Banyak yang mengatakan bahwa mawaddah
adalah ekspressi cinta yang lebih membutuhkan pada kecenderungan fisik, gairah
dan gelora, serta kenyamanan dan kedekatan perasaan. Adapun rohmah lebih diartikan
sebagai kasih sayang, cinta yang mengarah pada kedekatan jiwa atau soulmate
kata anak muda hari ini.
Adapun dari pendekatan tafsir surat ar-Ruum ayat 21, maka menurut Ibnu Abbas, mawaddah adalah cinta seorang laki-laki pada istrinya, sementara rohmah adalah perasaan sayang laki-laki kepada istrinya saat terkena sesuatu yang buruk. Rohmah adalah syafaqoh, juga ro'fah.
Nah, bagaimana kita membedakan antara
keduanya dalam gambaran yang lebih sederhana ? Dan manakah yang lebih
mendominasi dalam keluarga kita ? Beberapa hal ini mencoba membantu kita untuk
mendapatkan jawabannya.
Pertama, menggunakan kata “Karena dan Meskipun”.
Mawaddah adalah ketika cinta kita kepada
pasangan memiliki beberapa atau bahkan banyak alasan. Sehingga seorang wanita bisa
mengatakan pada dirinya sendiri “ Aku mencintai suamiku karena ganteng, pinter,
kaya, sholeh dan lain sebagainya ……”. Adapun seorang laki-laki bisa mengatakan
pada hatinya, “ aku mencintai istriku karena …….cantik, pinter masak, humoris
dan bla bla bla. Demikianlah mawaddah, cinta yang membutuhkan alasan.
Adapun rohmah, dia adalah cinta yang tidak
membutuhkan alasan. Sehingga seorang akan mengatakan pada dirinya sendiri, aku
mencintai suamiku, meskipun dia ….. norak, bau amis, kampungan dan miskin,
misalnya. Atau juga sebaliknya, seorang suami mengatakan : aku mencintaiku
istriku, meskipun …….. dan seterusnya.
Kedua, antara Menuntut dan Memberi.
Mawaddah adalah cinta yang masih dalam
tahapan seseorang menuntut pasangannya, terutama dalam hal-hal yang bisa
menjadikan pasangannya lebih senang dan bergembira. Maka pada tahapan ini
mungkin masih banyak request sana-sini untuk menjaga harmonisnya cinta dalam
keluarga. Sementara satu sisi Rahmah lebih banyak ingin memberi apapun itu dan
kapanpun itu, tanpa perlu diminta terlebih dahulu. Soal pijit memijit misalnya,
cinta mawaddah adalah saat ada yang meminta dipijit terlebih dahulu, sementara
rohmah adalah tiba-tiba ada yang memijit hangat penuh ketulusan tanpa diminta. Saat
bepergian, ada yang minta dibelikan oleh-oleh tertentu, dan ada juga yang
merasa ada hal yang kurang jika tidak membawakan sesuatu sebagai oleh-oleh.
Ketiga, antara dua pihak dan satu pihak
Ini yang banyak diartikan, bahwa mawaddah
itu adalah ekspresi cinta untuk hari-hari normal penuh gembira. Sedangkan rohmah
lebih diperlukan saat menghadapi hari-hari berat saat ujian melanda sebuah
keluarga. Mawaddah itu biasanya bisa dinikmati kedua pihak baik suami dan istri,
yaitu sama-sama bahagia, sama-sama senang, sama-sama manja, sama-sama bergairah
dan seterusnya. Adapun rahmah tidak selalu demikian, kadang rohmah itu dijalankan
secara bergantian, atau bahkan salah satu pasangan secara terus-terusan. Rohmah
kadang terasa “bertepuk sebelah tangan” tapi justru disitulah rohmah
menjalankan fungsinya untuk menjaga ketahanan keluarga. Rohmah adalah kata
kerja yang menyiratkan salah satu pihak harus mundur teratur, mengalah tanpa
merasa kalah. Rohmah di sini memiliki arti : memahami, memaafkan, lapang dada,
menurunkan keinginan, menyayangi, memelihara, menahan marah, bersabar, dan
memaklumi.
Lihatlah bagaimana “rohmah” bekerja untuk
menjaga ketahanan keluarga. Maka banyak yang mengatakan : beberapa masalah
rumah tangga bisa selesai dengan cara “mawaddah” yaitu diajak makan bersama, dipeluk
mesra, apalagi diajak belanja dan traveling keliling dunia. Tetapi ada sekian
masalah pelik dalam rumah tangga, yang hanya bisa diselesaikan dengan kata
kerja “ rohmah”, salah satu pihak harus bertahan mengalah. Jika tidak maka
rumah tangga akan mudah mengarah pada kehancuran.
Inilah mungkin yang dimaksudkan oleh Umar
bin Khottob, saat ada yang akan menceraikan istrinya atas dasar sudah tidak ada
cinta lagi. Maka beliau dengan tegas mengatakan : “ Apakah semua keluarga hanya
dibangun atas dasar cinta belaka ? lalu dimana sifat (kasih sayang) pemeliharan,
dan penghormatan atas janji/akad.
Memang ada yang menyamakan dengan komitmen
dalam pernikahan, tapi sejatinya rohmah
justru melampaui itu semua, karena komitmen yang muncul bukan karena keterpaksaan,
tetapi lebih dari itu ia bisa melekat dan mengakar dalam jiwa, dimulai dari
atas pemahaman sederhana yang terlintas dalam hati : “ Alhamdulillah, inilah
jodoh terbaikku, ya Allah berikan aku kekuatan untuk menjaga dan
membahagiakannya sepanjang usia”
Nah demikian cara membedakan antara
mawaddah dan rohmah dari sisi yang sederhana. Tulisan ini sekedar menyampaikan
ulang dan merangkum dari apa yang selama ini kami baca, pelajari, amati dan
rasakan terkait kehidupan keluarga. Sangat mungkin salah dalam arti hakikinya.
Oya, mau cara lain yang lebih mudah dan praktis untuk membedakan keduanya ? Gampang, pandangilah wajah pasangan Anda dalam-dalam saat ia tertidur pulas. Kalau rasa kasihan yang lebih banyak muncul lalu mendoakan penuh khusyuk, alhamdulillah itulah tanda-tanda Rohmah yang mulai mendominasi. Tapi kalau yang muncul saat memandangnya pulas tertidur justru gairah dan gejolak yang harus dituntaskan, maka selamat … mawaddah Anda masih terus membahana.
Barokallah ustd Hatta
BalasHapus