Sejak lama para ulama, ustadz bicara romantisme keluarga nabi, yg tersimpan & terserak dalam banyak hadits, tapi kaum muslimin sekalipun jika bicara romantis, yang diingat hanyalah sebatas film India berbalutkan tarian, juga seri-seri drama Korea yang berhiaskan tangisan belaka.
Berbusa-busa sudah kita ingatkan, betapa indah mulia penuh cinta keluarga nabi kita, namun masih tak banyak yang menyadari dan memahami.
Apalagi bicara literasi romantis, yang teringat justru kisah pilu tentang kasih tak sampai yang merana.. jangankan beranak pinak dan bahagia, menikah pun Romeo dan Juliet tak sempat merasakannya. Bukan hanya di Barat, kisah cinta yang diukir dalam cerita Laila Majnun pun tak jauh berbeda ujungnya.
Maka jika hari-hari ini, bait-bait sederhana dalam lirik lagu Aisyah istri Rasulullah ternyata menggugah banyak anak muda, tentang romantisme satu keluarga mulia ... mensyiarkan dengan lugas dan mudah di seantere penjuru dunia. Puluhan juta yang mendengar tersenyum bahagia, sebagian lainnya terharu masuk dalam kalbu ...
Gambaran indah romantisme keluarga mulia tersaji begitu mudah di khalayak muslim muda di kota dan desa, tersebar begitu cepat mendunia, melalui trending topik di dunia maya. Mungkin juga akan menghiasi hari-hari Ramadhan kita, yang telah hadir menyapa di hadapan.
Maka hanya syukur yang tulus terpanjatkan, atas fenomena ini di tengah segala resah dan gundah karena Corona. Kini, referensi dan inspirasi romantisme itu kembali pada yang berhak menyandang keteladanan dari semua sisi kehidupannya, dialah Rasulullah SAW manusia termulia, suami paling romantis yang pernah ada.
Jika ada kritikan dan masukan seputar lirik lagunya, maka yakinlah itu bersumber dari kecintaan penuh hormat kepada sosok Aisyah, ibunda kita kaum mukminin. Tak perlu jauh diperdebatkan yang bisa berujung permusuhan dan kebencian.
Sungguh sejuk nan indah guru kita Buya Yahya mengigatkan dan mendoakan: "Kalau benar syair yang itu, yang disenandungkan itu, semoga yang membuat syair mendapat pahala yang besar dari Allah karena niatnya baik. Adapun terkait ada kekurangan, itu sifat manusiawi. Yuk kita sempurnakan, tidak perlu kita menghujat” . Wallahu a'lam bisshowab.
Hatta Syamsuddin
Surakarta, 7 April 2020
Berbusa-busa sudah kita ingatkan, betapa indah mulia penuh cinta keluarga nabi kita, namun masih tak banyak yang menyadari dan memahami.
Apalagi bicara literasi romantis, yang teringat justru kisah pilu tentang kasih tak sampai yang merana.. jangankan beranak pinak dan bahagia, menikah pun Romeo dan Juliet tak sempat merasakannya. Bukan hanya di Barat, kisah cinta yang diukir dalam cerita Laila Majnun pun tak jauh berbeda ujungnya.
Maka jika hari-hari ini, bait-bait sederhana dalam lirik lagu Aisyah istri Rasulullah ternyata menggugah banyak anak muda, tentang romantisme satu keluarga mulia ... mensyiarkan dengan lugas dan mudah di seantere penjuru dunia. Puluhan juta yang mendengar tersenyum bahagia, sebagian lainnya terharu masuk dalam kalbu ...
Gambaran indah romantisme keluarga mulia tersaji begitu mudah di khalayak muslim muda di kota dan desa, tersebar begitu cepat mendunia, melalui trending topik di dunia maya. Mungkin juga akan menghiasi hari-hari Ramadhan kita, yang telah hadir menyapa di hadapan.
Maka hanya syukur yang tulus terpanjatkan, atas fenomena ini di tengah segala resah dan gundah karena Corona. Kini, referensi dan inspirasi romantisme itu kembali pada yang berhak menyandang keteladanan dari semua sisi kehidupannya, dialah Rasulullah SAW manusia termulia, suami paling romantis yang pernah ada.
Jika ada kritikan dan masukan seputar lirik lagunya, maka yakinlah itu bersumber dari kecintaan penuh hormat kepada sosok Aisyah, ibunda kita kaum mukminin. Tak perlu jauh diperdebatkan yang bisa berujung permusuhan dan kebencian.
Sungguh sejuk nan indah guru kita Buya Yahya mengigatkan dan mendoakan: "Kalau benar syair yang itu, yang disenandungkan itu, semoga yang membuat syair mendapat pahala yang besar dari Allah karena niatnya baik. Adapun terkait ada kekurangan, itu sifat manusiawi. Yuk kita sempurnakan, tidak perlu kita menghujat” . Wallahu a'lam bisshowab.
Hatta Syamsuddin
Surakarta, 7 April 2020
Mantap Tadz...
BalasHapus