Kembali Penuh Karya ( Mengenang Prof. Dr. Ali Mustofa Yaqub )

Setiap jaman melahirkan ulama-ulamanya, namun tidak setiap ulama melahirkan banyak karya. Itulah mengapa beberapa ulama-ulama jaman dahulu begitu akrab di telinga kita, salah satunya karena karya yang ia hasilkan.

Prof Dr Ali Mustofa Yaqub adalah salah satunya. Ia menuangkan gagasan dan pemikirannya dalam setidaknya 35 judul buku yang insya Allah akan terus mengalir kemanfaatannya. Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda : “Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim).

Di negeri ini tidak banyak yang seperti itu. Dahulu ada nama Prof Dr Abdul Malik Karim Amrullah yang biasa disebut Buya Hamka, beliau telah menghasilkan karya, baik novel maupun tulisan keagamaan sebanyak 79 judul, bahkan diantaranya adalah karya monumental beliau Tafsir Al Azhar 30 juz yang beliau selesaikan saat dalam penjara masa Soekarno.

Ada juga nama Prof DR TM Hasbi As-shidqiey, berbeda dengan ulama sejamannya yang belajar ke Timur Tengah, beliau menyelesaikan pendidikan agamanya dengan berguru kepada Syeikh Ahmad As Soorkati di perguruan Al Irsyad. Peran dan karyanya pada keilmuan dan pendidikan Islam sangat luar biasa. Beliau telah menghasilkan 73 judul buku yang terdiri dari 142 jilid. Dan sebagaimana Hamka, beliau juga merampungkan tafsir 30 juz lengkap yang kemudian disebut dengan Tafsir An-Nuur.
Benarlah sebuah ungkapan yang diabadikan dalam Sunan as-Darimy, dari Muawiyah dari Abi Iyas : " Siapa yang tidak menuliskan ilmunya, maka belumlah ilmunya itu dianggap sebuah ilmu ". Dalam riwayat Thobaroni dan Al Hakim, yang dishahihkan oleh Syeikh Albani, Rasulullah SAW memerintahkan kita : "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya"

Hari ini Prof Dr Ali Mustofa Yaqub telah wafat. Meninggalkan kita dengan serangkaian karya, yang semestinya bukan hanya sekedar untuk kita kaji dan nikmati, tapi juga untuk menjadi inspirasi kita semua dalam melahirkan karya-karya di masa yang akan datang.

Ali bin Abi Tholib ra menyatakan : “Semua penulis akan mati. Hanya karyanya lah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti.”.