PERTANYAAN :
Tentang update status amalan yang kita perbuat selama bulan ramadhan ini Tidak sedikit anak muda yang terbawa suasana dengan selalu mengupdate kegiatannya di medsos. Tidak terkecuali amalan ibadahnya. Mulai dari tarawih, ngaji, bahkan buka bersama di tempat mewah yang jadi ajang pamer di medsos. Dengan mengupdate status tersebut apakah bisa disebut riya ust? Apakah amalan yang dilakukan bisa hangus karena hal tersebut ust?
Mohon penjelasannya . ( Red. Radar Solo)
JAWABAN :
Tentang masalah “update status di media sosial yang membuat pahala hangus”, biasanya dikaitkan dengan penyakit hati yang bernama riya. Riya’ adalah melakukan suatu amal baik dengan niatan tidak ikhlas karena Allah, namun karena ingin dipuji dan dianggap baik atau hebat oleh orang lain.
Ada beberapa point yang perlu kita perhatikan masalah ini, utamanya dalam bulan Ramadhan dimana fenomena ini menjadi semakin marak, karena aneka kegiatan kebaikan pun semakin marak.
Pertama, Riya adalah masalah hati. Sehingga kita tidak bisa menghukumi sembarangan dalam masalah ini. Lebih baik justru kita mengevaluasi dan merenungi diri, untuk menjauhi hal tersebut. Karena syetan memang selalu menggoda diri kita untuk beramal agak dianggap hebat oleh orang. Karena ini adalah masalah hati, maka kita tidak bisa sembarangan menghukumi riya kepada orang yang “terang-terangan” dalam beramal. Dalam Islam, dibolehkan beramal dengan terang-terangan, termasuk sedekah sekalipun . Allah SWT berfirman dalam hal ini : “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Baqarah: 271).
Kedua, Update status amal dan kegiatan di bulan Ramadhan sebenarnya bukan saja berpotensi bahaya dari sisi riya, tetapi juga menghilangkan keberkahan dan kekhusyukan dalam ibadah. Bisa dibayangkan jika waktu sahur yang semestinya penuh berkah dan dianjurkan banyak istigfar, jadi sibuk update status. Waktu berbuka puasa yang mestinya memperbanyak doa, harus terganggu dengan update status. Apalagi jika ditengah-tengah ceramah tarawih atau sholat tarawih masih sempat update status, tentu akan menghilangkan kekhusyukan dan keseriusan dalam beribadah. Jadi ini juga satu ancaman yang tidak kalah bahayanya dari riya.
Ketiga, bagi yang update status. Kesempatan merubah ancaman riya menjadi peluang pahala, jika kita mengganti model dan pilihan kata-kata dari bercerita menjadi mengajak (berdakwah). Dari pada kita mengatakan di Facebook “ Alhamdulillah hari ini sudah tilawah tiga juz”, lebih baik kita menggunakan kesempatan untuk berdakwah dengan menuliskan “ Ramadhan bulan AlQuran, mari kita semangat tilawah, sudah berapa juz kah Anda hari ini ? “. Jadi ini tentu akan lebih menjaga hati kita, sekaligus menjaga agar orang lain tidak bersu-udzon kepada kita.
Keempat, jika sekalipun harus bercerita tentang amalan kita. Maka sekali lagi jaga niatan, iringi dengan istigfar. Niatan kita adalah memberikan contoh sekaligus menjadikan ramadhan lebih penuh syiar kegiatan-kegiatan kebaikan. Dalam hal ini kita bisa mengambil inspirasi dari kisah Abu Bakar As Shiddiq. Suatu ketika Rasullah SAW bertanya dihadapan para sahabat : "Siapakah di antara kalian yang pagi ini sedang berpuasa?". Abu Bakar menjawab : "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah mengantarkan jenazah?" Abu Bakar menjawab: "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah memberi makan orang miskin?" Abu Bakar menjawab: "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah menjenguk orang sakit?". Abu Bakar menjawab : "Aku." Selanjutnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah semua itu ada pada seseorang kecuali dia pasti akan masuk surga." ( HR. Muslim ).
Wallahu a'lam bisshowab
Tentang update status amalan yang kita perbuat selama bulan ramadhan ini Tidak sedikit anak muda yang terbawa suasana dengan selalu mengupdate kegiatannya di medsos. Tidak terkecuali amalan ibadahnya. Mulai dari tarawih, ngaji, bahkan buka bersama di tempat mewah yang jadi ajang pamer di medsos. Dengan mengupdate status tersebut apakah bisa disebut riya ust? Apakah amalan yang dilakukan bisa hangus karena hal tersebut ust?
Mohon penjelasannya . ( Red. Radar Solo)
JAWABAN :
Tentang masalah “update status di media sosial yang membuat pahala hangus”, biasanya dikaitkan dengan penyakit hati yang bernama riya. Riya’ adalah melakukan suatu amal baik dengan niatan tidak ikhlas karena Allah, namun karena ingin dipuji dan dianggap baik atau hebat oleh orang lain.
Ada beberapa point yang perlu kita perhatikan masalah ini, utamanya dalam bulan Ramadhan dimana fenomena ini menjadi semakin marak, karena aneka kegiatan kebaikan pun semakin marak.
Pertama, Riya adalah masalah hati. Sehingga kita tidak bisa menghukumi sembarangan dalam masalah ini. Lebih baik justru kita mengevaluasi dan merenungi diri, untuk menjauhi hal tersebut. Karena syetan memang selalu menggoda diri kita untuk beramal agak dianggap hebat oleh orang. Karena ini adalah masalah hati, maka kita tidak bisa sembarangan menghukumi riya kepada orang yang “terang-terangan” dalam beramal. Dalam Islam, dibolehkan beramal dengan terang-terangan, termasuk sedekah sekalipun . Allah SWT berfirman dalam hal ini : “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Baqarah: 271).
Kedua, Update status amal dan kegiatan di bulan Ramadhan sebenarnya bukan saja berpotensi bahaya dari sisi riya, tetapi juga menghilangkan keberkahan dan kekhusyukan dalam ibadah. Bisa dibayangkan jika waktu sahur yang semestinya penuh berkah dan dianjurkan banyak istigfar, jadi sibuk update status. Waktu berbuka puasa yang mestinya memperbanyak doa, harus terganggu dengan update status. Apalagi jika ditengah-tengah ceramah tarawih atau sholat tarawih masih sempat update status, tentu akan menghilangkan kekhusyukan dan keseriusan dalam beribadah. Jadi ini juga satu ancaman yang tidak kalah bahayanya dari riya.
Ketiga, bagi yang update status. Kesempatan merubah ancaman riya menjadi peluang pahala, jika kita mengganti model dan pilihan kata-kata dari bercerita menjadi mengajak (berdakwah). Dari pada kita mengatakan di Facebook “ Alhamdulillah hari ini sudah tilawah tiga juz”, lebih baik kita menggunakan kesempatan untuk berdakwah dengan menuliskan “ Ramadhan bulan AlQuran, mari kita semangat tilawah, sudah berapa juz kah Anda hari ini ? “. Jadi ini tentu akan lebih menjaga hati kita, sekaligus menjaga agar orang lain tidak bersu-udzon kepada kita.
Keempat, jika sekalipun harus bercerita tentang amalan kita. Maka sekali lagi jaga niatan, iringi dengan istigfar. Niatan kita adalah memberikan contoh sekaligus menjadikan ramadhan lebih penuh syiar kegiatan-kegiatan kebaikan. Dalam hal ini kita bisa mengambil inspirasi dari kisah Abu Bakar As Shiddiq. Suatu ketika Rasullah SAW bertanya dihadapan para sahabat : "Siapakah di antara kalian yang pagi ini sedang berpuasa?". Abu Bakar menjawab : "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah mengantarkan jenazah?" Abu Bakar menjawab: "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah memberi makan orang miskin?" Abu Bakar menjawab: "Aku." Beliau bertanya lagi: "Siapa di antara kalian yang hari ini telah menjenguk orang sakit?". Abu Bakar menjawab : "Aku." Selanjutnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah semua itu ada pada seseorang kecuali dia pasti akan masuk surga." ( HR. Muslim ).
Wallahu a'lam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar