Dalam kitab syarh Shohih Bukhori oleh Ibnu Batol, disebutkan riwayat tentang bagaimana Umar bin Khottob RA memperlakukan sahabat Muaiqib RA yang terkena wabah lepra dengan istimewa, hingga menyebabkan ia tidak bersedih hati, tetap bergembira dan itu membantu kesembuhannya. Disebutkan Umar bin Khottob seringkali mengajaknya makan bersama dan berdialog, dan memintanya untuk duduk bersama dengan jarak tidak boleh kurang dari sepanjang tombak, atau sekitar 1,5 hingga 2 meter.
Inilah yang kemudian dikenal hari ini dengan Physical Distanding, sebagai pengganti istilah Social distancing yang bisa disalahfahami seolah ada anjuran berjarak secara sosial. Sebagaimana dikatakan oleh Martin W Bauer, Profesor Psikologi Sosial di London menanggapi perubahan istilah dari Social Distancing ke Physical Distancing, ia mengatakan : "Dalam masa-masa "aneh" saat wabah virus ini, kami ingin jarak fisik yang jelas, tetapi pada saat yang sama, kami ingin orang-orang tetap dekat satu sama lain secara sosial."
Kemudian dalam kitab Syiar a'lam Nubala, disebutkan juga upaya sang Khalifah Umar bin Khattab untuk mengobati sahabatnya tersebut. Ia mendatangi banyak dokter yang terkenal bisa mengobati penyakit tersebut, hingga akhirnya ada dua dokter spesialis dari Yaman yang mengobati Muaiqib RA. Umar bertanya kepada mereka : ‘Apakah kalian berdua bisa mengobati penyakit pria shalih ini?’ Mereka berdua menjawab, ‘Untuk menyembuhkannya kami tidak mampu, tetapi kami akan mengobatinya dengan obat yang dapat menghambat perkembangan penyakit tersebut sehingga tidak menjadi lebih parah’. Umar pun menanggapi upaya itu dengan pujian dan penghargaan: ‘Ini pengobatan yang luar biasa’. Lihat, kita belajar dari Umar selaku pemimpin yang sangat menghargai kompetensi paramedis, memuji dan menyemangati mereka.
Akhirnya setelah melewati masa pengobatan yang dijalani dengan sepenuh tawakkal, atas ijin Allah Muaiqib bisa sembuh dan kembali melanjutkan karirnya sebagai selaku birokrat dan Amil Zakat hingga akhir usianya di masa Utsman bin Affan.
Jejak sejarah Islam telah memberikan banyak inspirasi bagaimana para pemimpin seharusnya menghadapi suatu wabah di sebuah daerah yang dipimpinnya. Kita telah mengenal kebijakan karantina wilayah atau lockdown melalui perintah Rasulullah SAW : Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya (HR. Bukhari & Muslim). Kita juga mengenal bagaimana kebijakan "Stay at Home" atau karantina diri/keluarga melalui ungkapan Amru bin Ash : Wabah ini seperti api, yang terus menjalar jika kita berkerumun, maka segera saja kalian semua harus memencar, uzlah, menjauh ke bukit-bukit, kalau tidak segera api-wabah ini melalap kita semua. Dan terakhir, kita juga melihat inspirasi Umar RA memberlakukan "Physical Distance" saat harus tetap berinteraksi dengan yang lainnya.
Wallahu a'lam bishshowab. Semoga Allah SWT berikan kita kesehatan dan keselamatan.
Inilah yang kemudian dikenal hari ini dengan Physical Distanding, sebagai pengganti istilah Social distancing yang bisa disalahfahami seolah ada anjuran berjarak secara sosial. Sebagaimana dikatakan oleh Martin W Bauer, Profesor Psikologi Sosial di London menanggapi perubahan istilah dari Social Distancing ke Physical Distancing, ia mengatakan : "Dalam masa-masa "aneh" saat wabah virus ini, kami ingin jarak fisik yang jelas, tetapi pada saat yang sama, kami ingin orang-orang tetap dekat satu sama lain secara sosial."
Kemudian dalam kitab Syiar a'lam Nubala, disebutkan juga upaya sang Khalifah Umar bin Khattab untuk mengobati sahabatnya tersebut. Ia mendatangi banyak dokter yang terkenal bisa mengobati penyakit tersebut, hingga akhirnya ada dua dokter spesialis dari Yaman yang mengobati Muaiqib RA. Umar bertanya kepada mereka : ‘Apakah kalian berdua bisa mengobati penyakit pria shalih ini?’ Mereka berdua menjawab, ‘Untuk menyembuhkannya kami tidak mampu, tetapi kami akan mengobatinya dengan obat yang dapat menghambat perkembangan penyakit tersebut sehingga tidak menjadi lebih parah’. Umar pun menanggapi upaya itu dengan pujian dan penghargaan: ‘Ini pengobatan yang luar biasa’. Lihat, kita belajar dari Umar selaku pemimpin yang sangat menghargai kompetensi paramedis, memuji dan menyemangati mereka.
Akhirnya setelah melewati masa pengobatan yang dijalani dengan sepenuh tawakkal, atas ijin Allah Muaiqib bisa sembuh dan kembali melanjutkan karirnya sebagai selaku birokrat dan Amil Zakat hingga akhir usianya di masa Utsman bin Affan.
Jejak sejarah Islam telah memberikan banyak inspirasi bagaimana para pemimpin seharusnya menghadapi suatu wabah di sebuah daerah yang dipimpinnya. Kita telah mengenal kebijakan karantina wilayah atau lockdown melalui perintah Rasulullah SAW : Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya (HR. Bukhari & Muslim). Kita juga mengenal bagaimana kebijakan "Stay at Home" atau karantina diri/keluarga melalui ungkapan Amru bin Ash : Wabah ini seperti api, yang terus menjalar jika kita berkerumun, maka segera saja kalian semua harus memencar, uzlah, menjauh ke bukit-bukit, kalau tidak segera api-wabah ini melalap kita semua. Dan terakhir, kita juga melihat inspirasi Umar RA memberlakukan "Physical Distance" saat harus tetap berinteraksi dengan yang lainnya.
Wallahu a'lam bishshowab. Semoga Allah SWT berikan kita kesehatan dan keselamatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar