“Menjadi Ayah Pahlawan Keluarga”
Ustd. Hatta Syamsuddin, Lc., M.H.I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ؛ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا
مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. اللهم صل وسلم
على هذا النبي الكريم وعلى آله وأصحابه أجمعين.
أمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى
اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى: ( يَاأَيُّهَا
اَّلذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ)
Maasyiroh muslimin rahimakumullah, jamaah sidang Jumat yang
berbahagia
Puji syukur kita panjatkan hanya kehadirat Allah SWT, atas limpahan
karunia-Nya dimudahkan langkah kita hadir siang ini di masjid yang penuh
keberkahan ini, insya Allah bukan semata untuk menjalankan dan menggugurkan
kewajiban sholat Jumat berjamaah, tetapi lebih dari itu adalah menegakkan syiar
agama Allah di muka bumi ini. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat al
Hajj ayat 32 :
ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan
syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS Al Haj 32). Maka sesungguhnya hari Jumat, ibadah sholat Jumat,
adalah syiar dimana ketika kita menyambutnya dg bahagia, memuliakannya, adalah
pertanda adanya ketakwaan di hati kita.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang kita harapakan syafaatnya di hari kiamat nanti, dan juga
kepada para keluarga, sahabat, dan seluruh pengikut risalahnya yang istiqomah,
dan semoga kita termasuk di dalamnya. .
Selanjutnya, tidak lupa pada kesempatan khutbah jumat ini, kami
mengajak pada jamaah sekalian dan tentu bagi diri kami pribadi, untuk sama-sama
meningkatkan taqwa kepada Allah agar benar-benar menjadi ketakwaan yang haqqo
tuqotih yaitu sebenar-benar taqwa, dan juga ketaqwaan sebagaimana
diperintahkan Allah SWT fattaqullah mas’stathotum dengan segenap daya
upaya kita untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-larangan darinya.
Maasyiroh muslimin rahimakumullah, jamaah sidang Jumat yang
berbahagia
Mungkin kita semua sudah sama-sama mengenal dan memahami tanggal 10
November, kita peringati sebagai hari Pahlawan. Di dalamnya Kita mengenang bagaimana
para pejuang yang sebagian diantaranya adalah laskar santri, dengan niatan
jihad fi sabilillah mengusir penjajah sebagaimana yang digaungkan oleh
KH. Hasyim Asy’ari dalam fatwanya, dan juga disemangati dengan teriakan takbir
Bung Tomo yang membahana melalui staisun radio Pemberontakan di Surabaya,
mereka melawan tentara Inggris bersenjata lengkap yang berusaha mengantarkan
Belanda kembali menjajah negeri ini. Setidaknya jatuh korban meninggal antara
6000 sampai 16.000 di pihak pasukan Indonesia, semoga Allah SWT berikan
kehidupan yang abadi nan mulia bagi pejuang muslim yang meninggal dalam
pertempuran Surabaya, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT :
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ.
Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di
jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat
rezeki (QS Ali Imron 169)
Maasyiroh muslimin rahimakumullah, jamaah sidang jumat yang
berbahagia
Namun mungkin belum terlalu populer sebagaimana hari Ibu 22
Desember, hari ini 12 November kita
peringati sebagai hari Ayah, yang insya Allah juga menjadi pahlawan dalam
keluarganya masing-masing. Tentu peringatan dan penghargaan ini kepada para
ayah, bisa kita sikapi dengan terus menghargai & memuliakan ayah-ayah kita,
para orangtua kita yang mungkin sudah mulai renta disanalah peluang surga
terbuka, sebagaimana hadits Rasulullah SAW :
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ
يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ
Sungguh celakalah seseorang, yang mendapati kedua orangtuanya
berusia tua, tetapi tidak menjadikannya masuk surga (HR. Tirmidzi)
Maasyiroh muslimin rahimakumullah, jamaah sidang jumat yang
berbahagia
Dan pada saat yang sama, peringatan hari Ayah ini juga layak kita
sikapi dengan terus memperbaiki diri kita semua, agar menjadi sosok ayah
terbaik yang dirindukan keluarga. Ada tiga fungsi ayah yang perlu senantiasa
kita kuatkan dalam kehidupan sehari-sehari.
Pertama, Ayah sebagai Pemimpin Keluarga
Ayah menjadi kepala dan pemimpin keluarga, salah satunya adalah
karena kewajibannya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jelas
disebutkan dalam firman Allah SWT :
الرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ
بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ.
Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari
hartanya. (QS An Nisa 34)
Tentu tugas mencari nafkah keluarga, bagi para Ayah di masa pandemi
ini menjadi semakin berat. Survei Jobstreet Indonesia pada Oktober tahun lalu
menyebutkan sebanyak 35% pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan 19%
pekerja dirumahkan sementara, dan dari yang masih bekerja, sejumlah 45% pekerja
mengalami pemotongan gaji selama masa PSSB. Karena berat itulah, maka perlu
setiap Ayah memotivasi dirinya untuk terus bekerja dan berusaha dalam mencari
nafkah, dan meyakini bahwa hal tersebut masuk kategori berjuang fi sabilillah.
Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda tentang seorang yang berangkat bekerja :
«إِنْ كَانَ
خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ كَانَ
خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ،
وَإِنْ كَانَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَإِنْ
كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ»
"Jika ia keluar bekerja untuk anak-anaknya yang masih kecil,
tentu dia berada di jalan Allah. Jika ia keluar bekerja untuk menafkahi dua
ibu-bapaknya yang sudah tua, tentu ia berada di jalan Allah. Jika ia bekerja
untuk dirinya, yakni untuk menjaga kehormatan diri, maka dia di jalan Allah, (HR. Thobroni)
Kedua, Menjadi Ayah Shalih sebagai Teladan Ketaatan
Tugas berat lain bagi seorang ayah adalah menjadi ayah shalih,
teladan bagi seluruh keluarganya. Bukankah Allah SWT berpesan jelas dalam
firman Nya :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ
نَارًا
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka (QS At
Tahrim ayat 6).
Meskipun kesibukan sang Ayah dalam bekerja mencari nafkah, dia
tidak boleh lengah dan lalai dalam membimbing ketaatan keluarga, apalagi
khususnya dalam mengajarkan sholat, sebagaimana jelas diperintahkan Allah SWT
dan Rasulnya.
وأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya” (QS. Thâhâ: 132).. Dan
aplikasinya sebagaimana diperintahkan Rasulullah SAW dalam haditsnya : "Perintahkanlah
anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun,
dan pukullah mereka (apabila mereka menolak) pada saat mereka berumur sepuluh
tahun." (HR. Abu Dawud).
Tentu ayah teladan kesalihan juga berlaku dalam hal ketaatan
lainnya selain sholat, dalam kecintaan terhadap Al Quran, dalam akhlak
keseharian. Anak-anak adalah peniru ulung dan perekam yang kuat tentang apa
yang dilakukan kedua orangtuanya. Rasulullah SAW bersabda :
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang
tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi” (HR Bukhori)
Ketiga, Menjadi Ayah Dekat bagaikan Sahabat
Kesibukan para Ayah dalam bekerja siang dan
malam, banting tulang dan memeras keringat, terkadang menghasilkan jarak
kedekatan dengan para anak, dan muncul kecanggungan dalam komunikasi yang tak
erat. Dan secara data disebutkan oleh Komite Perlindungan Anak Indonesia pada
bulan Maret 2021, negara Indonesia ternyata berada di urutan ketiga tertinggi
dalam masalah Fatherles Country , yaitu ketidakhadiran
ayah dalam proses tumbuh kembang anak, disebabkan karena kesibukan bekerja.
Banyak penelitian psikologi telah
menyebutkan, bagaimana akibat anak yang tumbuh berkembang tanpa kedekatan
dengan sosok ayah, ternyata berdampak cukup besar diantaranya menjadi pribadi
yang tidak percaya diri, suka mencari perhatian, tidak mudah beradaptasi dengan
lingkungan, dan bahkan susah menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab.
Naudzubullah
Karena itulah, Mari kita para Ayah, sesibuk apapun kita, setinggi apapun jabatan
kita, mari kita tetap berusaha hangat dan dekat di tengah keluarga sebagaimana
Rasulullah SAW contohkan. Bagaimana beliau sering bermain dengan kedua cucu beliau
Hasan dan Husein, juga memeluk dan menciumi keduanya, hingga ada Al-Aqra` ibn
Habis At-Tamimi berkomentar : "Saya memiliki sepuluh anak dan tidak
pernah mencium salah satu dari mereka." Maka Rasulullah SAW menjawab :
Man la yarham laa yurham "Siapa pun yang tidak berbelas
kasihan kepada orang lain tidak akan diperlakukan dengan penuh belas
kasihan." (HR Al-Bukhari).
Akhirnya, semoga ketika kita mampu menjadi
Ayah sebagai pejuang nafkah keluarga, sebagai teladan keshalihan, sekaligus
sahabat yang dekat nan hangat, sehingga anak-anak kita tumbuh berkembang
menjadi pribadi-pribadi yang sholih dan bermanfaat untuk masyarakatnya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA & DOA
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ
وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ
أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى
نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ ….
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا
وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ
أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
والْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ، أَقِيْمُوا الصَّلَاة...
Sangat bermanfaat. Terima kasih. Semoga berkah
BalasHapus