“ Demi masa
Sungguh, manusia berada dalam
kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh
serta saling menasihati untuk kebenaran
dan saling menasihati untuk kesabaran
“ ( Surat Al Ashr 1-3)
Surat Al-Ashr adalah salah satu
inspirasi yang singkat padat bagi kita semua dalam menjalani kehidupan. Maka
tidak berlebihan jika kemudian Imam Syafi’i menyebutkan tentang surat Al Ashr :
لو ما
انزل الله حجة على خلقه إلا هذه السورة لكفتهم
“Sekiranya Allah tidak menurunkan
hujjah bagi makhlukNya kecuali surat ini saja, maka sungguh hal itu sudah
mencukupi”
Sejatinya liqo tarbiyah merupakan
aplikasi dari isyarat dan inspirasi yang terkandung dalam surat Al-Ashr. Liqo tarbiyah bisa menjadi salah satu model taklim Islami dengan tujuan menyelamatkan manusia dari
ancaman kerugian di dunia sebagaimana diisyaratkan dalam surat Al Ashr, khususnya kerugian dalam memanfaatkan waktu yang
begitu cepat berlalu dan takkan kembali lagi.
Ada empat program yang dijalankan
dalam sebuah liqo tarbiyah secara umum, yang diambil berdasarkan surat al-ashr.
Hal ini juga disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dalam Al Ushul
Ats Tsalaatsah, ketika menyebutkan surat ini untuk menerangkan empat kewajiban
seorang muslim, yaitu ilmu, amal, dakwah dan sabar.
Pertama, menumbuhkan &
meningkatkan keimanan. Iman tidak dapat terwujud kecuali dengan ilmu dan pembelajaran. Ilmu
harus didahulukan sebelum amal. Maka dalam liqo tarbiyah ada agenda taklim/tatqif
yaitu pemberian materi dengan buku-buku referensinya yang beragam, dari mulai
Aqidah, Tafsir, Syarh hadits, Siroh dan juga Fiqih Dakwah. Tentu pertemuan
sepekan sekali tidak mencukupi, maka biasanya ada penugasan-penugasan untuk
membaca buku tertentu, serta menghadiri kajian-kajian ilmiah untuk memperdalam
suatu bahasan.
Kedua, menjalankan amal sholeh
ketaatan dan kebaikan.
Salah satu syiar dalam sebuah liqo tarbiyah adalah “talaqqi li tanfidz”, yaitu
menerima ilmu untuk dijalankan. Maka seiring dengan berjalannya proses
tarbiyah, seseorang peserta halaqoh tarbiyah dituntut untuk bersemangat
mengaplikasikan amal-amal kebaikan dimulai dari dirinya sendiri, dalam ibadah
keseharian, seperti : sholat berjamaah, tilawah quran, qiyamul lail, puasa
senin kamis, dzikir al-matsurat dan yang lainnya. Bukan hanya sisi ibadah
semata, tetapi juga ditekankan sisi yang lain seperti fikriyah dengan membaca,
dan jasadiyah dengan berolahara secara rutin.
Ketiga, saling menasehati dan
memotivasi dalam kebaikan. Seorang cenderung lemah dan kurang bersemangat, terutama jika dalam
kesendirian. Maka dalam liqo tarbiyah ditumbuhkan semangat saling memotivasi
dalam kebaikan, baik dalam masalah ibadah, dakwah bahkan juga dalam peningkatan
kapasitas pribadi. Ada sessi khusus untuk mengevaluasi pencapaian peserta
tarbiyah dalam amal ibadah keseharian, juga apa saja yang sudah dijalankan
dalam sepekan ini untuk keluarga, pekerjaan dan kepentingan dakwahnya. Jika ada yang futur atau melemah maka akan
diingatkan dan dimotivasi agar waktu berikutnya kembali bersemangat.
Keempat, Menasehati dan Memotivasi
dalam Kesabaran. Kehidupan
seseorang nyaris tidak lepas dari problematika, terkadang soal kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, keuangan, juga permasalahan keluarga. Belum lagi jika
ada musibah dan ujian kehidupan yang melanda. Maka ada sesi dalam Liqo Tarbiyah
yang digunakan untuk saling sharing dan curhat permasalahan yang dihadapi
seorang peserta liqo, untuk kemudian yang lain akan berusaha menyemangati dan
lebih jauh lagi, memberikan saran dan solusi.
Jika empat hal di atas benar-benar
diupayakan untuk bisa berjalan dengan baik dalam sebuah liqo tarbiyah, maka
insya Allah akan menjadi salah satu sarana untuk menyelamatkan
generasi-generasi muda muslim dari kehancuran dan kerugian.
Jadi, masih ragu
untuk liqo tarbiyah ?
Alhamdulillah, dari kelas SMP sampai sekarang sdh menikah 2 anak, msh menjalankan liqo tarbawi (Abu Azam)
BalasHapus