a’lam bisshowab
Terkadang juga, kebersamaan seseorang dengan sahabat-sahabatnya dalam suatu komunitas menuntut seseorang untuk meninggalkan waktu-waktu yang berharga dalam pekerjaannya, bahkan juga waktu untuk keluarganya. Ternyata, memilih sahabat dan bergaul dalam sebuah komunitas kadang menjadi suatu ujian tersendiri bagi seorang muslim, bahkan bisa menentukan bagaimana akhir dari nasib nya di akhirat kelak.
Islam sebagai agama yang sempurna, tentu memberikan panduan bagi setiap muslim dalam bersahabat dan memilih komunitas tempatnya bergaul dan berinteraksi. Rasulullah SAW sejak awal mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memilih sahabat, karena pengaruh seorang sahabat akan sangat besar mewarnai dalam karakater dan kehidupan beragama. Beliau SAW mengingatkan : “agama seseorang (diukur) sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Bahkan dalam kesempatan yang lain beliau memberikan ilustrasi yang tegas tentang urgensi sekaligus bahaya dalam memilih teman. Dalam sebuah hadits beliau mengatakan : “Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka peringatan Rasulullah SAW di atas benar-benar dengan mudah kita temukan buktinya di hari-hari ini. Betapa banyak mereka yang harus bangkrut dalam bisnisnya, karena bergaul dalam komunitas perjudian tingkat elit, atau berfoya-foya menghabiskan harta di tempat-tempat kemaksiata. Betapa banyak istri yang meninggalkan suami, atau suami yang berselingkuh, juga rumah tangga yang porak poranda di ujung prahara perceraian, karena salah dalam memilih teman untuk “curhat” menumpahkan masalah-masalah pribadinya. Bahkan sebagaimana yang kita dengar dalam berita akhir-akhir ini, bagaimana seorang bisa seolah tak peduli meninggalkan keluarga, orang-orang yang dicintai, karena berteman dengan mereka yang bergabung dalam aliran sesat. Sungguh benar apa yang telah Rasulullah SAW ingatkan pada kita tentang pengaruh luar biasa sebuah pertemanan.
Allah SWT juga telah mengingatkan hal yang sama di dalam Al-Quran, melalui firman-Nya : “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa” (Surat Az-Zukhruf 67). Ayat ini mengingatkan betapa banyak komunitas-komunitas, klub-klub, grup-grup dan kelompok-kelompok yang terlihat solid di dunia, mereka saling dekat satu sama lain dan menyayangi, namun jika kebersamaan dan persahabatan itu dalam menjalani kemaksiatan, maka persahabatan itu tak pernah abadi. Pada saatnya nanti di hari akhir, mereka semua akna bercerai berai menjadi musuh bagi yang lainnya. Saling menuduh dan saling berlepas diri dari apa yang dilakukan sahabat-sahabatnya di dunia dari kemaksiatan demi kemaksiatan.
Tetapi hal di atas tidak berlaku bagi mereka yang berkumpul dan bersahabat dalam kebaikan, yaitu orang-orang bertakwa. Persahabatan mereka akan abadi bahkan hingga di akhirat nanti, sebagaimana dalam riwayat Muslim disebutkan, ada orang-orang beriman yang telah lebih dahulu masuk surga, mereka akan mencari sahabat-sahabatnya dulu yang pernah bersama-sama melakukan amal kebaikan di dunia. Jika ternyata diantara mereka ada yang belum masuk surga, bahkan sedang disiksa di neraka, Allah SWT berikan kesempatan kepada mereka untuk memanggil dan menyelamatkan sahabat-sahabatnya tersebut, selama dalam hati mereka masih ada keimanan. Riwayat tersebut menjadikan Imam Hasan Al Bashri berpesan , “Perbanyaklah berteman dengan orang – orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat”
Inilah hakikat sebuah persahabatan abadi, yaitu antara orang-orang beriman dalam menjalankan kebaikan demi kebaikan. Sebuah persahabatan yang indah untuk dijalani, dan dikenang pada saatnya nanti. Wallahu a’lam bisshowab
*artikel dimuat dalam rubrik Tausiyah Suara Merdeka Suara Solo Jumat 15 Januari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar